Manchester United bakal kedatangan tamu istimewa, yaitu mantan manajernya yang kini membela Tottenham Hotspur, Jose Mourinho. Kehadiran ”Si Spesial” ibarat hantu bagi Manajer ”Setan Merah” Ole Gunnar Solskjaer.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Nyaris setahun seusai dipecat Manchester United, 18 Desember 2018, manajer Jose Mourinho kembali ke Stadion Old Trafford, Kamis (5/12/2019) dini hari WIB. Kedatangannya di Manchester bisa menjadi ancaman bagi penerusnya di MU saat ini, Ole Gunnar Solskjaer.
Mourinho, yang kini menangani Tottenham Hotspur, menjadi saksi perputaran roda nasib. Hampir setahun yang lalu, ia terpuruk dan kehilangan pekerjaannya sebagai manajer MU. Posisinya lantas digantikan Solskjaer sebagai manajer interim. Bersama Solskjaer, MU langsung melesat dengan catatan delapan kemenangan beruntun di berbagai kompetisi.
Namun, prestasinya saat itu terasa semu. Solskjaer kini menyadari realita pahit yang dulu dirasakan Mourinho, yaitu rapuhnya mental dan kemerosotan performa ”Setan Merah”. MU kini tertahan di peringkat kesembilan Liga Inggris. Ini merupakan start terburuk mereka dalam 31 tahun terakhir.
Kondisi ini bahkan lebih buruk dari musim lalu, yaitu di pengujung era Mourinho. Sebelum manajer berjuluk ”Si Spesial” itu dipecat, MU bertengger di peringkat keenam Liga Inggris. Seperti dialami Mourinho dulu, Solskjaer pun kini menyadari rapuhnya jabatannya di MU. Ancaman pemecatan, seperti dialami Mauricio Pochettino di Spurs dan Unai Emery di Arsenal tiga pekan terakhir bisa mendatanginya kapan saja.
Ironisnya, pemecatan itu berpeluang besar terjadi jika timnya dikalahkan Mourinho dan Spurs pada duel di Liga Inggris, Kamis pukul 02.30 WIB. ”Solskjaer telah memberi tahu para pemainnya bahwa ia bakal dipecat jika Mourinho dan timnya menang di Old Trafford,” tulis The Sun mengungkapkan isi hati Solskjaer menyambut Mourinho.
MU dikabarkan tengah menyiapkan penggantinya, salah satunya Pochettino. Manajer asal Argentina itu sempat diincar MU sebelum mengangkat Solskjaer sebagai manajer tetap, Maret lalu. Bak gayung bersambut, Pochettino berkata, dirinya enggan lama menganggur dan siap menangani klub lainnya. Selain MU, ia juga diincar Real Madrid dan Bayern Muenchen.
”Banyak klub dan proyek menarik yang bisa saya ambil. Saya ingin kembali melatih di Eropa, bukan Argentina. Saat ini saya ingin menenangkan diri sejenak. Kita tunggu saja beberapa hari ke depan apa yang akan terjadi,” ujar Pochettino dalam wawancaranya dengan Fox Sports Argentina.
Kepada media, Solskjaer menepis kekhawatiran bakal dipecat MU. Ia memilih tidak menggubris isu pemecatan yang ramai dibahas menjelang pertemuannya dengan Mourinho di Old Trafford. ”Isu itu tidak membuat saya risau. Saya hanya fokus ke pekerjaan dan berusaha melakukan hal terbaik yang bisa saya berikan, termasuk di laga berikutnya (melawan Spurs),” ujarnya dikutip ESPN.
Bek MU, Harry Maguire, mendukung pernyataan bosnya itu. Ia berkata, laga kontra Spurs justru bisa menjadi pelecut timnya untuk bangkit. MU tidak pernah bisa menang di tiga laga terakhirnya, termasuk atas Sheffield United dan Aston Villa di Liga Inggris. ”Ini (kontra Spurs) laga yang sempurna untuk memulai kembali. Ketika lama tidak menang, Anda ingin segera tampil untuk mengejarnya. Suporter akan bersama kami di laga ini,” tuturnya.
Meskipun demikian, upaya MU mengejar kebangkitan di duel ini bakal tidak mudah terwujud. Kontras dengan MU, Spurs langsung menggeliat, bahkan tancap gas, sejak diasuh Mourinho. Di tiga laga terakhirnya bersama Si Spesial, klub berjuluk ”Lili Putih” itu selalu menang. Sempat terpuruk di peringkat ke-14, Spurs pun kini melesat di posisi kelima Liga Inggris. Kemenangan atas MU bakal membuat mereka kian mendekati zona empat besar.
Sosok berbeda
Sejak hadirnya Mourinho, Spurs lebih garang dan bergairah. Gelandang Dele Alli, yang performanya sempat anjlok musim ini, bak terlahir kembali. Ia mencetak tiga gol dan satu asis di tiga laga terakhirnya bersama Spurs. Menggeliatnya Alli tidak terlepas dari jasa Mourinho yang mengembalikannya ke posisi favoritnya, yaitu trequartista alias gelandang kreatif di belakang striker.
Di saat sama, Mourinho juga menjadi sosok yang berbeda menyusul sabatikal selama hampir satu tahun terakhir. Ia menjadi lebih ceria, hangat, dan bersahaja. Sebagai contoh, ia berlari, memeluk hangat dan mencium pipi Callum Hyness (15), bocah pemungut bola, saat merayakan gol pada laga kontra Olympiakos Piraeus di Liga Champions Eropa, pekan lalu. Ia bahkan juga mengajak sang bocah makan bersama tim.
Mourinho, yang satu dekade terakhir dikenal cuek, sinis, dan kejam, kini tidak jarang meminta maaf ke pemainnya saat mengganti mereka di tengah laga. Padahal, itu merupakan tugas dan haknya sepenuhnya. ”Jose (Mourinho) menemukan gairahnya kembali di Spurs. Ia terlihat jauh lebih kalem, bahagia, dan peduli dengan para pemain. Inilah Jose yang saya kenal dulu di Porto,” ucap Benni McCarthy, mantan anak asuhnya di FC Porto. (AFP)