Gelar juara Asian Games 2018 malah membebani Rifki Ardiansyah. Karateka berusia 22 tahun itu harus mengakui keunggulan lawannya pada final karate SEA Games 2019 kelas 60 kilogram putra.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE dari Manila, Filipina
·3 menit baca
MANILA, KOMPAS — Karateka Rifki Ardiansyah Arrosyiid pernah membuat kejutan dengan meraih medali emas pada Asian Games 2018. Namun, gelar itu pula yang rupanya membebani Rifki sehingga ia tampil kurang lepas dan harus mengubur mimpi meraih emas pada SEA Games 2019.
Tampil pada laga final kelas 60 kg putra, Rifki menyerah dari karateka asal Vietnam, Nguyen Thanh Duy, dengan skor 1-2. Penampilan Rifki di final terlihat menurun dibandingkan dengan dua penampilan sebelumnya. Pada perempat final, Rifki mengalahkan Manisinh Salanh (Laos), 4-1. Lalu, di semifinal Rifki menang atas Ak Muhd Abdul Quddus Zainal (Brunei Darussalam), 0-1.
Rifki merasa penampilannya di SEA Games 2019 tak sebagus ketika membela Indonesia di tingkat Asia. ”Dulu, tampil di Asian Games saya tidak punya beban karena bukan unggulan. Sekarang, saya malah ditargetkan. Semuanya bicara emas, emas, emas. Ini cukup memberi beban,” katanya.
Selain terbebani medali emas, persiapan pemuda berusia 22 tahun itu tidak sebanyak saat persiapan Asian Games 2018. Menjelang Asian Games, Rifki menjalani beberapa kali seleksi nasional. Setelah itu, Rifki dan kawan-kawan berlatih di pelantas selama delapan bulan. Menjelang SEA Games, anggota TNI AD di Makodam V/Brawijaya, Surabaya, itu hanya berlatih selama empat bulan. Kurangnya latihan mempengaruhi mental pertandingan.
Meski harus puas dengan perolehan medali perak, Rifki memetik pelajaran berharga dari SEA Games 2019. ”Pelajaran berharga yang saya dapatkan adalah perlunya latihan, latihan, dan latihan lebih keras. Saya harus lebih rajin berlatih lagi,” katanya.
Ini merupakan penampilan kedua Rifki di ajang multicabang antarnegara Asia Tenggara. Dua tahun lalu, di SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia, Rifki tampil pada nomor beregu putra dan mengantongi medali perunggu.
Keberhasilannya meraih emas di Asian Games 2018 membuat Rifki, bersama dengan Cok Istri Agung Sanistyarani dari nomor kumite kelas 55 kg, diunggulkan meraih emas.
Kemarin, hanya Rifki yang lolos ke final. Cok Istri Agung Sanistyarani harus mengubur mimpi meraih medali karena dalam laga perebutan perunggu kalah dari wakil tuan rumah Filipina, Mae Soriano, 4-5. Karateka kelas 61 kg, Winarni Tri, juga harus mengubur mimpi meraih medali karena kalah dari Ho Thi Thu Hien (Vietnam). Sementara itu, karateka kelas 67 kg Tebing Hutapea kalah di semifinal.
Winarni dan Ho Thi Thu Hien sebenarnya berbagi poin imbang 0-0. Namun, dewan juri menetapkan bahwa peraih medali perunggu adalah karateka Vietnam. Peraih medali emas di kelas 61 kg putri adalah Sukkiaw Arm (Thailand) yang berhasil mengalahkan Murugeesan Mathivani (Malaysia) dengan skor 3-2. Dengan hasil ini, Mathivani berhak meraih perak.
Pelatih karate Indonesia Abdullah Kadir mengatakan, sejauh ini dirinya merasa puas dengan penampilan atlet-atlet Indonesia. ”Mereka sudah berjuang mati-matian. Inilah hasilnya,” ujarnya.
Abdullah Kadir mengatakan, Rifki belum bisa mengulang kesuksesannya di Asian Games 2018 karena terkendala cedera lutut. Cedera itu membuat Rifki tidak bisa menjalani latihan dengan durasi panjang seperti atlet-atlet lainnya. Selain itu, Rifki juga tampil tegang. ”Ia merasa terbebani sebagai pemegang gelar medali emas Asian Games. Kami sudah berusaha menangani agar mentalnya siap, tetapi itu tidak mudah dihilangkan. Tingkat stres setiap orang berbeda-beda,” katanya.
Sejauh ini, tim karate Indonesia telah meraih dua keping emas dari Krisda Aprilia dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda yang turun pada nomor kata perorangan. Indonesia juga meraih satu perak dari Rifki dan dua perunggu dari Sheva Maya (kumite kelas 50 kg kumite) serta Nababan Dian, Hanandyta Emilia, dan Lucky Anugrah, yang turun pada nomor kata beregu.
”Kami berharap masih bisa menambah perolehan emas pada hari terakhir pertandingan,” kata Abdullah.