Tiga Minggu, Harimau Serang Tiga Orang di Sumsel, Satu Orang Tewas
›
Tiga Minggu, Harimau Serang...
Iklan
Tiga Minggu, Harimau Serang Tiga Orang di Sumsel, Satu Orang Tewas
Selama tiga minggu terakhir, konflik antara manusia dan harimau sumatera (”Panthera tigris sumatrae”) tiga kali terjadi di Sumatera Selatan. Akibat kejadian itu, satu orang tewas dan dua orang terluka.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PAGAR ALAM, KOMPAS — Selama tiga minggu terakhir, konflik antara manusia dan harimau sumatera (Pantheratigris sumatrae) telah tiga kali terjadi di Sumatera Selatan. Konflik menyebabkan tiga orang menjadi korban, satu orang di antaranya tewas.
Semua konflik terjadi di dua koridor harimau, yakni di Hutan Lindung Bukit Dingin seluas 63.000 hektar dan Hutan Lindung Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektar. Kedua hutan itu terbentang di Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat, Empat Lawang, dan Muara Enim.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, diduga penyerangan harimau terjadi karena adanya aktivitas manusia di dalam habitat harimau. ”Manusia masuk ke dalam hutan lindung yang menjadi wilayah jelajah harimau,” kata Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Lahat Martialis Puspito, Selasa (3/12/2019).
Berdasarkan laporan warga, lanjut Martialis, perjumpaan manusia dengan harimau mulai terjadi pada Jumat (15/11/2019). Awalnya, Suparudin (67) menemukan jejak kaki harimau di Dusun Marga Mulyo, Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagar Alam Utara, Kota Pagar Alam. Sore harinya, sejumlah warga setempat melaporkan melihat harimau masuk ke kawasan kebun teh di kaki Gunung Dempo.
Setelah itu, Jumat malam hari, terjadi penyerangan harimau terhadap sekelompok wisatawan yang membuka tenda di kawasan Gunung Dempo. Akibat penyerangan itu, Irfan (20), warga Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, mengalami luka di wajah dan tubuhnya.
Sekelompok wisatawan tersebut membangun dua tenda di bawah tulisan penunjuk wisata ”Pagar Alam”. Tulisan itu berada di kawasan lindung yang menjadi wilayah jelajah harimau yang semestinya tidak dijadikan kawasan wisata.
Sulaiman (56), salah seorang warga yang berbincang dengan korban sebelum kejadian penerkaman, mengatakan, korban sempat mengatakan jika menemukan anak harimau akan membawanya ke Sekayu.
Martialis mengatakan, sejumlah warga setempat juga melaporkan melihat tiga anak harimau sebesar anjing di Desa Curup Gare, Kecamatan Pagar Alam Utara. Pihaknya mempertanyakan keberadaan anak-anak harimau itu yang jauh dari induk harimau. ”Apakah benar harimau tersebut terpisah atau sengaja dipisahkan,” kata Martialis.
Dua hari kemudian, dua warga yang sedang membuka perkebunan kopi di dalam kawasan hutan Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, juga diserang harimau. Satu korban penyerangan yang bernama Kuswanto (57) meninggal. Adapun rekannya, Dedi, berhasil menyelamatkan diri.
Saat kejadian, keduanya tengah membuka lahan kopi dengan menebang pohon. Petugas menemukan mesin gergaji dan 30 papan olahan kayu. Berdasarkan kesaksian Dedi, harimau itu sempat menggigit dan mencium gergaji mesin yang dipegang Kuswanto sebelum akhirnya menyerang korban.
Martialis mengatakan, saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengantisipasi peristiwa ini kembali terulang. Pihaknya melarang aktivitas warga di dalam habitat harimau dan tempat wisata di dalam kawasan hutan lindung.
Pihaknya melarang aktivitas warga di dalam habitat harimau dan tempat wisata di dalam kawasan hutan lindung.
Adapun konflik ketiga terjadi pada Senin (2/12/2019) di Tebat Benawa, Dempo Selatan, Kota Pagar Alam. Marta (24) diserang saat hendak meracun rumput di perkebunan kopi miliknya. Marta selamat setelah memanjat pohon, tetapi mengalami luka di bagian kaki.
Setelah kejadian ini, Tim dari KSDA Wilayah II Lahat dan Polsek Dempo Selatan terjun ke lapangan untuk menyelidiki penyebab konflik tersebut.
Kapolsek Dempo Selatan Inspektur Satu Zaldi Jaya mengungkapkan, pihaknya sudah mengimbau agar warga tidak sendirian saat bepergian ke kebun. Ia juga mengingatkan warga untuk mengurangi aktivitas di dalam kawasan hutan lindung yang menjadi habitat dari harimau sumatera. Hingga saat ini pihaknya belum menemukan adanya indikasi perburuan harimau yang dilakukan oleh warga Dempo Selatan.
Zaldi mengatakan, harimau yang menyerang Marta kemungkinan masih kelompok harimau yang sama yang berkonflik dengan manusia di dua kejadian sebelumnya. ”Saya berharap warga tetap waspada dan segera melaporkan jika ditemukan adanya keberadaan harimau dan jangan dibunuh,” kata Zaldi.