Kolaborasi ”Start Up” dengan Perusahaan Besar Percepat Inovasi
›
Kolaborasi ”Start Up” dengan...
Iklan
Kolaborasi ”Start Up” dengan Perusahaan Besar Percepat Inovasi
Kolaborasi usaha rintisan dengan perusahaan besar mulai menjadi tren di Indonesia. Kerja sama dengan usaha rintisan menjadi cara baru mempercepat inovasi yang kerap lambat dilakukan perusahaan-perusahaan besar.
Oleh
Erika kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan rintisan atau start up Indonesia didorong lebih banyak berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan besar nasional. Kolaborasi itu diharapkan membuat industri dalam negeri lebih cepat berinovasi dan memperbesar jangkauan bisnis start up.
Direktur Akses Permodalan Non-perbankan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Syaifullah mengatakan, kolaborasi usaha rintisan dengan perusahaan besar mulai menjadi tren di Indonesia. Kerja sama dengan usaha rintisan menjadi cara baru mempercepat inovasi yang kerap lambat dilakukan perusahaan-perusahaan besar.
”Kerja sama akan membuat perusahaan besar dapat berinovasi, seperti terkait efisiensi atau solusi untuk penjualan digital,” katanya dalam konferensi pers acara kolaborasi Kemenparekraf dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Indonesia Innovation Forum (IIF) 2019, di Jakarta, Jumat (6/12/2019).
Kerja sama dengan usaha rintisan menjadi cara baru mempercepat inovasi yang kerap lambat dilakukan perusahaan-perusahaan besar.
Vice President in Transformation Office Director Bank Mandiri Dimas Ardianto mengemukakan, kerja sama dengan usaha rintisan sangat bermanfaat. Usaha rintisan membantu perusahaan memperluas dan menjangkau pasar dengan pendekatan yang berbeda, utamanya dengan inovasi digital.
Inovasi yang ditawarkan usaha rintisan menjadi solusi untuk beberapa kebutuhan Bank Mandiri. Misalnya, memudahkan pembukaan rekening atau aplikasi produk Bank Mandiri secara digital.
”Lalu juga untuk mengelola pelanggan yang jumlahnya banyak. Kita tentu enggak bisa menangani satu-satu, perlu ada platform digital yang membantu,” ujarnya.
Hingga saat ini, tercatat sudah ada 13 usaha rintisan teknologi finansial (tekfin) yang bekerja sama dengan Bank Mandiri sejak 2016. Bank milik negara itu pun telah menginvestasikan Rp 980 miliar untuk menggandeng usaha-usaha rintisan itu. Meski masih dalam fase awal, kolaborasi itu terus ditingkatkan untuk mempercepat perusahaan mengakselerasi kinerja yang membutuhkan inovasi-inovasi baru.
Bank Mandiri, lanjut Dimas, memang masih bekerja sama dengan vendor-vendor perusahaan teknologi besar. Hal itu karena beberapa solusi untuk inti perbankan belum ada di dunia usaha rintisan.
”Ke depan, kami pikir itu enggak cukup. Perlu ada sekoci-sekoci kecil yang berkolaborasi dengan usaha rintisan untuk mengakselerasi kinerja. Jadi, kami percaya ini perlu diteruskan,” ujarnya.
Melalui acara IIF 2019 yang akan diselenggarakan pada 11 Desember 2019 di Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Bank Mandiri akan kembali mencari usaha rintisan baru yang bisa menghadirkan solusi bagi kebutuhan 15 unit kerjanya.
Perlu ada sekoci-sekoci kecil yang berkolaborasi dengan usaha rintisan untuk mengakselerasi kinerja.
Industri kreatif
Acara IIF bertajuk ”To The Next Level & Beyond” akan menjadi satu media untuk mempertemukan pemangku kepentingan dan perusahaan-perusahaan besar dengan pelaku industri kreatif, termasuk usaha rintisan.
Syaifullah mengatakan, acara itu akan mendorong usaha rintisan industri kreatif memperkuat dan memperluas bisnis lewat kolaborasi dengan pelaku usaha besar hingga pemangku kepentingan.
Tahun ini acara akan dihadiri tokoh-tokoh penting, seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Co Founder Plug and Play Technology Center Jojo Flores, serta Director BCG Institute for Organization Yves Morleux.
”Kami ingin usaha rintisan nasional dapat mengembangkan bisnis, tidak hanya dengan perusahaan besar swasta, tetapi juga bisa ke BUMN atau pemerintahan. Ini yang kami dorong ke depan,” katanya.
Acara IIF, yang telah dua kali digelar, akan menghadirkan berbagai pelatihan dan seminar dari berbagai sisi, baik finansial, ide usaha, maupun yang berkaitan dengan hukum di bidang usaha. Tidak hanya untuk memberi bekal keahlian umum, acara itu diharapkan mendorong usaha rintisan bisa melantai di pasar saham. Tahun lalu, acara ini telah diikuti 4.000 peserta, 1.200 usaha rintisan, dan 200 investor
”Melalui agenda ini, kami ingin menguatkan dan mengembangkan industri kreatif Indonesia sehingga nantinya dapat berkompetisi di ranah global,” imbuh Syaifullah.
Selama ini, sektor industri kreatif di Indonesia terus menyumbang pertumbuhan positif pada ekonomi negara. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat, sumbangan ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018 sebesar Rp 1.105 triliun.
Jumlah itu meningkat dari Rp 1.000 triliun pada 2017. Tahun ini, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB diprediksikan meningkat menjadi sekitar Rp 1.200 triliun (Kompas, 8/11/2019).
World Conference Creative Economy 2018 juga mencatat, sektor industri kreatif di Indonesia telah berkontribusi terhadap ekspor senilai 19,4 miliar dollar AS, setara dengan 12,88 persen dari total ekspor Indonesia. Dari sisi pekerja, sektor industri kreatif menyumbang lapangan kerja untuk 15,9 juta orang, setara dengan 13,9 persen dari total lapangan kerja di Indonesia.