Yowdi, Ilustrator Bandung yang Berkarya di Hollywood
Dari studio mungil di Bandung, Yowdi Santiar menggarap ilustrasi poster-poster film Hollywood seperti It Chapter Two, Zombieland: Double Tap, dan Terminator Dark Fate.
Goresan tangan Yowdi Santiar (24) kini semakin dikenal dalam jagad ilustrator dunia. Selain jadi desain kaos dan sampul album band metal dalam dan luar negeri, beberapa film Hollywood memakai gambar buatannya sebagai media promosi. Namun, dia tak ingin besar kepala. Yowdi tetap membuka pintu jawaban bagi mereka yang mau belajar padanya.
Terselip di antara gang sempit dan kepadatan kawasan Sadang Salip, Kota Bandung, Jawa Barat, studio berukuran 4 meter x 3 meter itu jadi tempat bagi Yowdi membanggakan Indonesia. Dalam setahun terakhir, tiga poster film Hollywood dibuat di sana. Unik. Karya dari studio yang dibangun dengan biaya Rp 5 juta itu dipercaya jadi etalase film berbiaya triliunan rupiah.
Setelah memenangi sayembara yang digelar Talent House--jejaring seni tempat film-film Hollywood dalam mencari ilustrasi poster film--Yowdi mendapat proyek dari film berbiaya mahal yakni It Chapter Two, Zombieland: Double Tap, dan Terminator Dark Fate. Ada satu lagi program televisi Carnival Row yang dibintangi Orlando Bloom dan Cara Delevingne.
Hadiah lomba 2.000 Dollar AS. Namun, bukan uang yang utama tapi kebanggaan bisa bersaing dengan ilustrator berbagai negara
"Hadiah lomba 2.000 Dollar AS. Namun, bukan uang yang utama tapi kebanggaan bisa bersaing dengan ilustrator berbagai negara,” katanya.
Karya Yowdi untuk Terminator Dark Fate memang sulit dilewatkan. Ilustrasi gaya klasik dipadu ornamen teknologi masa kini terlihat dalam poster Terminator edisi ke-6 itu. Hal itu sejalan dengan jalan cerita film itu sendiri, ketika dua sosok sentral Terminator 1 dan 2, reuni.
Arnold Schwarzenegger (Robot T-800) kembali adu akting bersama Linda Hamilton (Sarah J Connor) di edisi ini. Mereka akan berhadapan dengan robot antagonis Rev-9 yang tengkoraknya jadi latar belakang utama poster itu.
Mata Rev-9 menyorot galak dengan jilatan api di belakangnya. Namun, tak hanya didominasi warna merah dan hitam, kesan kontras tapi tegas diperlihatkan gambar warna hijau langit dan biru lautan.
"Saya suka dengan gambar dan warna kontras terinspirasi dari gambar band metal. Menurut saya gambar yang dibuat terasa hidup bila diberi efek kontras yang sesuai," katanya.
Tak langsung juara
Bakat menggambar Yowdi sudah dimiliki sejak bocah. Gambar kartun animasi Jepang semacam Kapten Tsubasa, Digimon, hingga Yu-gi-Oh kerap ia buat. Dia bahkan sering jadi juara lomba melukis dan mewarnai.
Bakatnya semakin menjadi ketika duduk di bangku SMA. Perkenalannya dengan band-band beraliran metal kian menegaskan minatnya. Gambar-gambar keras dan tegas seperti tengkorak, jilatan api hingga dan dominasi warna hitam dan merah, mulai ia tekuni. Gurunya siapa dan di mana saja. Yowdi kerap datang ke acara temu ilustrator hingga berguru pengetahuan baru di dunia maya.
"Dulu, satu gambar dijual Rp 50.000. Lama-lama, karena menjanjikan, saya serius menerima pesanan. Uangnya untuk nonton konser musik, belum kepikiran nabung untuk menikah seperti sekarang,” kata lelaki lajang ini. Bila dihitung hingga kini, ia memperkirakan ada ribuan desain yang sudah ia buat untuk ratusan band.
"Perkembangan teknologi membantu mempromosikan karya. Ada band asal Australia hingga Jerman yang tertarik menggunakan karya saya. Dari sana, saya juga mulai kenal banyak ilustrator lainnya," katanya.
Salah satu momen penting saat berkenalan dengan Soni Wicaksono, ilustrator asal Surabaya, Jawa Timur. Ia tak bertemu langsung tapi kerap berdiskusi lewat media sosial atau alat komunikasi lain. “Dari Mas Soni, saya tahu ternyata poster film Hollywood itu ada lombanya di Talent House,” katanya.
Pertama kali mencoba, Yowdi tak langsung menang. Ia gagal juara saat membuat gambar untuk film Annabelle Come Home, sekuel ketiga Annabelle. Ada tujuh gambar yang dikirim tapi tak satupun yang terpilih.
Akan tetapi, dia dapat bonus tak disangka. Katie Sarife, pemeran Daniela Rios menulis pesan pribadi di akun instagramnya. “You beat me to it,” kata Katie mengomentari gambar poster Annabelle Come Home buatan Yowdi.
