Agus Prayogo menyumbang medali emas SEA Games 2019 dari nomor maraton, nomor pertama cabang atletik yang digelar di New Clark City, Filipina.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Filipina
·5 menit baca
NEW CLARK CITY, KOMPAS — Tak butuh waktu lama, tim atletik Indonesia langsung menyumbang medali emas SEA Games 2019 Filipina lewat pelari Agus Prayogo dari nomor maraton putra di kawasan New Clark City, Filipina, Jumat (6/12/2019) pagi. Raihan emas itu diharapkan memotivasi para atlet atletik Indonesia lainnya yang baru mulai beraksi pada 7-10 Desember. Tim atletik Indonesia pun diharapkan bisa memenuhi target minimal meraih lima emas.
”Saya senang sekali bisa kembali menyumbangkan emas untuk Indonesia di ajang SEA Games. Apalagi, ini adalah emas pertama saya di maraton SEA Games dan emas pertama tim atletik Indonesia di SEA Games 2019. Semoga ini bisa memotivasi rekan-rekan lain yang baru berlomba mulai Sabtu (7/12/2019),” ujar Agus, yang total telah meraih enam emas selama mengikuti SEA Games sejak 2009.
Dalam perlombaan hari pertama atletik SEA Games 2019 itu, ada 12 pelari yang berpartisipasi. Mereka harus mengarungi lintasan memutar sepanjang 8 kilometer. Untuk mencapai jarak maraton yang 42,2 kilometer, para pelari harus memutar lintasan sebanyak lima kali. Hal itu cukup menantang karena akan memicu kejenuhan. Apalagi, lintasan yang ada berupa cor beton, bukan aspal. Cor beton cenderung lebih keras dibanding aspal sehingga mengurangi kenyamanan.
Meskipun demikian, Agus bisa melewati semua rintangan tersebut. Dia finis pertama dengan waktu 2 jam 26 menit 48 detik. Peraih perak adalah pelari Thailand Namkhet Sanchai dengan waktu 2 jam 27 menit 18 detik. Sementara perunggu direngkuh pelari Malaysia, Mohamad Muhaizar, dengan waktu 2 jam 33 menit 8 detik.
Satu pelari Indonesia lain, Welman David Pasaribu, finis di urutan keempat dengan waktu 2 jam 33 menit 47 detik. ”Tantangan terbesar perlombaan ini adalah rutenya. Saya tidak menyangka bahwa 99 persen rute merupakan jalan cor beton. Otomatis ini membuat langkah lebih berat dan sangat menguras energi,” kata Agus.
Secara keseluruhan, Agus tampil cukup apik. Setidaknya, dia berhasil memperbaiki prestasi yang diraih pada SEA Games 2017 Malaysia. Dua tahun lalu, atlet kelahiran Bogor, Jawa Barat, 23 Agustus 1985, itu hanya meraih perak dengan waktu 2 jam 31 menit 20 detik. Namun, catatan waktu kali ini belum bisa memecahkan rekor pribadinya, 2 jam 21 menit 9 detik, yang dicetak di Gold Coast, Australia, 3 Juli 2016. Hasil kali ini juga masih jauh dari rekornas milik Eduardus Nabunome dengan waktu 2 jam 19 menit 18 detik yang dicetak di Jakarta, 12 September 1993.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung menyampaikan, raihan emas Agus memang turut dipengaruhi ketidakhadiran juara bertahan asal Singapura, Soh Rui Yong. Soh yang meraih emas dua tahun lalu dengan waktu 2 jam 29 menit 27 detik tidak bisa hadir karena ada masalah dengan pengurus atletik di negara asalnya.
Namun, kalau melihat raihan Agus kali ini, atlet nasional berusia 34 tahun itu memang siap tempur walaupun pesaing utamanya asal Singapura tersebut tidak hadir. ”Kalau melihat catatan waktu Agus yang 2 jam 26 menit 48 detik itu, artinya dia memang sudah siap tempur, ada maupun tidak ada juara bertahan asal Singapura tersebut,” kata Tigor.
Odekta terjatuh
Hasil cukup miris dialami pelari putri Indonesia, Odekta Elvina Naibaho. Pada nomor maraton putri di lokasi yang sama sekitar 30 menit setelah kategori putra itu, Odekta bisa memimpin perlombaan sejak awal. Namun, sekitar 600 meter jelang finis, tepatnya di depan Arena Akuatik New Clark City, atlet kelahiran Desa Soban, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, 5 November 1991, itu terjatuh dan tidak bisa melanjutkan perlombaan.
Karena insiden itu, atlet tuan rumah pun mengambil keuntungan. Pelari Filipina, Chirstine Halalsgoc, meraih emas dengan waktu 2 jam 56 menit 56 detik. Pelari Filipina lain sekaligus juara bertahan, Mary Joy Tabal, meraih perak dengan waktu 2 jam 58 menit 49 detik. Sementara pelari Vietnam, Thi Hong Le Pham, meraih perunggu dengan waktu 3 jam 2 menit 52 detik.
Tigor menjelaskan, setelah terjatuh, tim medis langsung memberikan perawatan. Saat ini, kondisi Odekta sudah membaik dan bisa berkomunikasi dengan para rekan-rekannya. Terlepas dari hal itu, jatuhnya Odekta turut dipengaruhi kondisi cuaca di kawasan New Clark City yang lembab dan panas.
Lokasi itu berbentuk seperti cekungan yang dikurung oleh bukit di sekelilingnya. Akibatnya, cuaca lembab dan panas terperangkap di sana. Semula, Asosiasi Atletik Filipina telah mengusulkan perlombaan maraton dimulai lebih awal, bukan pukul 06.00 untuk kategori putra dan 06.30 untuk kategori putri. Namun, delegasi teknis SEA Games 2019 tidak menerima usulan tersebut.
”Tak hanya Odekta, kondisi cuaca yang panas dan lembab ini juga membuat tiga pelari lain gagal finis. Tapi, kami akan tetap evaluasi lagi. Apakah Odekta terjatuh benar-benar karena faktor cuaca atau justru karena lajunya yang terlalu kencang,” ujar Tigor.
Tigor mengutarakan, pihaknya bersama tim dokter yang didatangkan secara mandiri oleh PB PASI berusaha untuk segera memulihkan kondisi Agus dan Odekta. Agus akan segera turun di nomor 10.000 meter putra di lokasi yang sama, Sabtu (7/12/2019) malam. Adapun Odekta turun di nomor 10.000 meter putri yang berlangsung pada Minggu (8/12/2019) pagi. ”Mereka diharapkan bisa memberikan prestasi terbaik di semua nomor yang diikuti,” katanya.
Secara keseluruhan, raihan Agus membuat tim atletik Indonesia langsung melesat. Hasil itu membuat optimisme bahwa tim atletik Indonesia bisa memenuhi target merebut minimal 5 emas di SEA Games 2019 ini.
”Tetapi, saya tidak mau berbicara terlalu pagi. Biarlah atlet tenang dan fokus dengan perlombaannya masing-masing. Kami berharap sekurangnya mereka bisa tampil optimal di setiap perlombaan yang ada. Semoga mereka bisa memberikan banyak kejutan,” tutur Tigor.