Pesilat putri Puspa Arum Sari mampu mengendalikan ambisi juara yang besar, sehingga bisa tampil tenang dan fokus pada nomor seni perseorangan putri SEA Games 2019. Puspa meraih emas pertamanya di SEA Games.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari Subic, Filipina
·6 menit baca
SUBIC, KOMPAS – Setelah usai berlaga di nomor seni tunggal putri cabang pencak silat SEA Games 2019 Filipina di Subic Exhibition and Convention Center, Subic, Selasa (3/12/2019), pesilat putri Indonesia Puspa Arum Sari langsung meninggalkan lokasi perlombaan dan menepi di ruang pendinginan. Sesampai di ruangan itu, atlet berusia 23 tahun itu langsung sujud syukur sekitar lima menit.
Setelah itu, Puspa duduk bersimpuh sambil menengadahkan tangan dan memejamkan mata. Sekitar sepuluh menit, atlet kelahiran Jakarta, 10 Maret 1993 itu melakukan aktivitas demikian. Tak lama, air matanya menetes. Seiring menetesnya air mata itu, dirinya mendapatkan kabar bahwa aksinya yang membuahkan skor 467 tersebut menjadikan dirinya peraih emas dalam nomor tersebut.
”Ini hadiah Allah (SWT). Sejak kemarin, saya berusaha mempasrahkan diri kepada-Nya. Saya tidak ingin ambisius meraih emas. Melainkan, berusaha ikhlas dengan takdir-Nya tetapi tetap berupaya dengan sebaik mungkin. Alhamdulillah, itu membuat saya tenang dan bisa mendapatkan emas ini,” ujar Puspa tak lama setelah kepastian emasnya.
Dalam final nomor tersebut, Puspa yang telah menekuni silat sejak 15 tahun lalu itu tampil elegan. Ia sangat santai tetapi bisa menunjukkan gerakan yang bertenaga, dinamis, dan penuh irama yang sedap ditonton. Dia bisa menunjukkan 100 gerakan jurus seni tunggal baku yang terdiri dari jurus tanpa senjata, dengan golok, dan toya tepat waktu dalam perlombaan selama tiga menit tersebut.
Berkat penampilan apik itu, Puspa meraih skor tertinggi dan berhak atas emas. Peraih perak adalah pesilat Filipina Mary Francine Cezar Padios dengan skor 454 dan peraih perunggu adalah pesilat Brunai Darussalam Anisah Najihah Binti Abdullah dengan skor 451. Itu adalah emas pertama Puspa di SEA Games setelah hanya meraih perunggu dalam nomor yang sama pada SEA Games 2017 di Malaysia.
Puspa mengatakan, sejak awal, dirinya sangat ambisius untuk merebut emas di SEA Games 2019. Namun, ia tersentak tatkala tiga perwakilan Indonesia dianggap dikerjai wasit juri ketika tampil di tiga nomor berbeda pada hari pertama cabang silat SEA Games ke-30 ini. Pada Senin (2/12/2019), Indonesia hanya mendapatkan perunggu lewat pesilat Dino Bima Sulistiano di nomor seni tunggal putra. Sedangkan tim seni ganda putra dan tim seni beregu putra gagal meraih medali.
Hasil itu sangat memukul perasaan Puspa maupun anggota tim Indonesia lainnya. Sebab, itu diluar prediksi. Sejak awal, mereka memperkirakan sekurangnya bisa meraih satu emas di hari pertama tersebut, yakni melalu tim seni beregu putra. Apalagi tim itu juara bertahan SEA Games dan peraih emas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
”Karena itu, saya sempat nangis terus ketika sholat. Saya kepikiran kasihan melihat teman-teman yang sudah tampil optimal tetapi tidak mendapatkan skor yang layak. Kami pun sempat khawatir akan dikerjai habis-habisan dalam SEA Games kali ini,” kata Puspa.
Mengatur pola pikir
Namun, Puspa coba tidak terus larut dalam kesedihan. Ia pun berusaha mengatur ulang pikirannya, terutama menghilangkan nafsu untuk meraih emas. Dia berusaha untuk pasrah tetapi tetap tampil dengan optimal. Ternyata, perubahan pola pikir itu membuat dirinya lebih tenang dan fokus, serta tak lagi khawatir membayangkan potensi kecurangan tuan rumah.
