Jeihan Sukmantoro Tak Mau Menyerah pada Penyakit

KOMPAS/PUTU FAJAR ARCANA

Perupa Jeihan Sukmantoro

Perupa Jeihan Sukmantoro (81) tak mau menyerah dengan kanker getah bening yang menggerogoti tubuhnya. Ia juga masih terus bergulat melawan penyakit ginjal setelah melakukan transplantasi sekitar lima tahun lalu.

”Hidup itu memang menuju kosong,” katanya terpatah-patah. Suaranya lirih walau membersitkan semangat hidup yang tak pernah pudar.

Setelah dirawat di rumah, Jumat (22/11/2019), Jeihan kembali dibawa ke rumah sakit. ”Kesadarannya terus menurun. Transfusi darah, infus, dan cuci darah ditolak tubuhnya,” ujar Atasi Amin, putra sulung Jeihan, Selasa (26/11/2019), dari Bandung.

Ketika dirawat di rumah dua pekan lalu, Jeihan bercerita bahwa dirinya sadar benar hidup pada dasarnya mempersiapkan diri untuk berangkat. Kesadaran itulah yang mendorongnya selalu siap kapan pun harus berangkat. ”Pada akhirnya kita menuju yang kosong itu,” katanya lagi. Obsesi Jeihan tentang kekosongan berangkat dari pencariannya dalam kesenian. ”Inti dari garis itu titik, puncak dari gerak itu diam...,” katanya setiap kali kami bertemu.

Tak berselang lama, perupa kelahiran Solo, 26 September 1938, itu bertanya, ”Kau siapa? Siapa?” Atasi Amin kemudian memberi tahu ulang siapa yang sedang diajak berbicara ayahnya.