Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus mendorong masyarakat untuk mengelola sampah mulai dari hulu supaya tidak membebani lingkungan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus mendorong masyarakat untuk mengelola sampah mulai dari hulu supaya tidak membebani lingkungan. Pengelolaan di hulu itu diupayakan Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan mendirikan pusat daur ulang sampah di tingkat desa dan kecamatan. Sinergi masyarakat dan pemerintah dibutuhkan untuk mengolah sampah menjadi berkah.
”Visi kota, visi daerah ke depan dalam pengelolaan sampah harusnya memang kurangi TPA (tempat pembuangan akhir). Kalau bisa, nir-TPA, tidak ada TPA. Mengapa? Apalagi di Jawa, tanah semakin susah, semakin mahal, sehingga memang kita harus bergerak ke hulu, bagaimana semaksimal mungkin kita harus mengurangi sampah,” tutur Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar, Sabtu (7/12/2019), di Banyumas, Jawa Tengah.
Sampah bisa menjadi pupuk, jadi bahan pakan belatung, bisa jadi bahan baku industri plastik, karet, dan kertas.
Novrizal hadir dalam peresmian pusat daur ulang (PDU) sampah di Kelurahan Kober, Purwokerto Barat, yang bisa mengelola sampah sebanyak 3-4 ton per hari. Bangunan dengan luas sekitar 500 meter persegi ini terdiri atas sejumlah bagian, seperti pemilahan sampah organik-anorganik, penghancuran sampah organik untuk dijadikan pupuk, serta tempat budidaya maggot (belatung) yang bisa dijadikan bahan baku pakan ternak atau ikan.
”PDU ini adalah salah satu instrumen menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sampah bisa menjadi pupuk, jadi bahan pakan maggot, bisa jadi bahan baku industri plastik, karet, dan kertas,” katanya.
Novrizal mengatakan, persoalan sampah di Indonesia multidimensi, tidak hanya persoalan teknis dan struktural. Ada dimensi sosial, kultural, dan politik. Secara umum, kapasitas pemerintah daerah di Indonesia dalam pengelolaan sampah baru 32 persen.
Menurut dia, indeks perilaku tidak peduli orang Indonesia terhadap sampah juga masih tinggi, yakni 72 persen. Dia menambahkan, sampah plastik trennya makin tajam meningkat terus, kemudian ada pula masalah belum optimalnya penegakan hukum.
Di Banyumas, jumlah keluarga pada 2018 mencapai 456.510 dan sampah yang dihasilkan sebesar 536 ton per hari. Adapun sampah di luar rumah tangga setiap hari 10-15 ton sehingga rata-rata jumlah sampah di Banyumas berkisar 550 ton per hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas Suyanto menyampaikan, hingga saat ini, sudah ada 16 pusat daur ulang sampah. Kapasitas pengelolaan sampah di PDU bervariasi, 4-10 ton per hari. ”Tahun 2020, ditargetkan ada 27 pusat daur ulang sampah di Banyumas,” ucapnya.
Selain di Kober, Purwokerto Barat, pusat daur ulang sampah di Banyumas antara lain ada di Desa Tipar (Kecamatan Ajibarang), Desa Karangcegak (Sumbang), Desa Banteran (Wangon), Desa Kedungrandu (Patikraja), Kelurahan Kradenan (Sumpiuh), Kelurahan Purwokerto Wetan (Purwokerto Timur), Kelurahan Tanjung (Purwokerto Selatan), dan Kelurahan Purwanegara (Purwokerto Utara).
Bupati Banyumas Achmad Husein menyebutkan, setiap kepala desa dan camat telah diperintahkan untuk mengelola sampah di desanya masing-masing.
”Sampah itu menyenangkan. Jangan sampai kita mengatakan sampah itu bau dan mengganggu. Kalau kita selalu berpikir bahwa sampah itu mengganggu, sampah itu menyebalkan, bau, dan biang kerok, maka selama-lamanya juga akan seperti itu, karena itu adalah sugesti kepada diri kita,” papar Husein.