Manajer Ole Gunnar Solskjaer membeli waktu di Manchester United berkat kiprah dan loyalitas Marcus Rashford pada laga melawan Tottenham Hotspur.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Penyerang Manchester United Marcus Rashford mati-matian membela manajernya, Ole Gunnar Solskjaer, jauh hari sebelum kedatangan Manajer Tottenham Hotspur Jose Mourinho di Old Trafford, Kamis (5/12/2019) dini hari WIB. Bagi dia, tiada manajer lainnya yang lebih baik untuk MU saat ini selain Solksjaer.
”Ole (Solskjaer) adalah orang yang baik. Kepentingan klub ini ada di hatinya, begitu pula saya. Kami ada di jalur yang sama. Maka itu, menurut saya, tiada manajer lainnya yang lebih baik untuk pekerjaan ini selain dirinya,” ujar Rashford dikutip Sky Sports, 21 November.
Ketika itu, jabatan Manajer MU menjadi ”kursi panas” menyusul dipecatnya Mauricio Pochettino dari posisi manajer Tottenham Hotspur. Banyak pihak menyarankan agar ”Setan Merah” segera menampung Pochettino dan melepas Solskjaer demi kebaikan mereka. Saat itu, MU tengah terpuruk di papan tengah Liga Inggris.
Pochettino banyak disebut sebagai penerus ideal mantan manajer terhebat MU, Sir Alex Ferguson. Namun, tidak demikian di mata Rashford. Penyerang 22 tahun itu tidak silau dengan pesona Pochettino dan memilih loyal dengan bosnya saat ini, Solskjaer. Itu dibuktikannya bukan hanya lewat perkataan, melainkan juga tindakan nyata.
Rashford menjadi pahlawan MU, khususnya Solskjaer, ketika mereka menjamu Spurs yang kini diasuh Mourinho. Rashford tampil lepas, penuh semangat, dan memborong dua gol MU ke gawang tim yang diasuh mantan bosnya itu. Kemenangan MU itu sekaligus memutus rekor positif kebangkitan Spurs—tiga kemenangan beruntun—di bawah asuhan Mourinho.
Tak ada yang lebih bahagia menyambut kemenangan 2-1 atas Spurs itu selain Solskjaer. Ia melayangkan tinjunya ke langit dan melambaikan salam hangat ke suporter MU di empat penjuru stadion. Rashford telah memperpanjang kariernya di MU.
”Solskjaer melakukan selebrasi laiknya membawa tim lolos ke final Liga Champions Eropa. Namun, sukacitanya itu bisa dimaklumi. Ia baru saja mengalahkan Mourinho, manajer pendahulunya di MU, di tengah maraknya tajuk berita tentang ancaman pemecatan dirinya dalam dua laga,” ungkap Mark Ogden, analis sepak bola Liga Inggris, di ESPN.
Solskjaer, yang melewati ujian pertamanya untuk mempertahankan jabatan manajer di MU, melayangkan pujian setinggi langit untuk Rashford. Menurut dia, penyerang multifungsi itu tampil seperti bocah dewasa di taman bermain. ”Ini laga terbaiknya bersama saya. Ia tampil dewasa dan kuat menghadapi pemain tangguh. Penaltinya kalem, begitu pula gol pertamanya. Kami tahu bakat ini memang ada di dirinya,” ujarnya.
Rashford bisa dikatakan anak kesayangan Solskjaer. Tidak seperti di era Mourinho, Rashford kini menjadi langganan skuad inti di MU. Musim lalu, Rashford acap kali bersaing dengan Romelu Lukaku atau Anthony Martial untuk memperebutkan posisi ujung tombak atau penyerang sayap. Namun, posisi itu kini eksklusif dikuasai Rashford.
Pada laga kemarin, misalnya, Solskjaer nekat memainkan striker belia, Mason Greenwood (18), di posisi ujung tombak. Perjudian itu dilakukannya agar Rashford bisa tampil di posisi terbaiknya, penyerang sayap kiri. Tusukan, dribling, dan kecepatan lari Rashford menjadi teror bagi Spurs yang di luar dugaan berani tampil ofensif di laga itu.
Tidak heran, Rashford sangat loyal dengan Solskjaer. Kepercayaan itu pun dibalasnya dengan gol. Total telah 12 gol ia cetak untuk MU musim ini. Sembilan gol di antaranya dibuat pada sepuluh laga terakhir. Hal itu menunjukkan kenaikan performa Rashford di MU sejak dikembalikan ke posisi idealnya, penyerang sayap kiri. MU pun melesat ke peringkat keenam Liga Inggris, melewati Spurs di posisi kedelapan.
Serangan balik
Namun, ujian Solskjaer belum berakhir. MU sudah ditunggu rival sekota, Manchester City, pada duel di Stadion Etihad, Minggu (8/12) dini hari WIB. Setan Merah punya kans membawa pulang poin, bahkan menang, di derbi Manchester ini. Terlepas dari inkonsistensinya, MU ternyata belum pernah kalah dari ”Big Six” atau tim enam besar di Liga Inggris.
Selain Spurs, musim ini mereka telah mengalahkan Chelsea dan Leicester City. MU juga mampu menahan imbang Liverpool dan Arsenal. Menurut Mourinho, capaian itu tidak terlepas dari karakteristik MU musim ini, yaitu permainan serangan balik cepat. Karakter itu unggul menghadapi tim-tim lawan yang tampil ofensif dan terbuka. Sebaliknya, lemah ketika meladeni tim-tim kecil.
”Mereka punya banyak pemain muda dengan energi dan mentalitas bagus yang nyaman dengan pendekatan ini, yaitu serangan balik cepat. Lebih mudah bagi mereka (dalam menghadapi tim-tim besar) dengan cara bermain itu seperti itu,” kata Mourinho. (AFP)