Korban jiwa akibat merebaknya wabah campak di Samoa sebanyak 53 orang yang sebagian besar adalah bayi.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
WELLINGTON, SENIN — Sejak pertengahan Oktober lalu, korban jiwa akibat wabah campak di Samoa sebanyak 53 orang. Dari 53 korban jiwa tersebut, sebagian besar adalah bayi. Pemerintah Samoa mengatakan, sejak Minggu (1/12/2019), tercatat ada 200 kasus campak baru, sementara tingkat infeksi tidak menunjukkan tanda-tanda melambat meski ada program vaksinasi massal wajib.
November lalu, pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat nasional dan memerintahkan agar 200.000 penduduk Samoa melakukan vaksinasi. Pemerintah juga meliburkan sekolah-sekolah dan melarang anak-anak untuk untuk berada di tempat-tempat umum.
Lebih dari 1.100 orang telah dirawat di rumah sakit sejak wabah campak dimulai dan sekitar 180 orang masih dirawat di rumah sakit hingga saat ini. Di antara mereka yang dirawat di rumah sakit adalah 19 anak-anak yang sekarang dalam kondisi kritis. Penanggulangan campak pun difokuskan pada anak-anak. Perdana Menteri Samoa Tuilaepa Sailele Malielegaoi mengatakan, saat ini sudah waktunya untuk mengimunisasi semua warga Samoa yang berusia di bawah 60 tahun, yang populasinya sebanyak 200.000 orang.
Untuk mencapai tujuan itu, Malielegaoi mengatakan, pelayanan pemerintah akan ditutup pada Kamis dan Jumat pekan ini agar semua pegawai negeri membantu kampanye vaksinasi massal di seluruh Samoa. Hanya pekerja yang mengurusi listrik dan air yang akan dibebaskan untuk membantu kampanye melawan campak. Dia juga meminta seluruh penduduk untuk bahu-membahu mengatasi wabah campak tersebut.
”Dalam masa krisis ini, kita melihat kenyataan kejam dari epidemi campak. Mari kita renungkan bagaimana kita dapat menghindari terulangnya kembali wabah campak di masa depan,” kata Malielegaoi dalam pidato nasional.
Kasus
Sejak wabah campak merebak pada pertengahan Oktober 2019, tercatat ada 3.728 kasus campak. Jumlah kasus setara hampir 2 persen populasi Samoa. Pemerintah Samoa meyakini bahwa virus campak itu pertama kali tersebar dari seorang wisatawan asal Selandia Baru.
Sementara itu, Pemerintah Tonga menghubungkan wabah campak di negara kepulauan Pasifik tersebut dengan satu regu pemain rugby yang kembali dari Selandia Baru. Beruntung di Tonga tingkat vaksinasi lebih tinggi, begitu juga di negara tetangga Fiji, sehingga membantu membendung wabah campak.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pada Senin bahwa Selandia Baru telah melakukan segala cara yang dapat dilakukan untuk mencegah epidemi campak, termasuk mengirim lebih dari 50 profesional medis dan ribuan vaksin ke Samoa. Negara-negara lain termasuk Inggris juga telah mengirim tim medis dan persediaan vaksin.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menunjukkan bahwa kurang dari 30 persen bayi di Samoa yang diimunisasi pada tahun lalu. Angka vaksinasi yang rendah diperburuk oleh kecelakaan medis yang mengakibatkan kematian dua bayi yang diberi vaksin salah campur. Insiden ini menyebabkan makin terlambatnya vaksinasi dan meningkatkan ketidakpercayaan dalam program vaksinasi.
Pemerintah Samoa mengatakan bahwa sekitar 33.000 orang telah divaksinasi sebelum bulan Oktober lalu dan sejak itu sebanyak 58.000 warga Samoa juga telah divaksinasi.
WHO telah menetapkan target untuk memberantas campak di sejumlah negara di dunia pada tahun depan. WHO menyatakan bahwa campak sepenuhnya dapat dicegah melalui vaksin yang aman dan telah digunakan sejak tahun 1960-an. Kematian akibat campak di seluruh dunia menurun 84 persen antara tahun 2000 dan 2016 karena program imunisasi yang lebih baik. (AP/AFP/REUTERS)