Tak peduli kalah atau menang, ia berjodoh dengan It Chapter Two. Tidak ada sosok sentral badut Pennywise. Dia justru menggambar suasana karnaval di Kota Derry yang dingin dan mencekam. “Derry is Calling”, begitu tulisan di salah satu papan pengumuman di poster buatan Yowdi.
Setelah menang, Yowdi semakin dikenal banyak orang dari berbagai negara. Akun media sosialnya tak hanya dipenuhi pujian tapi juga pertanyaan. Banyak orang ingin belajar padanya.
Pada prinsipnya saya tidak ingin pelit ilmu bagi orang yang punya mimpi besar
“Jumlahnya bisa puluhan hingga ratusan per bulan. Pada prinsipnya saya tidak ingin pelit ilmu bagi orang yang punya mimpi besar,” katanya.
Pertanyaan, Septian Masnaputra, misalnya. Dia dan Yowdi tak pernah bertemu muka sebelumnya. “Mas Yowdi, biasanya mekanisme brush-nya apa dan gimana biar halus tapi bertekstur,” tulis Septian.
"Sebenarnya di finishing mas bikin halus tapi berteksturnya. Bikin layer baru. Lalu di pattern overlay mas, nanti layer-nya di soft overlay,” balas Yowdi.
Tidak hanya dari Indonesia tapi ada juga pertanyaan dari berbagai negara, diantara Inggris dan India.
“Untungnya bisa bahasa Inggris sedikit jadi enak ngobrolnya," katanya.
Berbagi
Akan tetapi, jauh sebelum namanya dikenal di mancanegara, berbagi ilmu sudah ia lakukan bersama orang di sekitarnya. Semuanya gratis tanpa imbalan sepeser pun. Salah seorang yang belajar adalah Edy Haryants (25), teman sepermainan Yowdi yang berprofesi sebagai tukang sablon sejak 2014.
Edy mengatakan, ilmu dari Yowdi efektif mendongkrak usaha sablonnya setahun terakhir. Ia mencontohkan cara memperbaiki contoh desain permintaan konsumennya.
Banyak contoh desain datang dalam kondisi tidak ideal, seperti warna tidak terlalu jelas hingga resolusi gambar yang buruk. Dengan pengetahuan memisahkan warna secara digital, ia bisa lebih kreatif memperbaikinya demi kepuasan konsumen.
Dengan kemampuan desain lebih baik, Edy juga fasih mempromosikan usahanya di media sosial. Bila dulu promosi dilakukan mulut ke mulut, dia kini leluasa membuat iklan dalam bentuk digital. Promosi digital membuat produknya dikenal luas. Kini, dua film nasional sudah memakai produk sablonannya untuk promosi filmnya.
“Syarat Yowdi sederhana, asal mau belajar pasti semua pertanyaan dia jawab,” ujar Edy.
Kini, Yowdi mengatakan, masih ingin terus belajar banyak hal baru. Salah satu targetnya menjual beragam gambar yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Ia merasa, sudah terlalu lama berkarya atas pesanan konsumen atau menyesuaikan diri dengan tema sayembara.
Dia sudah memulainya lewat jejaring lebih luas dengan ilustrator dan konsumen mancanegara. Dia intens membangun komunikasi dengan sesama ilustrator. Saling puji atau koreksi karya kerap dilakukan sebagai sarana belajar lebih baik.
Dengan berjejaring lebih luas, Yowdi yakin dunia ilustrasi bisa terus hidup. Ia masih pesimistis bila hanya bertarung di dalam negeri, ilustrasi bakal sulit berkembang. Penghargaan bagi ilustrasi dalam negeri masih minim.
Saya sudah punya konsumen yang biasa membeli 100 ilustrasi saya untuk dipasarkan lagi di sana. Gambarnya bebas, apapun yang saya buat pasti dibeli
"Beda dengan negara lain. Inggris, misalnya. Saya sudah punya konsumen yang biasa membeli 100 ilustrasi saya untuk dipasarkan lagi di sana. Gambarnya bebas, apapun yang saya buat pasti dibeli," katanya.
Yowdi tahu jalannya tak mudah. Namun, ia selalu yakin, semuanya bukan tak mungkin. Pengalaman meyakinkan keraguan keluarganya lewat karya jadi pelecut semangat. Sekarang, saat karyanya melanglang buana dikenal dunia, pandangan itu berubah sendiri. Halaman rumah milik keluarga yang kini berubah jadi studio tempat Yowdi berkarya jadi bukti nyata dukungan itu.
“Dukungan keluarga menjadi awal bagi saya untuk cita-cita lebih besar membawa Indonesia bersaing dengan ilustrator hebat dari berbagai negara. Pasti bisa kalau ada niat dan yakin,” ujarnya.
Yowdi Santiar
Lahir : 23 Maret 1995
Pendidikan:
- SMK PU Bandung (Lulus 2013)
- SMPN 40 Bandung (Lulus 2010)
- SDN Haurpancuh Bandung (Lulus 2007)