Indonesia Upayakan Minimal 60 Emas untuk Peringkat Kedua
›
Indonesia Upayakan Minimal 60 ...
Iklan
Indonesia Upayakan Minimal 60 Emas untuk Peringkat Kedua
Permintaan Presiden Joko Widodo agar Indonesia menempati peringkat kedua SEA Games 2019 ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan olahraga Indoensia, dengan menargetkan minimal 60 emas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
MANILA, KOMPAS – Untuk merealisasikan permintaan Presiden Joko Widodo agar kontingen Indonesia mencapai peringkat kedua SEA Games 2019 Filipina, Kemenpora bersama KOI dan Kontingen Indonesia berupaya agar para atlet minimal meraih 60 emas. Dengan demikian, Indonesia harus menambah 15-20 emas lagi, dari target realistis 45 emas menjadi minimal 60-65 emas untuck memenuhi harapan tersebut.
Tambahan emas itu diyakini akan datang dari sedikitnya 27 cabang yang dinilai masih menyimpan kekuatan utamanya.
"Memang ini tugas yang berat. Ttapi, kami yakin bisa mencapainya. Banyak cabang yang masih menyimpan kekuatannya. Terbukti, polo air putra itu tidak pernah menargetkan emas di SEA Games, ternyata berhasil merebut medali emas dari Singapura yang sudah 52 tahun menguasai polo air SEA Games," ujar Menpora Zainudin Amali dalam konferensi pers kepada wartawan Indonesia di Manila, Filipina, Sabtu (30/11/2019).
Zainudin mengatakan, semula Indonesia menargetkan 54 emas. Setelah memperhitungkan faktor kesalahan (margin error), target berubah menjadi 45 emas. Akan tetapi, saat pelepasan kontingen di Istana Bogor, Rabu (27/11), Presiden Joko Widodo meminta kontingen Indonesia menjadi runner up SEA Games ini. Permintaan itu didasari pertimbangan Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan menempati peringkat keempat Asian Games 2018, atau terbaik di antara negara ASEAN.
Apa yang diminta Presiden dianggap cukup realistis. Lagi pula, Indonesia pernah melakukan lompatan besar prestasi di Asian Games. Pada Asian Games Incheon 2014, Indonesia hanya menempati peringkat ke-17 dengan 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu. Pada Asian Games 2018, Merah-Putih mampu mengoleksi 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Pada SEA Games 2017 Malaysia, Indonesia hanya berada di peringkat kelima dengan perolehan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu. "Berkaca dari Asian Games, kami yakin tidak ada yang tidak mungkin. Kami yakin bisa melakukan lompatan peringkat juga dari SEA Games 2017 ke 2019 ini," kata Zainudin.
Zainudin menuturkan, keyakinan itu dilandasi sejumlah bukti, banyak pengurus induk cabang yang menyimpan potensi. Mereka tidak berani sesumbar mengungkap target optimalnya, karena tanggung jawab terhadap penggunaan anggara bantuan pelatnas Kemenpora. Jika tidak sesuai target yang dicanangkan, mereka bisa terkena sanksi, antara lain anggaran tahun selanjutnya berpotensi dikurangi.
"Nah, setelah ada instruksi presiden agar bisa merebut peringkat kedua, kami berkomunikasi lagi dengan pengurus induk cabang untuk mengungkap target optimalnya. Kami minta target itu bisa dikejar. Hal itu agar kontingen Indonesia bisa merebut minimal 60 emas yang menjadi syarat untuk duduk di peringkat kedua klasemen akhir perolehan medali SEA Games 2019," tuturnya.
Untuk mencapai target baru itu, Indonesia sejatinya setidaknya memerlukan 65-70 emas. Namun, mengejar 70 emas dianggap terlalu tinggi. Akhirnya dipilih batas bawah 60-65 emas. Raihan sejumlah itu lebih baik dari peringkat ketiga SEA Games 2017, Vietnam (58 emas), tetapi masih di bawah peringkat kedua Thailand (72 emas). "Kami upayakan bisa lebih dari 60 emas dulu. Itu batas minimum untuk mengejar target runner up SEA Games 2019," ujar Zainudin.
Dari 27 cabang
Ketua Kontingen (CdM) Indonesia Harry Warganegara mengutarakan, semua cabang pada dasarnya punya potensi menambah medali emas. Namun, ada 27 cabang yang menyimpan potensi optimalnya. Contohnya cabang balap sepeda yang hanya menargetkan tiga emas meski punya potensi enam emas. Ada juga pancalomba yang menargetkan satu emas, tetapi ada potensi dua emas.
Mereka selama ini tidak berani mengungkap target optimal karena takut tidak tercapai. Bila itu terjadi, mereka bisa berpotensi terkena sanksi dari Kemenpora. Akhirnya, mereka hanya mengungkap target minimum atau realistisnya.
"Andai mereka semua bisa didorong merebut target optimalnya, tidak menutup kemungkinan kita meraih lebih dari 60 emas dan duduk di peringkat kedua. Polo air putra membuktikannya. Mereka tidak pernah berani menargetkan emas karena di bawah bayang-bayang Singapura. Tetapi, nyatanya, mereka bisa merebut emas. Kami harap ini menular ke cabang-cabang lainnya," kata Harry.
Ketua KOI sekaligus Ketua Umum PB ISSI (sepeda) Raja Sapta Oktohari mengungkapkan, pada awalnya, mereka hanya menargetkan empat emas. Namun, para atlet mengaku hanya bisa dua emas. Belakangan karena sejumlah prestasi yang didapat, target naik menjadi tiga emas.
Itu hanya target realistis karena mereka mengantisipasi pula sanksi dari Kemenpora. Padahal, mereka punya target optimal hingga enam emas, yakni dua emas BMX, dua emas downhill, satu emas lintas alam, dan satu emas jalan raya. "Karena ada instruksi dari Presiden, kami berupaya untuk mengejar target optimal enam emas itu," tutur Okto.
Antisipasi cuaca
Harry menambahkan, Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina (Phisgoc) sedang berupaya mengantisipasi cuaca buruk. Salah satu penyebabnya adalah topan Kammuri yang akan melanda wilayah Pulau Luzon termasuk Manila. Untuk menghindari dampak buruk, kontingen negara peserta dan Phisgoc menyepakati perubahan jadwal sejumlah perlombaan.
"Paling tidak, layar dan balap sepeda ditunda satu hari. Adapun triathlon dipercepat satu hari," ujar Harry.
Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang menyampaikan, pada 3 Desember nanti, wilayah Pulau Luzon termasuk Kota Manila akan dilanda topan Kammuri. Ketika topan tiba, akan terjadi angin kencang dan hujan deras selama beberapa jam.
Akan tetapi, warga diminta tidak berlindung di bawah pohon, karena bisa tumbang. “Pada dasarnya, topan itu sama dengan angin puting beliung di Indonesia. Tidak terjadi terlalu lama, hanya beberapa saat saja," ungkap Sinyo.