Tim nasional sepak bola Indonesia U-23 melancarkan serangan urat syaraf ke Myanmar menjelang laga semifinal, Sabtu sore ini. Faktor mental bisa menjadi penentu di laga menjelang partai puncak itu.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANILA, JUMAT – Indra Sjafri, pelatih tim nasional sepak bola Indonesia U-23, terlihat sangat percaya diri menatap duel melawan Myanmar di semifinal cabang sepak bola SEA Games 2019, Sabtu (7/12/2019) sore ini. Ia bahkan sempat menyinggung babak final, terlepas potensi Myanmar menghadirkan petaka di depan mata bagi tim “Garuda Muda”.
Seperti halnya Jose Mourinho, pelatih ternama yang mendalami psikologi di olahraga, Indra melancarkan “permainan pikiran” menjelang duel semifinal di Stadion Rizal memorial, Manila, Filipina, itu. Pratik perang urat syaraf itu antara lain diperlihatkannya saat menjawab pertanyaan salah satu jurnalis asal Myanmar dalam jumpa pers menjelang laga itu, Jumat.
Kami sudah sering bertemu, baik itu di Piala AFF maupun kualifikasi Piala Asia
Indra ditanya sang jurnalis tentang sikapnya mengenai perbedaan masa persiapan laga semifinal itu antara timnya dengan Myanmar. Timnas U-23 Indonesia hanya punya dua hari persiapan seusai laga terakhirnya, yaitu membekap Laos 4-0, Kamis (5/12). Sebaliknya, waktu pemulihan fisik dari Myanmar mencapai lima hari penuh. Terakhir kali mereka berlaga adalah Senin (2/12) lalu.
Perbedaan waktu pemulihan itu bisa berpengaruh ke stamina dan performa pemain di laga pukul 15.00 WIB nanti. Namun, alih-alih kalut, Indra menjawabnya enteng. “Yang (harusnya) lebih tahu pelatih Myanmar dong. Mudah-mudahan, karena lebih banyak waktu recovery, jangan sampai kegemukan (para pemain Myanmar). Nanti tidak bisa lari,” ujarnya dalam jumpa pers itu.
Indra tidak mau ambil pusing soal minimnya persiapan fisik timnya maupun waktu untuk mempelajari taktik dan kekuatan Myanmar. Ia memilih fokus ke timnya. Menurutnya, fisioterapis dan dokter timnas Indonesia telah bekerja keras untuk mengembalikan kebugaran para pemain dalam waktu yang singkat. “Tidak perlu juga sampai kelaparan untuk memantau mereka latihan. Kami sudah sering bertemu, baik itu di Piala AFF maupun kualifikasi Piala Asia,” ujarnya kemudian.
Ia optimistis timnya bisa melewati hadangan Myanmar dan lolos ke final untuk pertama kali sejak 2013 silam. Optimisme itu, ungkapnya, tidaklah terlepas dari meningkatnya grafik permainan timnya di Filipina. Sempat disorot soal ketajamannya menjelang SEA Games ini, Garuda Muda sejauh ini telah melesakkan 17 gol dan hanya kebobolan dua gol dari lima laga penyisihan grup B.
Surplus 15 gol itu adalah yang terbaik dari sepuluh tim lainnya peserta cabang sepak bola SEA Games Filipina. Sebagai perbandingan, Myanmar mengemas total delapan gol dan empat kali kebobolan di empat laga penyisihan grup A. “Setiap pelatih punya periodesasinya. Saya berharap, puncak performa dari tim ini adalah di final nanti. Agama saya mengajarkan untuk optimis (lolos ke final),” ujar Indra percaya diri.
Kuda hitam ASEAN
Meskipun demikian, Myanmar bukanlah calon lawan yang bisa dilihat sebelah mata. Sebaliknya, tim berjuluk “Malaikat Putih” itu merupakan kuda hitam paling disegani di Asia Tenggara saat ini. Mereka tampil konsisten di dua edisi SEA Games terakhir. Pada 2015 lalu, di Singapura, mereka melumat tim Indonesia asuhan Aji Santoso dengan skor 4-2 dan lolos ke final.
Kami mesti bermain pintar dan cerdas saat menghadapi Indonesia
Fenomena itu berlanjut pada tahun ini dengan menyingkirkan tim favorit lainnya dan finalis edisi 2017, Malaysia, di penyisihan grup A. Myanmar punya rekam jejak positif jelang duel Sabtu ini. Pada pertemuan terakhir kedua tim, yaitu di Piala AFF U-22 2019 lalu, mereka menahan imbang tim asuhan Indra Sjafri 1-1 di fase penyisihan grup. Myanmar menjadi satu-satunya tim yang tidak bisa dikalahkan Garuda Muda di turnamen itu.
Padahal, saat itu, Indonesia melibas lawan-lawan kuat seperti Vietnam dan Thailand sebelum meraih gelar juara Piala AFF U-22 di Kamboja itu. Kengototan, stamina tangguh, dan kecepatan serangan lini sayap mereka bisa menjadi ancaman bagi Indonesia. Tidak heran, dengan kualitas itu, mereka mampu menahan Vietnam—tim yang membekap Garuda Muda 1-2 pada Minggu lalu—pada laga uji coba November lalu di Hanoi.
Meskipun terkesan agak malu-malu, Myanmar punya ambisi serupa Indonesia, yaitu menembus final dan menjadi juara. Pelatih Myanmar Velizar Popov ingin mewujudkan duel kontra tim favorit lainnya, Vietnam, di final. Menurutnya, timnya bisa mengalahkan lawan mana pun, entah itu Indonesia maupun Vietnam. “Kami mesti bermain pintar dan cerdas saat menghadapi Indonesia,” tuturnya.
Duel sore ini berpotensi berjalan sangat ketat. Meskipun sama-sama mengusung pola taktik ofensif dan menekan, kedua tim bakal tampil lebih hati-hati ketimbang laga penyisihan grup. Maka itu, ada kans duel ini berlangsung hingga drama adu penalti. Terkait hal itu, Indra juga sudah membekali timnya dengan latihan adu penalti pada persiapan, Jumat.