Jaringan Nigeria Pasok Sabu untuk Pesta Pergantian Tahun
›
Jaringan Nigeria Pasok Sabu...
Iklan
Jaringan Nigeria Pasok Sabu untuk Pesta Pergantian Tahun
Indonesia masih dianggap sebagai pasar potensial peredaran narkoba. Jaringan asal Nigeria menyiapkan 158 kilogram sabu untuk pesta pergantian tahun.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang pergantian tahun, jaringan pengedar internasional mengincar pasar di Indonesia. Jaringan asal Nigeria memasok 158 kilogram (kg) sabu ke Indonesia untuk pesta pergantian tahun. Namun, rencana ini gagal dilaksanakan karena Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat Tindak Pidana Narkoba mengungkap aksi mereka.
Peredaran narkoba itu didalangi seorang asal Nigeria berinisial AC. Ia bersama tersangka lainya berinisial EF merupakan residivis yang memasukan narkoba ke Indonesia.
”AC ini punya teman berinisial TN yang tinggal di Nigeria. Mereka ini memasok narkoba ke Indonesia. Dari hasil pengungkapan, narkoba akan disebarkan saat libur pergantian tahun. Karena itu, kami berkerja sama dengan Bea dan Cukai, BNN, TNI, untuk menekan peredaran serta mengungkap peredaran. Pengawasan akan semakin ketat menjelang Natal dan pergantian tahun,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Argo Yuwono, Senin (2/12/2019), di Jakarta.
Terungkapnya 158 kg sabu yang siap diedarkan di Jakarta dan sekitarnya memperlihatkan bahwa permintaan barang haram ini sangat tinggi, terutama menjelang pergantian tahun baru.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Eko Daniyanto melanjutkan, AC merupakan narapidana di salah satu lembaga permasyarakara (lapas) di Tangerang. Pada 2008, polisi menangkap AC karena terlibat tindak pidana narkoba jenis heroin seberat 6,7 kg dan 5 kg sabu. Meski masuk bui, tidak menghalangi AC untuk tetap bertransaksi narkoba melalui telpon seluler. Ia kerap meminta bandar besar untuk memasukan narkoba ke Indonesia.
Karena itu, harap Eko, ada pengawasan ketat terkait barang masuk ke lapas, terutama telpon seluler. Jika para narapidana ini masih bebas memegang telpon seluler, mereka masih leluasa mengendalikan narkoba. ”Seharusnya narapidana tidak boleh ada pegang. Jangan berikan mereka celah untuk menghancurkan anak bangsa,” kata Eko.
Eko mendugaan jaringan Nigeria ini berkolaborasi dengan jaringan Asia Tenggara karena hasil pengungkapan 158 kg narkoba ini diduga dari Myanmar. Oleh karena itu, mereka akan kerja sama dengan BNN sekaligus uji laboratorium terkait tingkat kemurnian sabu ini.
Eko Daniyanto melanjutkan, pengungkapan kasus 158 kg dari jaringan narkoba internasional merupakan hasil dari rangkaian penyelidikan polisi sekitar dua bulan sejak Oktober.
Dari penyelidikan tersebut, tim polisi bergerak mengintai sebuah mobil yang dicurigai membawa barang haram. Akhirnya, pada Jumat (29/11/2019) sekitar pukul 16.45, di Jalan Alternatif Sentul, polisi mencegat mobil tersebut dan menemukan 15 kg sabu yang terbungkus dalam karung biru.
”Tersangka EF merupakan bandar sekaligus penadah sabu. Terbukti dari pengembangan, kami menemukan 118 kg sabu di rumah kontrakan EF, di Jalan Griya Alam Sentul. Rumah tersebut menjadi tempat tersangka menadah sabu dari bandar lebih besar. EF dapat perintah dari AC untuk mendatangkan narkoba dari luar dan mengedarkannya ke Jakarta,” kata Eko, Senin (2/11/2019), di RS Polri Kramat Jati.
Dari keterangan tersangka, kata Eko, dia merencanakan akan mengirim sabu menggunakan mobil berbeda ke kurir untuk diedarkan ke para pelanggan. Tak mau berlama-lama, polisi meminta EF menunjukkan persembunyian sabu tersebut yang berlokasi di Jalan Baru Bantul.
”Di lokasi tersebut ada sebuah mobil yang berisi 25 kg sabu siap edar. Kami masih mencurigai, mereka masih menyimpan sabu. Oleh karena itu, kami meminta EF menunjuk lokasi selanjutnya di Bekasi. Namum, EF melawan dan berusaha kabur. Terpaksa Kami tembak. Saat dibawa ke rumah sakit terdekat, nyawanya tak tertolong,” terang Eko.