Universitas Gadjah Mada melalui Forum Riset Industri, Kamis (5/12/2019), di Surabaya, Jawa Timur, menawarkan 35 hasil riset pertanian dalam tahap hilirisasi kepada industri.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Gadjah Mada melalui Forum Riset Industri, Kamis (5/12/2019), di Surabaya, Jawa Timur, menawarkan 35 hasil riset pertanian dalam tahap hilirisasi kepada industri.
Menurut Rektor UGM Panut Mulyono, forum merupakan upaya kemitraan antara Kampus Bulaksumur, Yogyakarta, itu dan industri. Tahun ini, forum bertema ”Inovasi Agroteknologi Mendukung Kedaulatan Nasional” untuk mencoba menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia.
Selain itu, budidaya tanaman bahan obat, perubahan iklim, dan menjawab isu sensitif industri pertanian, yakni ramah lingkungan, tidak merugikan rakyat (petani), dan berdaulat.
Baca juga: Mahasiswa UGM Teliti Peredam Suara Berbahan Limbah Onggok
Direktur Direktorat Penelitian UGM Mustofa menambahkan, forum tahun ini secara spesifik bertujuan menawarkan hasil-hasil penelitian pertanian dalam arti luas di enam kluster. Pengelompokan dimaksud adalah benih dan bibit, pupuk dan pakan, internet of things untuk pertanian, alat mesin pertanian atau alsintan, inkubator-industri, dan pengelolaan pascapanen.
”Dengan begitu, penelitian akan fokus sehingga industri dan kampus tidak perlu seakan berebut meneliti yang sama,” kata Arief Harsono
Forum juga menjadi tempat penandatanganan nota kesepahaman antara UGM dan PT Samator serta PT Semen Indonesia Tbk. Sejumlah laboratorium di Kampus Bulaksumur akan menjadi pusat pengembangan produk yang diinginkan atau dibutuhkan oleh Samator dan Semen Indonesia. Kedua perusahaan akan menjamin pendanaan pengembangan penelitian bahkan jika diperlukan dalam jangka panjang.
”Dengan begitu, penelitian akan fokus sehingga industri dan kampus tidak perlu seakan berebut meneliti yang sama,” kata Pendiri dan Presiden Direktur Samator Arief Harsono. Kampus memiliki laboratorium, ahli, dan stok peneliti (mahasiswa) yang tak akan habis. Industri bisa lebih berperan membiayai, mendampingi, dan mempercepat penelitian menjadi produk bermanfaat.
Baca juga: Kuliah Gratis bagi Peternak di UGM
Dalam pertanian, lanjut Arief, Samator dan UGM terlibat dalam penelitian hingga produk sederhana. Antara lain, alat pemecah kemiri agar produk mentahnya bagus dan bernilai jual tinggi. Untuk buah kesemek, Samator dan UGM juga mengembangkan teknik pengemasan dry ice agar ”bedak” pada buah tersebut luntur sehingga saat dijual terlihat bersih, cemerlang, dan tetap segar.
Hal ini tentunya memengaruhi pada harga jual yang diharapkan tinggi. Teknik serupa juga akan dikembangkan pada produk pisang yang orientasinya ekspor. Samator dan UGM mengembangkan teknik pengemasan pisang yang kemudian diberi gas untuk menjaga kesegaran dan kematangan buah ini dalam jangka waktu cukup lama.
Menurut Panut, kerja sama dengan industri amat diperlukan oleh kampus untuk pengembangan penelitian. Dana penelitian dari pemerintah tentu terbatas. Sebagai contoh, UGM dan RSUP Dr Sardjito sedang dalam tahap uji coba ring jantung buatan pada manusia setelah berhasil pada primata. Biaya penelitian dan uji coba pada manusia itu dibiayai oleh perusahaan.
”Saya sebut saja, AKR (Aneka Kimia Raya yang kini adalah PT AKR Corporindo Tbk). Biaya uji coba pada manusia amat tinggi dan AKR bersedia membantu dalam pengembangannya,” katanya.
Baca juga: UGM Lepas 5.360 Mahasiswa KKN untuk Berdayakan Masyarakat
Panut mengatakan, pola kerja sama industri dan kampus dalam penelitian yang panjang sehingga menghasilkan suatu produk yang siap dibuat secara massal dalam skala pabrik, sudah lazim terjadi, tetapi di mancanegara. Di sisi lain kampus di Nusantara memerlukannya, sehingga hasil penelitian tuntas dan dapat dipertanggungjawabkan ada tidaknya manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dengan begitu, kampus benar-benar mewujudkan tri dharma dalam pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat.