Teknologi informasi, di satu sisi memberi kemudahan, tetapi di sisi lain bisa mendisrupsi. Kecepatan perusahaan merespons akan memengaruhi bisnis.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Suasana pembukaan Smart Business Outlook 2020 di Ballroom Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (25/11/2019). Acara yang digelar Radio Smart FM (Group of Radio KG) tersebut mengusung tema Surviving and Winning Strategy in Disruption Era. Sekitar 650 peserta mengikuti acara tersebut.JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan teknologi informasi yang cepat dan masif mengubah berbagai hal, termasuk proses bisnis. Kemampuan merespons perubahan dinilai ikut menentukan daya tahan individu dan organisasi.
”Dulu kita akan mati kalau bikin kesalahan. Hari ini, Anda, entah sebagai pribadi, entitas bisnis, organisasi, dan bahkan bangsa, cukup duduk manis, diam, merasa nyaman, tidak mau keluar dari kenikmatan dan kenyamanan, dijamin akan mati,” kata Menteri Ketenagakerjaan periode 2014-2019 Hanif Dhakiri di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Hanif menyampaikan hal itu saat memberi sambutan di Smart Business Outlook 2020. Acara yang diselenggarakan Radio Smart FM dari grup Kompas Gramedia itu bertema ”Surviving and Winning Strategy in Disruption Era”.
Hanif lantas mengutip salah satu pencetus teori evolusi, Charles Darwin, bahwa yang akan bertahan adalah yang paling responsif terhadap perubahan.
Semakin cepat
Menurut Hanif, kemampuan menanggapi perubahan jadi bekal dalam menghadapi era disrupsi. Sementara dari waktu ke waktu, perubahan yang terjadi semakin cepat. Hal ini memaksa individu dan entitas bisnis untuk cepat beradaptasi. Oleh karena itu, kecepatan beradaptasi merupakan isu penting di era disrupsi.
Persoalannya, individu atau organisasi sering kali enggan berubah atau keluar dari rutinitas dan zona nyaman.
”Hal inilah yang akhirnya membunuh sejumlah bisnis,” kata Hanif.
Hanif berpendapat, semua pihak di berbagai sektor mesti mencermati tren perubahan dalam menghadapi disrupsi. Maka, riset dan pengembangan merupakan hal penting di sebuah perusahaan.
Cara mengelola dan memobilisasi sumber daya manusia (SDM) juga harus mengikuti perkembangan. ”Bayangkan mengelola SDM milenial. Kalau (dikelola) dengan gaya manajer di masa lalu, bisa hilang talenta-talenta hebat di perusahaan,” katanya.
Sementara Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan Aditya Warman menuturkan, hak memperoleh akses internet semakin diperjuangkan dalam 1-2 tahun mendatang.
”Sadarkah kita bahwa teknologi akan sangat dekat dibandingkan dengan hari ini? Karena kesadaran itu, move on, jangan lagi dengan cara-cara lama,” ujarnya.
Transformasi
CEO of Group of Media Kompas Gramedia Andy Budiman menyampaikan, tujuan KG Media adalah mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan bangsa.
Sebagai salah satu pilar Kompas Gramedia, kata Andy, KG Media menggabungkan seluruh lini media yang dimiliki Kompas Gramedia.
”Sebagai grup media yang lahir dan besar dari media cetak, Bapak Ibu mungkin bisa membayangkan seberapa besar skala disrupsi yang kami hadapi di KG Media,” kata Andy.
Menatap 2020, tambah Andy, pihaknya melanjutkan transformasi, yang disebut sebagai dual transformation. ”Kami menjalankan dua transformasi sekaligus,” katanya.
Transformasi pertama adalah meningkatkan ketahanan bisnis inti. Pada saat bersamaan, transformasi juga dilakukan untuk mengakselerasi mesin-mesin pertumbuhan baru.
”Inti bisnis kami adalah media cetak. Di tengah era disrupsi, kami memiliki disiplin, fokus meningkatkan efisiensi, dan memproteksi ketahanan inti bisnis kami selama mungkin,” ujarnya. (CAS)