Ahli Sarankan Pemetaan Area Rawan Longsor di Tangerang Selatan
›
Ahli Sarankan Pemetaan Area...
Iklan
Ahli Sarankan Pemetaan Area Rawan Longsor di Tangerang Selatan
Satu bulan terakhir, setidaknya tujuh rumah warga dan satu sekolah rusak akibat pergeseran tanah di Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten. Pemetaan area rawan perlu dilakukan untuk memastikan area keamanan kawasan.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyarankan adanya pemetaan potensi longsor yang lebih detail di wilayah Tangerang Selatan, Banten. Hasil pemetaan itu dapat dimasukkan ke dalam rencana tata ruang sehingga daerah-daerah rawan longsor tidak dijadikan lokasi hunian.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, hanya Kecamatan Setu yang masuk daerah rawan longsor di Tangerang Selatan. Lokasi rawan ini berbatasan dengan lembah sungai, gawir/terjal, tebing jalan, dan lereng rentan longsor ketika curah hujan tinggi. Sementara itu, perlu ada data yang benar-benar memastikan kawasan di luar Kecamatan Setu aman dari ancaman longsor.
Satu bulan terakhir, setidaknya tujuh rumah warga dan satu sekolah rusak akibat pergeseran tanah di Kecamatan Setu. Bangunan-bangunan yang berdiri di bantaran sungai dan tebing aliran Sungai Cisadane itu mengalami retak di dinding, miring karena ambles, hingga roboh.
Bahkan seorang ibu dan anak tertimbun longsoran tembok penyokong atau turap setelah hujan deras di Kampung Kademangan, Setu, Senin (2/12/2019). Ibu tewas seketika, sementara sang anak mengalami luka-luka.
”Berbahaya karena peruntukannya bukan untuk hunian. Harus ada pengurangan atau minimal tidak menambah beban pada area potensi longsor,” kata Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nur Hidayat, Selasa (3/12/2019).
Ketiga longsor itu terjadi di area tebing dengan deretan rumah, rumah toko, dan kontrakan. Bahkan, turap tidak mampu menahan beban air bersama material tanah sehingga ambles.
Longsor di Kampung Kademangan, misalnya. Area itu merupakan perbukitan dengan tebing terjal, tetapi padat penduduk. Di situ juga terdapat jalan yang dilintasi truk pengangkut batu dan tanah.
Menurut Nur, tanah di lokasi longsor mendapatkan beban tetap dari bangunan di sekitarnya dan beban bergerak dari truk yang melintas. Imbasnya ketika hujan deras terjadi pergerakan tanah.
Pergerakan tanah itu ditandai dengan retak pada lantai dan dinding bangungan. ”Seharusnya bisa menjadi peringatan dini. Perlu diwaspadai pola retakan yang sejajar tebing karena berpotensi mempercepat gerakan tanah saat hujan turun,” ujarnya.
Mitigasi
Berkaitan dengan itu perlu diinformasikan kepada masyarakat yang tinggal di area rawan longsor agar waspada saat hujan deras. BPPT menyarankan agar jalan di lokasi longsor sebaiknya tidak dilewati kendaraan berat, dibuatkan saluran air, penebangan pohon bambu, dan pembangunan turap.
Pembuatan saluran air bertujuan agar air hujan tidak langsung meresap ke tanah. Sebab, hal itu mempercepat terjadinya pergerakan tanah. Saluran air sangat penting agar perilaku air dapat diarahkan dan dikumpulkan sehingga tidak meresap ke segala arah, termasuk ke dinding tebing. Kemudian penebangan pohon bambu di tebing supaya tidak menambah beban pada tebing.
Di lokasi pergerakan tanah Sekolah Khusus Assalam 01, misalnya, tidak terdapat saluran air dan turap di bagian belakang sekolah. Padahal, bangunan terletak di tebing aliran Sungai Cisadane. Selanjutnya di Kampung Kademangan. Turap dibuat nyaris tegak lurus tanpa tiang penyangga. Alhasil turap tidak mampu menahan beban tanah urakan yang dipenuhi material batu.
Hassanudin Macing (40), warga Kademangan, memastikan hal itu. Longsoran turap di sekitar tempat tinggalnya pernah terjadi sebelumnya. Turap tanpa penyangga tidak mampu menahan tanah urukan. ”Ketiadaan saluran air memperparah keadaan sehingga air hujan langsur mengalir ke tebing,” ujar Macing.
Karena itu, pembangunan turap perlu mempertimbangkan kondisi tanah, terutama ketebalan tanah, posisi air tanah, dan batuan keras sehingga pembangunannya tepat.
Nur menambahkan, idealnya fondasi turap harus berada pada lapisan batuan keras dan tidak berada di atas lapisan pembawa air. ”Turap juga sebaiknya diberikan jalan air sebagai antisipasi jika memotong lapisan tanah yang mengandung air,” katanya.
Kamis (21/11/2019), Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tangerang Selatan Ade Wahyudi belum dapat memastikan jumlah titik rawan longsor di Kecamatan Setu. Kendati demikian, koordinasi dengan warga dan instansi terkait untuk kesiapsiagaan menghadapi longsor terus dilakukan.