Blockchain atau rantai blok yang diperkenalkan pada 2009 dinilai membawa terobosan teknologi yang positif untuk desentralisasi dan menegakkan kepercayaan di sektor industri keuangan.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
Blockchain atau rantai blok yang diperkenalkan pada 2009 dinilai membawa terobosan teknologi yang positif untuk desentralisasi dan menegakkan kepercayaan di sektor industri keuangan. Dalam perkembangannya, cukup banyak proyek yang menggunakan teknologi rantai blok ini. Sejumlah pihak meyakini, persoalan di industri keuangan bisa diselesaikan melalui penerapan teknologi ini.
Melalui acara Financial Hackaton 2019 #blockchaininnovation, misalnya, siapa pun bisa menyaksikan, proyek layanan keuangan yang dibangun dengan protokol rantai blok sungguh nyata. Lebih dari 700 peserta kompetisi yang umumnya generasi Y dan Z membuktikan bahwa teknologi yang disebut-sebut sebagai masa depan ini sudah bisa diterapkan.
Sekitar 200 proposal proyek mencoba memecahkan masalah sistem transfer dana perbankan (interbank settlements and payment), manajemen identitas, dan inklusi keuangan menggunakan blockchain. Panitia memilih 15 proyek terbaik.
Pada kategori interbank settlements and payment, contoh proyeknya adalah Wally.
Muh H Winayasakti, salah seorang dari lima pembuat Wally dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menjelaskan, Wally adalah aplikasi layanan interbank settlement yang terdiri dari fitur chatbot dan laman.
Chatbot Wally bisa diakses melalui aplikasi pesan instan dan media sosial. Laman berfungsi mengelola pergerakan chatbot. Wally berusaha memecahkan masalah yang dialami sebagian besar nasabah ketika transfer antarbank dan antarnegara, yaitu waktu pemrosesan transaksi yang lama dan biaya yang mahal. Nasabah juga harus berganti-ganti aplikasi layanan keuangan.
Wally dilakukan di atas protokol blockchain Etherum yang berfungsi seumpama mesin virtual yang boleh menjalankan kontrak cerdas peer to peer dengan uang kriptografi Ether. Ketika seorang nasabah ingin mengirim uang antarbank dan lintas negara, dia menggunakan chatbot Wally, lalu sistem akan memrosesnya dan akan ada token yang disirkulasikan ke jaringan penerima. Verifikasi transaksi memakai kode one time password. Uang akan diterima dalam 10-20 detik.
Winayasakti mengatakan, pengirim uang akan dikenai biaya Rp 1.500 per transaksi. Biaya ini digunakan untuk membayar bank penyedia gerbang pembayaran dan sumber pendapatan bagi tim pengembang Wally.
Saat ini, layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi sangat populer. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per Oktober 2019, ada sekitar 144 penyedia layanan terdaftar/berizin di Indonesia. Layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi digadang-gadang sebagai solusi mewujudkan inklusi keuangan lantaran memudahkan akses pinjaman bagi masyarakat yang selama ini belum terhubung dengan bank. Proses pengajuan hingga pencairan kredit yang diinginkan cepat karena tahap pengenalan nasabah dilakukan secara dalam jaringan dan penentuan tingkat risiko kredit (credit scoring) melalui perangkat digital.
Kelayakan kredit
Meski demikian, di mata pengembang Clint yang beranggotakan mahasiswa Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung, masih ada persoalan yang belum terpecahkan pada tahap penentuan credit scoring.
Salah satu pengembang Clint, Cornelius Yan Mintareja, menjelaskan, dengan mengguanakan aplikasi Clint, orang-orang terdekat calon debitur turut memberikan suara atas kelayakan kredit calon debitor.
Clint dikerjakan di atas protokol blockchain. Clint memakai Etherum sekaligus Hyperledger Fabric, yang sama-sama dipakai untuk menyimpan data. Hyperledger Fabric digunakan untuk menyimpan data privat, misalnya data keuangan antarbank. Sementara Etherum sebagai blockchain publik untuk persetujuan kredit.
”Clint membuat pengajuan kredit, baik perbankan maupun pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi, semakin mudah dan secepat meminjam uang dari teman. Sistem penilaian kreditnya menggunakan model crowdsourced (urun daya) dan berjalan di atas blockchain,” papar Cornelius.
Clint adalah salah satu dari lima proyek purwarupa yang menjadi finalis di kategori manajemen identitas.
Contoh proyek purwarupa di kategori inklusi keuangan adalah AyoMelek. Salah satu pengembang AyoMelek, Bonang Setoaji, menjelaskan, AyoMelek merupakan aplikasi pinjam-meminjam uang yang berjalan di atas blockchain Etherum. AyoMelek dikemas sebagai aplikasi terdesentralisasi atau diperuntukkan bagi kelompok.
”Hanya orang-orang yang kenal dalam lingkaran pertemanan dekat bisa masuk jadi anggota paguyuban yang terdaftar di aplikasi AyoMelek. Kontrak cerdas di dalam jaringan Etherum didesain untuk menampung semua data,” katanya.
Bonang menuturkan, dalam kontrak cerdas, tim menyisipkan algoritma ketentuan setoran dan jumlah dana pinjaman. Dana setoran atau pinjaman diakumulasikan menjadi token.
Menurut dia, AyoMelek bekerja sama dengan Rupiah Token. Alasannya, Rupiah Token mengembangkan token stabil yang berdampak positif terhadap stabilitas nilai tukar saat terjadi transfer rupiah ke token. ”Permasalahan yang dicoba diselesaikan AyoMelek adalah kesulitan akses menyimpan dan meminjam uang bagi kelompok masyarakat tertentu,” kata Bonang yang lulusan Universitas Amikom Yogyakarta ini.
Permasalahan
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, Sabtu (23/11/2019), menuturkan, masih banyak permasalahan di industri jasa keuangan yang dapat dipecahkan menggunakan teknologi blockchain. Financial Hackaton adalah kompetisi tahunan, yang pada 2019 ini mengambil tema teknologi blockchain.
Jahja menambahkan, saat ini banyak bank yang menerapkan layanan perbankan terbuka atau open banking. Penekanan perbankan terbuka berbeda dengan teknologi blockchain. Open banking menekankan pada berbagi data, sedangkan blockchain pada keamanan data. Sementara ini, perusahaan masih akan melihat sejauh mana dampak efisiensi, cepat, dan keamanan siber yang bisa diberikan blockchain.
”Kompetisi kami belum menyentuh aset kripto. Semoga kompetisi yang kami selenggarakan sekarang dapat memicu generasi muda untuk berinovasi digital,” katanya.
Open banking adalah konsep sistem yang menyediakan pengguna suatu jaringan data lembaga keuangan melalui pemakaian aplikasi pemrograman antarmuka.
Blockchain (rantai blok) adalah teknologi yang digambarkan seperti buku besar (ledger) yang bukan dipegang satu pihak, melainkan terdistribusi dalam sistem komputasi yang bekerja secara sinkron pada jaringan. Setiap transaksi pada blockchain akan tersimpan pada transaksi berikutnya. Karena bekerja secara kolektif, tidak ada pihak tunggal yang dapat mengubah riwayat transaksi yang tersimpan dalam sistem ini (Kompas, 21/12/2017).
Supervisory Board Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Steven Suhadi menilai blockchain sebagai teknologi yang inklusif. Generasi muda yang ingin membangun perusahaan teknologi dan mau memanfaatkan blockchain semestinya bukan fokus melulu mengejar predikat unicorn. Fokus mereka seharusnya menciptakan inovasi yang dapat membantu masyarakat. (MEDIANA)