Pemerintah terus mematangkan konsep serta proses pengembangan visi, kurikulum, tata kelola, dan sumber daya manusia untuk Universitas Islam Internasional Indonesia. Berbagai persiapan dilakukan.
Oleh
Anita Yossihara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus mematangkan konsep serta proses pengembangan visi, kurikulum, tata kelola, dan sumber daya manusia untuk Universitas Islam Internasional Indonesia. Berbagai persiapan dilakukan karena UIII dirancang menjadi kiblat kajian Islam moderat dunia.
Untuk memenuhi harapan itu, Selasa (26/11/2019), pihak Rektorat UIII dan Kementerian Agama mengundang para rektor serta akademisi dari sejumlah negara untuk mengikuti pertemuan pakar (expert meeting) di sebuah hotel di Jakarta. Para pakar yang hadir di antaranya berasal dari Mesir, Maroko, Inggris, Kanada, Australia, dan Tunisia.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang menjadi pembicara kunci mengatakan, pertemuan pakar sangat penting untuk memperkenalkan UIII kepada dunia internasional. Selain itu, juga untuk menguji konsep serta seluruh proses pengembangan visi, kurikulum, tata kelola, dan sumber daya manusia sudah bisa memenuhi tujuan UIII atau tidak.
Di hadapan puluhan akademisi dari dalam dan luar negeri, Wapres Amin menyampaikan harapan UIII menjadi garda terdepan kajian Islam secara umum serta menjadi kiblat dunia dalam kajian Islam moderat.
”UIII juga diharapkan menjadi pusat penyebaran kebudayaan dan peradaban Islam yang modern, toleran, serta berkemajuan,” kata Wapres Amin.
Harapan itu tak lepas dari keinginan pemerintah untuk menjadikan Indonesia menjadi pusat peradaban Islam dunia. Sebab, Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang modern dan moderat.
”Untuk menjadikan Indonesia sebagai rujukan dalam mempelajari peradaban Islam dibutuhkan pusat penelitian dan ilmu pengetahuan yang berkualitas. Untuk itu, dibentuklah perguruan tinggi Islam unggulan, yakni UIII,” ujar Wapres Amin.
Sementara terkait kurikulum perkuliahan, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia itu mengharapkan UIII menggabungkan dua bentuk kajian Islam, yakni penguasaan teori atau ilmu agama Islam dan penelitian pada masyarakat. Lulusan UIII nantinya diharapkan menjadi ahli, ilmuwan atau pemikir, serta cendekiawan Muslim terkemuka yang moderat, demokratis, humanis, dan berwawasan global.
Kombinasi keilmuan
Seusai pembukaan pertemuan, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menyatakan, UIII akan mengombinasikan tradisi keilmuan di sejumlah negara.
”Kami tegas arahnya tidak Al Azhar banget, tetapi juga tidak Eropa banget. Kombinasi keilmuan dari sejumlah negara,” katanya.
Tak hanya itu, pendidikan yang diberikan juga kombinasi antara teks literatur dengan kajian sosiologi dan antropologi. Sebab, UIII punya visi mencetak ulama yang tak hanya punya ilmu agama yang kuat, tetapi juga paham realitas sosial.
Pendirian UIII digagas langsung oleh Presiden Joko Widodo. Tahun 2016, Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016 tentang Pendirian UIII.
Namun, proses pembangunan fisik kampus baru dimulai awal Juni 2018. Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang sebelumnya menjabat, ditunjuk untuk memimpin pembangunan Kampus UIII hingga selesai tugasnya pada 20 Oktober lalu.
Pemerintah memilih lahan seluas 124 hektar di kawasan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, sebagai lokasi Kampus UIII. Untuk membangun kompleks Kampus UIII, pemerintah menyiapkan anggaran hingga Rp 3,97 triliun yang dialokasikan secara bertahap.
Perkuliahan di UIII ditargetkan dimulai September 2020. UIII menyiapkan kuota 250 mahasiswa untuk jenjang S-2 dan 50 mahasiswa untuk jenjang S-3. Kuota itu akan dibagi 60 persen untuk mahasiswa domestik dan 40 persen untuk mahasiswa asing. Semua mahasiswa, baik domestik maupun asing, akan mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintah Indonesia.