Di sela-sela Bali Democracy Forum ke-12 di Bali, hari ini, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Indonesia dan Australia bertemu. Kedua negara sepakat memperluas kerja sama di bidang keamanan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS — Indonesia dan Australia berkomitmen untuk terus menjaga hubungan persahabatan sebagai negara yang bertetangga. Kedua negara memutuskan untuk memperluas jangkauan kerja sama di bidang keamanan, salah satunya dengan mengirim bersama pasukan penjaga perdamaian untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Keputusan itu disampaikan dalam jumpa pers bersama Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers (2+2) Meeting Indonesia dan Australia di sela-sela penyelenggaraan Bali Democracy Forum ke-12, Nusa Dua, Bali, Jumat (6/12/2019).
Pejabat hadir adalah Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, dan Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds.
Pertemuan ini menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison di sela-sela KTT Asia Timur di Bangkok, Thailand. Selain itu, pertemuan ini memantapkan Kemitraan Strategis Komprehensif yang diumumkan pada Agustus 2018.
”Ikatan hubungan Indonesia dan Australia kuat sehingga keduanya sepakat meningkatkan kerja sama berdasarkan asas kesetaraan, saling menghormati, dan menghargai integritas wilayah negara lain. Kami perkuat komitmen untuk mengimplementasikan Perjanjian Lombok,” kata Retno.
Perjanjian Lombok adalah perjanjian bilateral terkait keamanan yang ditandatangani pada 2006. Perjanjian ini meliputi kerja sama bidang hukum, pertahanan serta kejahatan transnasional, terorisme, dan pembagian informasi intelijen.
Prabowo menambahkan, Indonesia menyambut baik tawaran Australia untuk mengundang lebih banyak anggota Tentara Nasional Indonesia berlatih bersama Angkatan Pertahanan Australia (ADF). Selain itu, kedua negara berencana untuk pertama kalinya mengirim bersama (co-deployment) pasukan penjaga perdamaian untuk PBB.
Reynolds pun menyampaikan, Australia menghargai kontribusi Indonesia terhadap perdamaian karena secara konsisten terus mengirim pasukan perdamaian. ”Co-deployment ini akan menjadi babak baru bagi hubungan kedua negara,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sama seperti Indonesia, Australia juga ingin agar kawasan, khususnya Indo-Pasifik, tetap terbuka, stabil, dan sejahtera. Australia, Indonesia, dan India akan menjajaki peluang kerja sama trilateral dalam bidang maritim.
Untuk diketahui, Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers (2+2) Meeting merupakan mekanisme dialog rutin antara menlu dan menhan kedua negara untuk membahas kemajuan kerja sama bilateral di berbagai bidang. Pertemuan terakhir diselenggarakan di Sydney, Australia, pada Maret 2018.
Selain masalah keamanan, para menteri berdiskusi mengenai keamanan digital, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), dan isu perempuan serta bertukar pikiran mengenai isu Palestina, Afghanistan, dan Myanmar.
Indo-Pasifik
Retno menambahkan, Indonesia mengapresiasi dukungan Australia terhadap Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik. Untuk itu, Indonesia turut mengundang Australia dalam Indo-Pacific Infrastructure and Connectivity Forum yang, menurut rencana, akan digelar pada pertengahan 2020.
Payne menuturkan, sebagai negara demokrasi terbesar di kawasan, Indonesia dan Australia berperan penting untuk mempromosikan stabilitas dan kesejahteraan di Indo-Pasifik.
”Australia menyambut baik peran Indonesia dalam membentuk arsitektur di kawasan. Kami ucapkan selamat Indonesia dengan diadopsinya pandangan tersebut melalui cara yang konstruktif,” tuturnya.