Renang Indonesia membutuhkan terobosan pembinaan prestasi supaya tidak tertinggal semakin jauh dari perenang Singapura dan Vietnam. Pembinaan jangka panjang berkelanjutan menjadi salh satu solusi yang bisa diambil.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari NEW CLARK CITY, Filipina
·4 menit baca
NEW CLARK CITY, KOMPAS – SEA Games 2019 menguak posisi renang Indonesia dala persaingan Asia Tenggara, yang kian jauh tertinggal dari Singapura dan Vietnam. Kedua negara itu unggul dalam penerapan sports science, dan menjalankan pelatihan jangka panjang sejak 15 tahun lalu. Tanpa terobosan pembinaan prestasi, renang Indonesia akan sulit bersaing di level Asia Tenggara.
Hingga usai hari kedua lomba cabang renang di Pusat Akuatik, New Clark City, Filipina, Kamis (5/12), Singapura memimpin dengan 8 emas, 3 perak, 1 perunggu. Vietnam kedua dengan 4 emas, 4 perak, 2 perunggu. Filipina ketiga dengan 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Indonesia keempat dengan 2 perak, 5 perunggu.
Kemarin, andalan Indonesia Triady Fauzi, juara bertahan nomor 200 meter gaya ganti putra, hanya meraih perunggu. Perenang berusia 28 tahun itu kalah 0,250 detik dari perenang Vietnam berusia 16 tahun Nguyen Tran Hun yang meraih emas dengan waktu 2 menit 02,56 detik. Perak diraih perenang Singapura berusia 19 tahun Darren Chua Yi Shou.
Performa Triady di Filipina sangat jauh melorot. Selain catatan waktunya turun, dia juga gagal mempertahankan emas yang diraihnya pada SEA Games 2017 di Malaysia. Dua tahun lalu, atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 29 September 1991 itu, meraih emas dengan waktu 2 menit 1,72 detik.
Triady mengatakan, kegagalannya kali ini karena fokusnya terpecah. Dia sedang mempersiapkan pesta pernikahan sejak awal tahun ini. Hal itu membuat dirinya melewatkan sejumlah latihan, antara lain pemusatan latihan di Bali selama tiga bulan pada pertengahan tahun ini, dan berlatih di Amerika Serikat selama kurang lebih sebulan pada Oktober-November ini.
”Suasana kali ini dan dua tahun lalu beda sekali. Dua tahun lalu, saya benar-benar fokus untuk mengejar prestasi. Tahun ini, konsentrasi saya terpecah untuk persiapan nikah,” ujar Triady.
Pada SEA Games ini, Singapura dan Vietnam mengandalkan banyak perenang berusia di bawah 20 tahun. Pada nomor 1500 meter gaya bebas, misalnya, andalan Indonesia Aflah Fadlan Prawira (22 tahun) kalah dari perenang 19 tahun Nguyen Huy Hoang (Vietnam) yang meraih emas dengan waktu 14 menit 58,14 detik. Fadlan meraih perak 1.500 meter gaya bebas putra dengan waktu 15 menit 15,77 detik.
Namun, hanya empat perenang yang meraih medali. Selain perunggu Triady dan perak Fadlan, Glenn meraih perunggu dengan waktu 23,84 detik, dan Kania merah perunggu dengan waktu 29,77 detik.
Manajer tim renang Indonesia Wisnu Wardhana menyampaikan, Singapura dan Vietnam unggul karena menjalankan pembinaan jangka berkelanjutan tanpa henti. Singapura memulai sejak 2004, sedangkan Vietnam sejak 2001. Sekarang, Singapura dan Vietnam sedang menikmati buah pembinaan jangka panjang.
”Sedangkan Indonesia, program latihan atau pelatnas hanya ketika akan menyambut suatu ajang. Setelah itu, pelatnas terhenti. Akhirnya, pembinaan tingkat nasional tidak berkesinambungan,” tegas Wisnu.
Glenn menuturkan, sejatinya tidak ada perbedaan antara program latihan dan kualitas pelatih Indonesia dengan Singapura maupun Vietnam. Hanya saja, Indonesia tertinggal dalam penerapan sports science. Singapura misalnya, mereka sangat unggul dalam penerapan analisa hasil perlombaan para perenangnya.
Kemudian, mereka mendukung para perenang itu dengan asupan nutrisi terbaik untuk bidang renang. ”Renang ini olahraga yang sangat menguras energi. Kalau tidak mendapatkan asupan nutrisi terbaik, tubuh pun tidak bisa maksimal mengeluarkan kemampuan terbaik dari latihan dan instruksi pelatih. Itu ibarat kendaraan yang patut mendapatkan bahan bakar terbaik untuk melaju dengan lebih cepat,” ujar Glenn.
Dua rekornas
Di balik kegagalan renang Indonesia meraih medali emas itu, dua perenang Indonesia berhasil memecahkan rekor nasional. Mereka adalah Fadlan yang memecahkan rekornas atas namanya sendiri, yakni menjadi 15 menit 15,77 detik dari sebelumnya 15 menit 24,59 detik yang dibuat pada Kejuaraan Nasional Singapura Kelompok Usia 2017. Glenn memecahkan rekornas Triady 24,01 detik yang dibuat pada SEA Games 2017 menjadi 23,84 detik pada final ini.
”Sejak awal, saya memang tidak mau muluk-muluk berbicara emas. Setidaknya, saya bisa memecahkan rekor pribadi dulu. Kalau itu tercapai, mudah-mudahan prestasi yang baik mengikuti. Ternyata, itu tercapai tetapi lawan juga menjadi lebih baik,” kata Fadlan.
Dalam klasemen perolehan medali, hingga Kamis pukul 22.00 WIB, Indonesia berada di posisi ketiga dengan 27 emas, 36 perak, 39 perunggu. Kemarin, Indonesia meraih 10 emas, 9 perak, 11 perunggu. Posisi pertama masih dikuasi tuan rumah Filipina dengan 63 emas, 45 perak, 32 perunggu, disusul Vietnam pada posisi kedua dengan 31 emas, 45 perak, 31 perunggu.