Inflasi Jakarta Lebih Tinggi dari Nasional pada November
›
Inflasi Jakarta Lebih Tinggi...
Iklan
Inflasi Jakarta Lebih Tinggi dari Nasional pada November
Kenaikan harga rokok merupakan konsekuensi rencana pemerintah menaikkan cukai rokok 23 persen per Januari 2020. Produsen membuat konsumen menanggung beban kenaikan itu dengan meninggikan harga rokok kretek filter.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi DKI Jakarta menunjukkan, Jakarta mengalami inflasi 0,19 persen pada November 2019 atau lebih tinggi dibanding angka rata-rata nasional yang sebesar 0,14 persen. Namun, angka inflasi yang tipis menjelang pergantian tahun itu dinilai sebagai dinamika yang wajar terhadap harga beragam kebutuhan di Ibu Kota.
”Kenaikan harga (di DKI) lebih tinggi dibanding nasional, secara teknis begitu. Namun, mesti diketahui bahwa daya beli di DKI juga tinggi,” ucap Kepala BPS DKI Buyung Airlangga, Senin (2/12/2019) di Jakarta. Menurut dia, inflasi di DKI masih dalam taraf terkendali.
Buyung menambahkan, angka inflasi tahun 2019 pada Januari-November sebesar 2,92 persen. Adapun inflasi secara tahunan (November 2018 ke November 2019) sebesar 3,53 persen. Itu semua lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Inflasi DKI bulan Januari-November 2018 pada angka 2,66 persen, dan inflasi year on year tercatat 3,33 persen.
Untuk angka pada November tahun ini, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok kesehatan sebesar 0,39 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,37 persen.
Untuk angka pada November tahun ini, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok kesehatan sebesar 0,39 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,37 persen.
Inflasi pada kelompok pengeluaran kesehatan terutama disebabkan naiknya biaya jasa dokter umum sebesar 0,01 persen. Sementara itu, kontributor utama inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau adalah naiknya harga rokok kretek filter sebesar 0,02 persen.
Kenaikan harga rokok merupakan konsekuensi rencana pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen mulai Januari 2020. Produsen membuat konsumen menanggung beban kenaikan itu dengan meninggikan harga rokok kretek filter. Kenaikan harga dilakukan secara bertahap sejak sebelum pemberlakuan tarif cukai yang baru guna mengantisipasi daya beli perokok serta mempertahankan pangsa pasar.
Selain komoditas jasa dokter umum dan rokok kretek filter, satu komoditas dari kelompok bahan makanan juga menjadi penyumbang terbesar inflasi November, yaitu bawang merah (inflasi 0,02 persen). Buyung menuturkan, inflasi bawang merah amat dipengaruhi musim serta ada-tidaknya panen raya dan gagal panen.
Harga bawang merah yang naik dinilai wajar karena pada bulan sebelumnya harga anjlok mengingat terdapat panen raya. Selain itu, harga komoditas tersebut juga memang biasa naik pada musim hujan serta menjelang natal.