Agus Prayogo mengalahkan ”hantu” cedera yang membuat dia menjauhi maraton selama hampir satu tahun. Seusai Asian Games 2018, Agus membenahi mentalnya hingga terlahir kembali dan meraih emas maraton SEA Games 2019.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Filipina
·5 menit baca
Pada SEA Games 2017 Malaysia, Agus Prayogo hanya puas meraih perak maraton dengan waktu 2 jam 31 menit 20 detik. Ia tertinggal dari peraih emas asal Singapura Soh Rui Yong dengan waktu 2 jam 29 menit 27 detik tetapi unggul atas peraih perunggu asal Malaysia Muhaizar bin Mohammad dengan waktu 2 jam 31 menit 52 detik.
Setahun kemudian, prestasi Agus justru kian menukik. Selepas 30 kilometer perlombaan maraton Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, pelari kelahiran, Bogor, Jawa Barat, 23 Agustus 1985 itu mengalami tegang otot parah. Rasa sakit luar biasa membuatnya harus menghentikan perjuangan. Kegagalan itu, sempat membuat kepercayaan diri Agus jatuh dan memilih menepi dari perlombaan maraton selama hampir setahun.
Namun, dengan persiapan lebih matang, Agus pun bangkit. Bahkan, ia seolah menemukan titik baliknya lagi di nomor maraton. Hal itu dibuktikan dengan raihan emas maraton SEA Games 2019 yang berlangsung di kawasan New Clark City, Filipina, Jumat (6/12/2019) mulai pukul 06.00.
Dia finis pertama dengan catatan waktu 2 jam 26 menit 48 detik. Perak diraih pelari Thailand Namkhet Sanchai dengan waktu 2 jam 27 menit 18 detik. Perunggu oleh pelari Malaysia Muhaizar dengan waktu 2 jam 33 menit 8 detik.
”Saya senang sekali dengan raihan emas ini. Sebab, ini adalah emas pertama saya di maraton SEA Games dan emas pertama untuk kontingen atletik Indonesia di SEA Games 2019. Semoga ini bisa memotivasi atlet-atlet lain,” ujar Agus yang pada SEA Games sebelumnya meraih empat emas dari nomor 10.000 meter (2009, 2011, 2015, 2017), dan satu emas dari 5.000 meter (2011).
Setelah kegagalan di Asian Games 2018, Agus memang sedikit trauma dengan perlombaan lari maraton. Ia mencoba menghindari dulu perlombaan itu dan kembali fokus ke nomor andalannya, yakni antara 5.000 meter dan 10.000 meter.
Namun, berkat semangat pantang menyerah dan hasil latihan keras di kawasan pengunungan Pangalengan, Jawa Barat, Agus pun kembali bangkit. Para atlet lari jarak jauh PB PASI memang difokuskan berlatih di Pangalengan yang sejuk agar konsentrasi tidak terpecah dan bisa meningkatkan VO2Mzx dengan optimal. Mereka latihan lari jarak jauh hampir setiap hari.
Pertengahan tahun ini, Agus baru berani lagi untuk berlomba di jarak lebih jauh. Bahkan, di Gold Coast Marathon, 7 Juli 2019, ia memecahkan rekornas separuh maraton atas namanya sendiri dari 1 jam 7 menit 5 detik menjadi 1 jam 6 menit 26 detik.
Agus baru kembali turun ke maraton pada Maybank Marathon Bali 2019 di kawasan Gianyar dan Klungkung, Bali, 8 September 2019. Dalam perlombaan itu, ia berhasil menjadi juara dengan waktu 2 jam 36 menit dan 44 detik.
”Selama ini, saya memang lebih banyak lomba di 5.000 meter dan 10.000 meter. Akhir-akhir ini, saya coba lomba separuh maraton dan maraton. Untuk itu, saya coba ikut maraton di Asian Games kemarin. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Saya sempat trauma dan coba untuk tidak dulu turun di nomor itu hampir setahun,” kata Agus.
Adaptasi cuaca
Menyambut SEA Games 2019, Agus coba mempersiapkan diri lebih matang agar bisa lebih baik dibanding SEA Games 2017 dan tidak mengulangi kegagalan di Asian Games 2018. Upayanya, antara lain dengan memikirkan betul cara adaptasi dengan cuaca panas dan lembab di New Clark City.
Sekitar dua hingga tiga bulan menjelang SEA Games 2019, Agus berpindah lokasi latihan. Dia turun dari Pangalengan yang sejuk ke Bandung, Jawa Barat yang lebih panas untuk menyesuaikan dengan tempat perlombaan maraton SEA Games 2019 yang lembab dan panas.
Persiapan itu sangat membantu saat hari perlombaan. Sejak pukul 05.45, matahari sudah keluar dan memancarkan cahaya panas. Adapun kawasan New Clark City berbentuk cekungan yang dikelilingi perbukitan. Hal itu membuat udara cenderung terperangkap di sana. Angin pun jarang berhembus. Cuaca pun terasa lembab dan panas ketika matahari sudah memancar.
”Kalau SEA Games 2017 Malaysia, saya memang fokus untuk mengejar emas 10.000 meter dan tercapai. Untuk kali ini, saya memang fokus untuk mengejar emas di maraton. Untuk itu, persiapan menuju maraton lebih optimal, antara lain adaptasi cuaca,” ujar Agus yang menjalani perlombaan maraton SEA Games 2019 pada Jumat pukul 06.00.
Pada SEA Games 2019, Agus juga akan turun di nomor andalannya, 5.000 meter dan 10.000 meter. Namun, Agus tampaknya hanya bisa tampil optimal di 5.000 meter. Sebab, pada 10.000 meter, dia harus berlomba sehari setelah final maraton.
Waktu yang terlalu mepet antara maraton dan 10.000 meter, membuatnya tidak memiliki waktu pemulihan yang cukup. ”Walau final 10.000 meter mulai Sabtu petang (pukul 18.10), tapi tetap saja waktu pemulihannya kurang. Jadi, kemungkinan, saya tidak bisa optimal lagi di 10.000 meter nanti,” tutur Agus.
Tidak memaksa
Manajer timnas atletik Indonesia di SEA Games 2019 Mustara Musa menyampaikan, Agus tidak dipaksakan meraih hasil optimal di 10.000 meter karena jadwal final maraton dan 10.000 terlalu mepet. Hal itu membuatnya tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Kalau untuk 5.000 meter, mungkin masih ada harapan karena perlombaan itu baru mulai Senin pagi.
”Sekarang, kalau kami maksain Agus untuk meraih fight di 10.000 meter setelah seharinya dia fight di maraton, itu sama saja kami menyuruh dia bunuh diri. Untuk itu, kami tidak mau maksain dia di 10.000 meter. Biarkan dia fokus pemulihan dan tampil sesuai kapasitasnya saja,” ujar Mustara.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung mengutarakan, prestasi Agus tentu menjadi sinyal positif untuk tim atletik Indonesia di SEA Games ke-30 ini. Emas itu diharapkan bisa memotivasi para atlet lain yang mulai berlomba pada 7 Desember hingga 10 Desember mendatang. Adapun tim atletik Indonesia terdiri dari 18 atlet putra dan 17 atlet putri yang turun di 23 nomor perlombaan.
Mereka ditargetkan bisa meraih sekurangnya lima emas atau sama dengan perolehan medali emas mereka di SEA Games dua tahun lalu. ”Tapi, saya tidak mau berbicara terlalu pagi. Biarkan para atlet rileks dan fokus untuk menghadapi semua perlombaan. Semoga mereka bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Dari itu, diharapkan ada kejutan-kejutan lain,” pungkas Tigor.