Alshamrani menulis bahwa dirinya membenci rakyat Amerika karena ”melakukan kejahatan tidak hanya terhadap umat Islam, tetapi juga kemanusiaan” dan mengkritik dukungan Washington untuk Israel.
Oleh
·2 menit baca
Penembak mati tiga tentara AS di pangkalan AL AS diduga terpapar terorisme. Beberapa hari sebelum penembakan, terduga menonton video penembakan massal.
Letnan Dua Mohammed Saeed Alshamrani (21) diketahui pernah menulis di media sosial, yang mengkritik keterlibatan AS dalam perang di Timur Tengah, sebelum melepaskan tembakan. Bahkan, Site Intelligence Group (SIG) yang melacak akun media sosial Alshamrani menyatakan, dia telah mem-posting pembenaran atas rencana penembakannya di Twitter beberapa jam sebelum serangan.
Menurut SIG, Alshamrani menulis bahwa dirinya membenci rakyat Amerika karena ”melakukan kejahatan tidak hanya terhadap umat Islam, tetapi juga kemanusiaan” dan mengkritik dukungan Washington untuk Israel. Namun, Menhan AS Mark Esper mengatakan belum bisa memastikan keterlibatan anggota militer Kerajaan Arab Saudi itu dalam terorisme.
Angkatan Laut (AL) AS, dalam pernyataan melalui surel, menyebut dua di antara ketiga korban bernama Mohammed Sameh Haitham (19) dan Cameron Scott Walters (21). Penembakan juga terjadi dua hari sebelumnya, di pangkalan Pearl Harbor, Hawaii. Pelaut AS yang kapal selamnya berlabuh menembak tiga pegawai Departemen Pertahanan dan menyebabkan dua terbunuh. Penembak akhirnya bunuh diri.
The New York Times (NYT) melaporkan, enam warga negara Saudi lainnya, termasuk tiga orang yang terlihat merekam penembakan di Pensacola itu, ditahan untuk diinterogasi. Namun, NYT menulis, mereka tak punya hubungan apa pun dengan Alshamrani yang sedang mengikuti pelatihan di Pangkalan AL AS, di Florida.
Pangkalan itu merupakan pusat program pelatihan bagi militer asing yang dikelola AL AS. Program itu didirikan tahun 1985. Semula hanya khusus bagi siswa asal Arab Saudi, tetapi belakangan diperluas bagi siswa dari negara lain.
”Pikiran dan doa saya bersama para korban dan keluarga mereka selama masa sulit ini. Kami terus memantau situasi saat investigasi sedang berlangsung,” kata Presiden AS Donald Trump setelah menerima telepon dari Raja Arab Saudi Pangeran Salman bin Abdulazis yang menyampaikan dukacita dan simpati kepada para korban (Kompas, 8/12/2019).
Terkait penembakan di Pensacola, Senator Florida AS Rick Scott mengeluarkan pernyataan keras, dengan menyebut penembakan itu tindakan terorisme. ”Apakah individu ini termotivasi oleh Islam radikal atau secara mental tidak stabil,” katanya.
Memang, pernyataan Scott tidak mewakili pandangan warga AS terhadap Arab Saudi. Namun, mungkin itu pula yang terpatri di alam bawah sadar sebagian warga AS terhadap warga Saudi. Apalagi, pelaku adalah tentara Saudi.
Yang jelas, penembakan ini tak akan mengganggu hubungan antara Pemerintah Arab Saudi dan AS. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan akan lebih banyak warga AS yang membatasi hubungan dengan warga Arab Saudi.