”Saya ini mudah sekali khawatir dan sangat emosional. Hal itu membuat saya mudah menangis. Tapi, karena berusaha pasrah, saya pun menemukan ketenangan. Mungkin itu yang menjadi faktor utama sehingga bisa meraih prestasi ini,” tutur Puspa yang tidak henti menggerakkan tasbih yang ada di jemari tangan kanannya walau sedang diwawancarai.
Kini, Puspa berharap prestasinya bisa membangkitkan semangat maupun mental rekan-rekannya yang sempat jatuh karena rentetan hasil buruk pada hari pertama perlombaan. Ia berharap emas tersebut bisa membuka jalan emas untuk rekan-rekan yang lain. Adapun Puspa pernah menjadi pembuka jalan emas tim Indonesia pada Asian Games 2018.
Setelah Puspa meraih emas, 13 emas lainnya berdatangan untuk Indonesia di Asian Games setahun lalu. ”Mudah-mudahan, emas kali ini menyadarkan teman-teman saya bahwa jangan larut dalam kekhawatiran. Coba untuk lebih tenang tetapi tetap menunjukkan kemampuan optimal. Insyaallah, kalau sudah takdirnya, kitalah yang akan meraih emas,” ujarnya.
Pelatih nomor seni silat Indonesia Acep Solihin menyampaikan, keunggulan utama Puspa adalah ketenangan. Itu membuatnya bisa tampil dengan luwes tetapi tetap mempertahankan kekuatan dan kecepatan. Itu juga karena Puspa sudah sangat lama mendalami nomor seni tunggal tersebut. Andai wasit juri bertindak lebih profesional, menurut Acep, semua pesilat Indonesia sejatinya bisa meraih medali di nomor seni.
”Saya pribadi berharap wasit juri silat bisa lebih baik. Ini juga penting untuk keberlanjutan silat di dunia internasional. Kita semua punya mimpi besar untuk melihat silat dipertandingkan di Olimpiade. Namun, mimpi itu tidak akan terwujud jika subyektivitas perlombaan terlalu tinggi. Itu sangat mencoreng sportivitas,” tegasnya.
Incar dua emas
Manajer tim silat Indonesia di SEA Games 2019 Sunarno menuturkan, sejauh ini, raihan medali emas silat masih sesuai target. Sejak awal, PB IPSI memang menargetkan minimal satu emas dari nomor seni. Awalnya, emas itu bisa direbut dari tim beregu putra. Namun, nyatanya, yang meraih emas justru dari tunggal putri.
Setelah ini, mereka menargetkan sekurangnya dua emas dari nomor tanding. Target itu diharapkan bisa diwujudkan dari Suci Wulandari yang turun di nomor tanding kelas A (45-50 kilogram) putri dan Jeni Elvis Kause di nomor tanding kelas B (50-55 kilogram) putri. ”Namun, sekarang, saya tidak ingin membebani para atlet. Sayang cuma minta mereka minimal lolos dulu saja ke final. Kalau sudah masuk final, baru kita bisa berbicara banyak mengenai emas tersebut,” katanya.
Pesilat Indonesia di nomor tanding kelas A putra Khoirudin Mustakim mengutarakan, dirinya menjadi bersemangat ketika melihat Puspa meraih emas. Kini, dia pun bermimpi bisa merebut emas. ”Bertanding di tempat orang tidak mudah yah. Sebab, di sini, pesilat tuan rumah punya mental bagus dan ada dukungan penuh dari para pendukung tuan rumah. Tapi, saya akan terus berusaha sebaik mungkin,” tutur pesilat 18 tahun asal Sleman yang menang 3-2 atas pesilat Filipina Jaciren Uyod Abad di laga perdana nomor tanding kelas A.
Catur gagal
Sementara itu, tim catur Indonesia gagal meraih emas di nomor catur cepat yang berlangsung di Subic, Selasa. Dari dua pecatur putra dan dua pecatur putri yang turun di nomor tersebut, Indonesia hanya meraih perak dari Ummi Fisabilillah dan perunggu dari Irene Kharisma Sukandar.
”Itu memang tidak sesuai target. Sebab, awalnya, kami menargetkan minimal satu emas dari catur cepat. Namun, kami berusaha optimal di nomor catur kilat nanti. Di nomor itu, kami menargetkan bisa meraih minimal satu emas,” ujar manajer tim catur Indonesia di SEA Games 2019 Kristianus Liem.
Adapun catur mempertandingkan lima nomor, yakni catur cepat putra dan catur cepat putri, catur kilat putra dan catur kilat putri, serta catur tradisional putra. Untuk catur tradisional, Indonesia tidak memasang target apapun.