Tim nasional taekwondo Indonesia meraih lima medali perunggu dari disiplin poomsae atau jurus, yang digelar pada SEA Games Filipina 2019.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
MANILA, MINGGU — Tim nasional taekwondo Indonesia meraih lima medali perunggu dari disiplin poomsae atau jurus SEA Games Filipina 2019 di Manila, Minggu (8/12/2019). Kegagalan merebut medali emas disiplin poomsae cukup menyesakkan karena Indonesia pernah meraih satu medali emas pada disiplin yang sama dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Berlaga di Ninoy Aquino Stadium, kawasan Rizal Memorial Sport Complex, Manila, Rahmania Gunawan Putri mempersembahkan medali perunggu pertama dari nomor individual putri. Medali emas pada nomor ini diraih oleh atlet tuan rumah Filipina, Ninobla Jocel Lyn, dan perak direbut oleh atlet Thailand, Srisahakit Ornawee.
Perunggu kedua diraih dari nomor pasangan atas nama I Kadek Dwipayana dan Defia Rosmaniar. Defia adalah peraih medali emas bagi Indonesia pada Asian Games 2018. Pada kategori ini, emas diraih pasangan Malaysia dan perak diraih pasangan tuan rumah.
Defia, Ruhil, dan Rahmania Gunawan Putri kembali mempersembahkan medali perunggu ketiga dari nomor tim putri. Tim putri Thailand dan Filipina masing-masing merebut medali emas dan perak dari nomor tersebut.
Pada nomor perseorangan gaya bebas putra, langkah Wawan Saputra dihentikan atlet Filipina, Domigues Jeordan, di semifinal. Wawan harus puas dengan medali perunggu dan Jeordan meraih emas. Medali perak direbut Nguyen Ngoc Minhy dari Vietnam.
Medali perunggu kelima direbut dari nomor tim gaya bebas campuran yang diisi oleh Wawan Saputra, Abdul Rahman Darwin, Muhammad Ibnu, Melinda Evelyna, dan Ruhil. Emas di kategori ini direbut atlet asal Myanmar dan perak diraih atlet asal Filipina.
Raihan lima medali perunggu ini menandai paceklik medali emas pada disiplin poomsae sejak SEA Games Jakarta 2011. Sejak saat itu, Indonesia tidak pernah lagi meraih medali emas pada SEA Games Myanmar 2013, SEA Games Singapura 2015, dan SEA Games Malaysia 2017.
Hal itu cukup mengherankan karena Indonesia sering meraih medali pada Kejuaraan Dunia Poomsae dan mengungguli atlet Asia Tenggara lainnya pada periode 2011-2018. Bahkan, Indonesia merebut medali emas pada Asian Games 2018.
Menurut pelatih poomsae Indonesia, Maulana Haidir, dirinya tetap mengapresiasi perjuangan para atlet Indonesia. Raihan lima medali perunggu yang disumbangkan timnas taekwondo merupakan pencapaian maksimal meskipun ada yang di bawah target.
Beberapa nomor, kata Maulana, berlangsung sangat ketat dan kompetitif. Beberapa atlet Indonesia tampil di bawah standar latihan sehingga hasilnya kurang maksimal. Faktor pengalaman yang kurang bagi beberapa atlet baru juga menjadi masalah tersendiri.
”Sebagian besar atlet poomsae kita adalah muka baru. Perlu diakui, penampilan tim kita sudah bagus, tetapi ada faktor nonteknis yang menyebabkan tidak tercapainya target yang diinginkan. Padahal, Indonesia mengincar satu medali emas pada disiplin poomsae,” tutur Maulana, melalui siaran pers.
Maulana juga menyoroti kontroversi subyektivitas wasit yang menyebabkan Wawan Saputra gagal merebut medali emas. Wawan dinilai tampil jauh lebih baik dibandingkan dengan atlet tuan rumah di semifinal, tetapi nilainya tetap dikalahkan.
”Kami menilai, penampilan Wawan sangat bagus, tetapi hasilnya di luar harapan. Jika berkaitan dengan tuan rumah, kami sulit mengatasi faktor subyektivitas wasit,” kata Maulana.
Terkait dengan hasil di nomor poomsae tersebut, manajer tim Yefi Triaji akan segera melakukan evaluasi. ”Kami sudah mengantongi catatan penting dari para pelatih untuk dikaji sebagai bahan evaluasi kita,” ujarnya.
Indonesia masih berharap mendapatkan medali emas dari nomor kyorugi atau pertarungan yang akan digelar pada Senin, 9 Desember. Atlet senior Mariska Halinda, Ibrahim Zarman, dan Reinaldy Atmanegara diharapkan dapat mempersembahkan emas bagi Indonesia. Selain ketiganya, terdapat juga Dinggo Ardian Prasbowo, Shaleha Yusuf, Rizky Anugrah Prasetyo yang akan membela tim Merah Putih.