Perbankan Indonesia wajib melihat sejarah kebangkrutan sebagai pelajaran berarti. Kebangkrutan perbankan kembali mengharu biru Indonesia pada 1998. Sekarang perekonomian Indonesia terlihat aman.
Oleh
SIMON SARAGIH
·2 menit baca
Pada 3 Desember 1971 Kompas memberitakan kebangkrutan sejumlah bank. Alasannya perbankan mengalami kerugian besar serta manajemen yang tidak baik. Terhadap perbankan yang bertahan, saat itu disarankan untuk merger dan memperbaiki manajemen.
Indonesia adalah negara yang saat itu tergolong mulai membangun ekonomi. Modal sangat tergantung pada Amerika Serikat dan Eropa. Guncangan di AS ataupun Eropa mudah berefek ke dalam negeri.
Resesi ekonomi yang terjadi di AS pada Desember 1969-November 1970 berefek negatif pada perekonomian Indonesia. Pada resesi di AS tahun 2008 Asia termasuk Indonesia relatif aman, tidak banyak mengalami guncangan. Keterkaitan ekonomi saat ini lebih berorientasi ke Asia.
Urgensi tinggi
Namun, Indonesia jangan terlena. Pihak perbankan Indonesia wajib melihat sejarah kebangkrutan sebagai pelajaran berarti. Kebangkrutan perbankan kembali mengharu biru Indonesia pada 1998. Sekarang perekonomian Indonesia terlihat aman.
Namun, ada bom waktu di balik itu. Kini ada arus masuk dana asing ke pasar uang dan pasar modal Indonesia. Krisis ekonomi Asia 1997 dan dari rangkaian efek taper tantrum kebijakan Bank Sentral AS mulai 2013 menunjukkan, nilai rupiah sempoyongan setiap kali arus masuk ini mendadak keluar.
Bom waktu lainnya adalah potensi resesi ekonomi AS, ditandai dengan inverted yield curve. Ini sebutan bagi keuntungan investasi atas surat berharga jangka panjang lebih rendah dari jangka pendek. Dalam situasi normal, keuntungan investasi pada surat berharga berjangka panjang lebih tinggi dari berjangka pendek.
Secara empiris, hampir dipastikan akan terjadi resesi beberapa bulan atau tahun kemudian sejak kurva keuntungan terbalik ini ditemukan. Mumpung ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik, peningkatan modal bank dan pemeliharaan rambu-rambu bisnis bank menjadi urgen. Saran ini sudah disampaikan Pascal Blanque, pejabat bidang investasi Amundi Global, perusahaan pengelola dana investasi global.