Pembangunan Tanggul Laut yang Jebol Tanggung Jawab Kontraktor
›
Pembangunan Tanggul Laut yang ...
Iklan
Pembangunan Tanggul Laut yang Jebol Tanggung Jawab Kontraktor
Jebolnya tanggul laut di pesisir utara Jakarta diduga kuat karena pelaksana proyek tidak melakukan prosedur penimbunan yang benar. Mereka dinilai sebagai pihak yang bertanggungjawab membangun kembali tanggul jebol.
Oleh
Stefanus Ato / Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Sebagian kalangan menilai jebolnya tanggul pesisir Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara atau NCICD karena kelalaian pekerja proyek saat proses penimbunan tanah. Mereka memandang pembangunan kembali tanggul menjadi tanggungjawab kontraktor penimbun tanah pada tanggul di pesisir pantai itu.
Pada Kamis (5/12/2019) siang, di lokasi jebolnya tanggul NCICD, di sisi timur Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Penjaringan, tertutup pagar seng. Sejumlah pekerja proyek memasang spanduk yang berisi tulisan larangan untuk mendekati area proyek atau mengambil gambar. Sementara itu dalam area proyek terdapat alat berat yang tengah mengeruk tanah menimbun area bekas tanggul yang jebol.
Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Achmad Gani Ghazali meyakini tanggul itu jebol karena metode penimbunan tidak dilakukan sesuai metode kerja yang benar. Namun, dia enggan menjelaskan metode penimbunan yang seharusnya dilakukan agar tanggul tidak jebol.
"Mitra kerja sudah siap untuk memperbaiki. Kami sudah koordinasi dengan Puslitbang Sumber Daya Air Bandung untuk cek desain dan cek lapangan untuk pembangunan kembali," katanya, Kamis (5/12/2019) di Jakarta.
Ahmad menjelaskan, dari kondisi tanggul yang ambrol, tiang pancang tanggul pesisir masih dalam kondisi baik. Sehingga penyebab ambrol diduga kuat akibat dorongan tanah saat dilakukan penimbunan.
Merespons peristiwa ini, Kementerian PUPR melakukan investigasi dan pengkajian terhadap tanggul yang jebol. Hingga kini belum ada kesimpulan terkait penyebab tanggul itu jebol.
Adapun terkait kerugian yang timbul akibat tanggul yang jebol sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor karena pengerjaan proyek ini sedang berjalan. Artinya, tidak akan ada tambahan anggaran dari Kementerian PUPR.
Hingga saat ini belum ada solusi yang diambil untuk mengatisipasi jika sewaktu-waktu terjadi banjir rob. "Antisipasi masuk dalam pembahasan. Belum ada solusi," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Bambang Hidayah.
Dewan Pertimbangan Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia Davy Sukanta menambahkan, ada berbagai kemungkinan penyebab tanggul ambrol, seperti erosi pada fondasi tanggul atau kondisi fondasi tanggul yang kurang baik. "Bisa pondasinya bagus kemudian tergerus atau awalnya pemasangan kurang bagus," ujar Davy.
Ia menambahkan, tanggul tidak mungkin jebol karena pukulan gelombang. Karena itu, perlu ditinjau lagi kondisi pemancangan tanggul. "Ada sesuatu pada kondisi dasarnya. Lihat pemancangan kondisinya seperti apa," ujarnya.
Davy menjelaskan jika tujuan pembangunan tanggul untuk mencegah banjir rob, celah-celah pemancangan harus rapat untuk mencegah air masuk. Kemudian diikuti dengan urukan tanah agar air tidak mudah merembes.
Sebelumnya, pada Rabu siang, patahan tanggul terlihat pada bagian utara dan selatan proyek tanggul NCICD sisi timur pelabuhan. Air laut dari luar tanggul NCICD masuk melalui celah patahan tanggul. Namun, di antara tanggul lama dan tanggul NCICD terdapat pengerjaan pengurukan tanah.
Tanggul yang ambrol merupakan bagian dari fase A proyek NCICD yang direncanakan dibangun sepanjang 120 kilometer (km), mulai dari Bekasi, Jawa Barat, DKI Jakarta, hingga Tangerang, Banten. Keberadaan tanggul dianggap penting untuk mengantisipasi laju penurunan muka tanah pesisir utara dan penahan banjir rob.
Dikutip dari website Waskita Precast, http://web.waskitaprecast.co.id/ menyebutkan, proyek NCICD ini merupakan salah satu konstruksi untuk melindungi wilayah coastal, habitat, konservasi, maupun aktivitas-aktivitas manusia dari pengaruh gelombang air laut. Proyek ini menggunakan produk
precast spun pile yang memiliki mutu tinggi, pengiriman tepat waktu, dan metode inovatif pelaksanaan (inner boring).
Tanggul pantai fase A NCICD aliran timur dan aliran barat menggunakan spun pile berdiameter 800 mm dengan panjang 24 meter tanpa sambungan dan menggunakan sistem CT connector yang diisi dengan beton grouting. Hal ini guna mencegah permeabilitas air laut melalui celah spun pile.
Metode Pemancangan dilakukan dengan alat inner boring, sebagai metode yang efisien dan memberikan hasil pemancangan yang presisi terhadap sumbu perencanaan.
Sistem sambungan antar spun pile menggunakan sistem locking joint CT yang diadopsi dari sistem sambungan pada steel pipe sheet pile (pipa tiang pancang baja). Perekat sambungan antara CT menggunakan beton grouting dengan kuat tekan K-600.
Sementara itu, Staf Khusus Bidang Sumber Daya Air Kementerian PUPR Firdaus Ali berpendapat tanggul itu dibangun dengan metode spun pile atau tiang pancang di tengah laut. Tanggul jenis ini hanya akan bertahan selama diberi penguatan dari sisi darat melalui urukan tanah. "Sementara di sisi laut, harus dibangun pemecah ombak agar tidak terus terkena pukulan ombak," kata Firdaus saat dihubungi pada Rabu (4/12/2019).
Firdaus menduga belum adanya penguatan di tanggul itu lantaran anggaran yang tersedia hanya cukup untuk membangun tanggul. Sementara anggaran untuk penguatan baru dianggarkan kemudian pada 2019. Terpisahnya anggaran itu menjadi hambatan tersendiri saat proyek tanggul dikerjakan di medan yang sulit, terutama di tempat yang berair. Alhasil, tanggul pun rentan ambrol.