Usai Kebakaran Lahan, Banjir Mulai Melanda Palangkaraya
›
Usai Kebakaran Lahan, Banjir...
Iklan
Usai Kebakaran Lahan, Banjir Mulai Melanda Palangkaraya
Usai mengalami kebakaran lahan di musim kemarau, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah mulai direndam banjir saat memasuki musim hujan bulan ini
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Usai mengalami kebakaran lahan di musim kemarau, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah mulai direndam banjir saat memasuki musim hujan bulan ini. Satu keluarga dievakuasi karena ketinggian air mencapai 70 sentimeter di rumahnya. Selain itu beberapa fasilitas jalan juga rusak.
Hujan deras dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Palangkaraya sejak Selasa (3/12/2019) malam hingga Rabu (4/12/2019) pagi. Hujan datang disertai angin kencang dan petir.
Beberapa wilayah Kota Palangkaraya yang rawan banjir pun mulai terendam. Wilayah yang terdampak cukup parah meliputi Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya.
Warsono (68) dan Rusinem (67), warga Gang Demak, Jalan Rumin III, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, harus dievakuasi oleh pihak kepolisian karena tinggi muka air mencapai 70 sentimeter di kediamannya. Mereka dibawa ke tempat yang lebih tinggi pada Selasa malam, lalu kemudian dipulangkan ke rumahnya pada Rabu siang.
Kepala Kepolisian Resor Kota Palangkaraya Komisaris Besar Dwi Tunggal Jaladri mengungkapkan, kedua lansia itu diungsikan sementara karena air terus meninggi. Mereka berdua sempat dibawa ke Polsek Pahandut sebelum akhirnya dipulangkan.
“Selain direndam air, rumahnya juga tidak layak. Mereka juga tinggal di tanah orang, dan hanya berdua saja,” ungkap Dwi.
Dwi menjelaskan, pihaknya terus melakukan patroli sejak Selasa malam hingga Rabu pagi. Patroli dilakukan saat hujan deras mengguyur Kota Palangkaraya dengan intensitas tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.
Patroli dilakukan saat hujan deras mengguyur Kota Palangkaraya.
“(Patroli) Ini akan kami lakukan terus sambil memantau cuaca berkoordinasi dengan berbagai pihak, lalu turun ke lapangan melihat situasi,” ungkapnya.
Banjir juga menyebabkan satu tiang metering out (MO) hampit rubuh. Tiang itu berfungsi menghitung pemakaian daya bagian barat dan timur Kota Palangkaraya. “Pemadaman terjadi saat pengamanan MO ini dan saat ini kami sedang lakukan pemindahan tiang,” ungkap Deddy Yunarto, Humas PT PLN Area Palangkaraya.
Tiang yang tingginya sekitar 20 meter itu dibangun di pinggir jembatan di dekat Pasar Kahayan itu hampir ambruk lantaran tanah tempat berpijaknya mengalami penurunan atau longsor. Petugas pun turun ke lokasi untuk memperbaiki tiang yang miring itu.
Selain tiang, kondisi jembatan yang melewati parit dengan lebar lima meter itu juga mengkhawatirkan. Terdapat retakan di aspal jalan tanda penghubung jembatan di Pasar Kahayan, Kota Palangkaraya. Petugas pun memberikan tanda batas di sekitar retakan jalan agar tidak dilalui kendaraan.
“Ngeri juga lihat retakannya, karena ini kan jalan besar ya, kalau ambruk pasti berbahaya sekali untuk kami (pengguna jalan),” ungkap Rusdianto (46), pengendara truk yang sempat berhenti melihat pekerjaan di dekat Jembatan Kahayan.
Jembatan itu memang hanya menghubungi parit, namun berbatasan langsung dengan Jalan Trans Kalimantan Jalan Tjilik Riwut yang menghubungkan lima kabupaten, yakni Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, dan Sukamara.
Menurut Wilem (40), warga Mendawai yang tinggal di dekat jembatan itu, tanah di sekitar jembatan mulai turun sejak Selasa malam sejak hujan baru berlangsung sekitar dua jam. Menurutnya, turunnya tanah disebabkan kencangnya arus air dalam parit. “Ini sudah setiap musim hujan begini, pernah diperbaiki, tetapi hujan kali ini besar sekali,” katanya.
Meskipun air dalam parit tidak setinggi di malam hari, namun, arus air yang bermuara di Sungai Kahayan itu masih terlalu deras dibanding hari-hari biasa. Dalam pantauan Kompas, di parit itu selama musim kemarau justru mengering.
“Memang tinggal di Palangkaraya itu sudah biasa kebakaran dan asap di musim kemarau lalu banjir di musim hujan,” ungkap Wilem.