Pengembangan Kawasan Cabai Nasional untuk Jamin Stabilisasi Harga
›
Pengembangan Kawasan Cabai...
Iklan
Pengembangan Kawasan Cabai Nasional untuk Jamin Stabilisasi Harga
Kementerian Pertanian mengembangkan kawasan aneka cabai di sejumlah daerah pada 2020. Kawasan yang terhubung dengan korporasi itu diharapkan dapat menjaga stabilitas harga cabai di tingkat konsumen dan produsen.
Oleh
abdullah fikri ashri
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Kementerian Pertanian mengembangkan kawasan aneka cabai di sejumlah daerah pada 2020. Kawasan yang terhubung dengan korporasi itu diharapkan dapat menjaga stabilitas harga cabai di tingkat konsumen dan produsen.
Kawasan seluas 13.328 hektar itu tersebar di 328 kabupaten/kota dalam 33 provinsi. Pengembangan kawasan ini bisa mencapai 200 hektar dalam suatu daerah.
”Kawasan ini akan mendekati kebutuhan konsumen, terutama di luar Jawa,” ujar Pelaksana Tugas Direktur Sayuran dan Tanaman Obat di Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Sukarman, Jumat (6/12/2019), dalam acara seminar bertema ”Transformasi Usaha Tani Cabai Berbasis Korporasi untuk Indonesia Maju” di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Kegiatan itu termasuk rangkaian Musyawarah Nasional Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) 2019. Turut hadir Bupati Kuningan Acep Purnama, Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Darto Wahab, Ketua AACI Abdul Hamid, dan Deputy Managing Director PT East-West Seed Indonesia Afrizal Gindow.
Menurut Sukarman, saat ini biaya kargo untuk mengirim cabai ke luar Jawa melonjak hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan biasanya. Oleh karena itu, kawasan cabai di Jawa akan fokus menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di Pulau Jawa.
”Kami tidak menutup pasar petani dan pedagang ke luar Jawa. Namun, apakah harganya bisa bersaing dengan produksi cabai di sana?” lanjutnya. Pihaknya pun bakal bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah untuk membentuk korporasi di kawasan cabai.
Korporasi ini akan mengurus dari hulu hingga hilir sehingga petani tidak lagi terjebak tengkulak dalam rantai pasok cabai. Korporasi tersebut nantinya membantu permodalan petani lewat kredit hingga memasarkan hasil panen petani.
”Kalau produksi tinggi, kami akan salurkan ke industri pengolahan. Kalau produksi turun, akan kami lihat lahan yang bisa ditanami di kawasan itu,” ujarnya. Pihaknya mengklaim memiliki sistem peringatan dini dengan melihat potensi tanam tiga bulan ke depan, berikut perkiraan produksinya.
Pada Januari 2020, misalnya, pihaknya memprediksi produksi cabai nasional mencapai 85.129 ton, sedangkan kebutuhannya 82.023 ton. ”Kami juga akan mengatur pola tanam sehingga pasokan dan kebutuhan terjaga. Harga pun bisa stabil,” ucapnya.
Darto Wahab menambahkan, ketika harga cabai turun, petani akan berteriak merugi. Sebaliknya, saat harga naik, konsumen protes. ”Pemerintah enggak mau harga cabai rendah, tetapi stabil. Jadi, perekonomian juga bisa tumbuh. Oleh karena itu, kami membutuhkan kerja sama petani untuk mengatur pola tanam agar produksi tidak berlebih sehingga harganya jatuh. Dibutuhkan 12.000 hektar per bulan untuk memastikan pasokan cabai,” ujarnya.
Pemerintah enggak mau harga cabai rendah, tetapi stabil. Jadi, perekonomian juga bisa tumbuh. Oleh karena itu, kami membutuhkan kerja sama petani untuk mengatur pola tanam agar produksi tidak berlebih sehingga harganya jatuh (Darto Wahab).
Bupati Kuningan Acep Purnama mendukung pengembangan kawasan cabai yang dicanangkan Kementan. ”Dulu, kami menjadi pemasok utama sayuran ke Cirebon, tetapi sekarang tidak lagi. Padahal, mencari lahan di sini tidak sulit. Hanya saja, petani kami masih tradisional sehingga kalah, mulai dari biaya sampai hasil produksi,” katanya di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman bersama Kementan terkait pengembangan kawasan hortikultura di Kuningan.
Ketua Kelompok Mandiri Semai Kuningan Andi mengatakan, petani hanya membutuhkan kepastian harga. Menurut dia, harga cabai kerap anjlok hingga Rp 7.000 per kilogram. Padahal, petani mengharapkan harga Rp 15.000 per kg. ”Sementara biaya produksi untuk obat-obatan dan tenaga kerja terus naik,” ucapnya.