Setidaknya 45 keluarga mengungsi akibat banjir di Kecamatan Harau dan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (10/12/2019). Pemkab pun menetapkan status siaga bencana.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Setidaknya 45 keluarga mengungsi akibat banjir di Kecamatan Harau dan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (10/12/2019). Pemkab pun menetapkan status siaga bencana sejak hari ini hingga 16 Desember 2019.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota Rahmadinol, Selasa malam, mengatakan, rumah warga di tiga nagari di dua kecamatan itu terendam banjir sejak Senin (9/12/2019) pagi. Keluarga terdampak mengungsi di tenda pengungsian dan rumah ibadah.
”Di Nagari Taram, Harau, ada 22 keluarga terdampak. Di Nagari Balai Panjang, Lareh Sago Halaban, juga ada 22 keluarga. Di Batu Payuang, Lareh Sago Halaban, ada satu keluarga,” kata Rahmadinol.
Menurut dia, banjir sebenarnya mulai terjadi di Limapuluh Kota sejak awal Desember 2019. Namun, saat itu, air belum sampai masuk ke rumah. Dalam dua hari terakhir, banjir mulai tinggi dan masuk ke rumah warga. Di Taram, misalnya, ketinggian air di dalam rumah sekitar 30 sentimeter.
Selain di Harau dan Lareh Sago Halaban, empat kecamatan lain juga sempat direndam banjir, yaitu Payakumbuh, Suliki, Mungka, dan Pangkalan. Namun, sekarang air di kecamatan tersebut sudah surut.
Rahmadinol melanjutkan, sebagian besar banjir disebabkan oleh meluapnya sungai akibat curah hujan tinggi. Taram, misalnya, merupakan wilayah pertemuan banyak sungai, antara lain Batang Sinamar, Batang Lampasi, Batang Agam, dan Batang Sianipan. Saat ini, potensi banjir masih ada sebab air dari hulu sungai masih besar dan malam ini hujan kembali turun.
Menurut dia, selain banjir, longsor juga terjadi di sejumlah titik di Limapuluh Kota. Di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, sempat terjadi longsor di empat titik. Tiga mobil terseret longsor, tetapi tidak ada korban jiwa. Sekarang, jalur sudah kembali normal.
Dihubungi terpisah, Hazelina Junisa (21), warga Nagari Tarantang, Kecamatan Harau, mengatakan, lokasi sekitar rumahnya juga terendam banjir sejak Selasa pagi. Air menggenangi jalan sekitar 50-60 sentimeter dan juga masuk ke rumah warga.
”Sekitar pukul 15.00 tadi, air sudah mulai surut. Genangan air 35-40 sentimeter. Namun, sejak pukul 20.00-21.40, hujan kembali turun. Kemungkinan ketinggian air bisa bertambah,” kata perempuan yang karib disapa Zelin itu.
Sekitar pukul 15.00 tadi, air sudah mulai surut. Genangan air 35-40 sentimeter. Namun, sejak pukul 20.00-21.40, hujan kembali turun.
Menurut Zelin, banjir berasal dari Sungai Batang Harau yang meluap akibat curah hujan tinggi. Di sekitar rumah Zelin di Jorong Tarantang setidaknya ada empat keluarga mengungsi ke rumah sanak saudara.
Selain merendam jalan dan rumah, banjir juga merusak jembatan kayu yang biasanya digunakan warga pengendara sepeda motor. Meskipun jembatan masih ada, lantai jembatan sudah banyak yang rusak akibat terseret air. Sementara itu, akses lain untuk menyeberangi sungai masih dalam tahap pembangunan dan hanya bisa dilewati pejalan kaki.