Rekondisi Dinilai Turut Kurangi Impor Barang Modal
›
Rekondisi Dinilai Turut...
Iklan
Rekondisi Dinilai Turut Kurangi Impor Barang Modal
Impor barang modal, termasuk mesin-mesin, sepanjang Januari-Oktober 2019 tercatat 23,455 miliar dollar AS atau turun dibandingkan periode sama tahun 2018 yang 24,647 miliar dollar AS. ”Remanufacturing” dinilai berperan.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Impor barang modal, termasuk mesin-mesin, sepanjang Januari-Oktober 2019 tercatat 23,455 miliar dollar AS atau turun dibandingkan periode sama tahun 2018 yang 24,647 miliar dollar AS. Kegiatan remanufacturing atau merekondisi barang yang ada menjadi barang baru dinilai turut berperan.
Ketua Bidang Kebijakan dan Kerja Sama Antarlembaga yang juga Pelaksana Tugas Ketua Umum Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) A Djoko Wiyono, di Jakarta, pada konferensi pers Manufacturing Indonesia 2019 Series Exhibition, Rabu (4/12/2019), menyatakan, anggota Gamma mampu merekondisi barang modal dengan biaya 50 persen lebih murah.
Selain remanufacturing, para pelaku usaha menilai penurunan impor barang modal terjadi karena sejumlah faktor, termasuk penurunan permintaan di beberapa sektor. ”Asosiasi industri mesin perkakas sudah mampu memproduksi mesin-mesin skala pelatihan di pendidikan vokasi. Jadi, bisa menyubstitusi,” kata Djoko.
Sesuai data Badan Pusat Statistik, nilai impor barang modal periode Januari-Oktober 2019 tercatat 23,455 miliar dollar AS atau turun 4,94 persen dibandingkan periode sama 2018 yang 24,674 miliar dollar AS.
Nilai impor mesin/pesawat mekanik periode Januari-Oktober 2019 tercatat 22,208 miliar dollar AS atau turun 0,25 persen dibandingkan periode sama tahun 2018 yang 22,265 miliar dollar AS. Sementara itu, impor mesin/peralatan listrik periode Januari-Oktober 2019 senilai 16,103 miliar dollar AS atau turun 9,82 persen dibandingkan periode sama 2018 yang 17,856 miliar dollar AS.
Event Director PT Pamerindo Indonesia Maysia Stephanie mengatakan, inovasi-inovasi teknologi pada pameran Manufacturing Indonesia 2019 diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam lebih menggiatkan lagi industri manufaktur.
Menurut Komisaris PT Kawan Lama Sejahtera, Tony Sartono, pada pameran kali ini pihaknya antara lain menampilkan intelligence packaging system dan digital warehouse. ”Perusahaan yang akan bertahan ke depan harus mementingkan rantai pasok dan logistik,” katanya.
Benedict Jeske dari Economics and Statistics VDMA e.V mengatakan, perusahaan-perusahaan Jerman ingin turut berkontribusi dalam pengembangan industri manufaktur di Indonesia, apalagi Pemerintah Indonesia pun telah meluncurkan program Making Indonesia 4.0.
”Indonesia tahun depan pun akan menjadi negara mitra di pameran Hannover Messe. Saya sepakat dengan pernyataan Menteri Airlangga Hartarto yang menyebutkan bahwa hal itu menandai era baru hubungan Indonesia dan Jerman,” kata Jeske.
President Director Japan External Trade Organization (Jetro) Jakarta Keishi Suzuki menuturkan, pihaknya pun ingin berkontribusi di program Making Indonesia 4.0.
”Kami percaya produk dan layanan Jepang akan membantu memutakhirkan dan meningkatkan industri manufaktur Indonesia demi masa depan yang cerah,” kata Suzuki.