Hanya ada satu yang pasti di dunia ini, yakni perubahan. Prinsip itu disadari betul oleh organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Oleh
·2 menit baca
Jika kita melihat jauh ke belakang, perubahan sungguh merupakan sesuatu yang lazim. Hingga dua abad silam, misalnya, kekuatan utama di dunia ialah Inggris. Armada laut mereka begitu kuat dan berperan penting mengamankan perdagangan yang menambah pundi-pundi negara ini. Dalam konteks tersebut, Inggris pun mampu menjadikan Singapura, yang waktu itu hanya merupakan tempat berkumpul para pedagang dari banyak bangsa, sebagai pos dagang. Kekuatan militer Inggris kemudian ditempatkan di pos penting itu.
Pada paruh kedua abad ke-19, Amerika Serikat menggantikan Inggris sebagai kekuatan ekonomi utama di dunia. Kekuatan militer AS berkembang menjadi yang terbesar di dunia, dengan pangkalan militer tersebar di sejumlah negara. Dunia tak berhenti berputar. Kini muncul China sebagai pesaing AS. Kekuatan ekonominya mendekati AS. Kekuatan militernya pun berkembang pesat. Industri pertahanan China telah mampu menghasilkan produk militer canggih, seperti pesawat tempur, rudal, dan pesawat nirawak (drone) canggih.
Perubahan yang terjadi itu disadari oleh NATO. Dalam komunike yang dihasilkan pasca-pertemuan para pemimpin puncak anggota NATO pada Rabu silam disebutkan bahwa mereka harus mengatasi ”peluang serta tantangan” yang timbul sebagai akibat dari kebangkitan China. Para pemimpin menyinggung pula pentingnya melindungi infrastruktur krusial, termasuk di dalamnya jaringan telekomunikasi 5G. Komunike tak ketinggalan menyebut bahwa perlu dipastikan terciptanya keamanan energi serta kerja sama yang baik guna menghadapi serangan siber dan perang hibrida.
Tindakan agresif Rusia tetap merupakan ancaman terhadap keamanan Eropa-Atlantik.
Komunike pertemuan puncak NATO yang berlangsung di Inggris tersebut menyebutkan bahwa semua itu menjadi perhatian tanpa harus kehilangan fokus pada Rusia. Disebutkan bahwa tindakan agresif Rusia tetap merupakan ancaman terhadap keamanan Eropa-Atlantik. Terorisme juga disinggung sebagai ancaman yang perlu diperhatikan serius.
Pertemuan puncak yang dihadiri antara lain oleh Presiden AS Donald Trump serta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ini diselenggarakan bersamaan dengan peringatan 70 tahun pembentukan NATO. Semula NATO hanya terdiri dari 12 negara dan bertujuan menangkal pengaruh Uni Soviet selama Perang Dingin. Kini, NATO terdiri atas 29 negara, termasuk Kanada.
Perubahan yang dihadapi NATO membuat mereka mungkin perlu merumuskan strategi dan haluan baru yang lebih relevan. Meski demikian, bagi warga dunia, harapan yang ada tetap sama atau tidak berubah sejak dahulu, yakni bagaimana organisasi kerja sama antarnegara di tingkat dunia, termasuk organisasi kerja sama pertahanan seperti NATO, senantiasa memberikan kontribusi bagi keamanan dan perdamaian global, dan tak menjadi sumber ketidakstabilan.