Pengembangan desa wisata diyakini efektif meningkatkan pertumbuhan perekonomian desa. Namun, butuh peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya agar kehadirannya bisa langsung dirasakan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pengembangan desa wisata diyakini efektif meningkatkan pertumbuhan perekonomian desa. Namun, butuh peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya agar kehadirannya bisa langsung dirasakan.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Taufik Madjid dalam acara Penganugerahan Pemenang Lomba Desa Wisata Nusantara di Tebing Breksi, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (10/12/2019).
”Kami yakin dan percaya desa wisata merupakan bentuk semangat kita menjadikan desa sebagai basis dan tulang punggung ekonomi di masa mendatang. Ini paling cepat untuk menyerap tenaga kerja dan memutar roda perekonomian di desa,” kata Taufik.
Taufik menyatakan, lomba desa wisata menjadi salah satu upaya memajukan sektor pariwisata desa. Terdapat potensi berupa alam dan budaya dari desa-desa yang bisa dijadikan daya tarik wisata. Keberadaan lomba itu diharapkan mampu memicu inisiatif masyarakat mengelola potensi wisata di desa.
Lomba Desa Wisata Nusantara ini baru digelar pertama kali tahun ini. Pesertanya 158 desa di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, diperoleh masing-masing 20 desa wisata terbaik yang dibagi dalam dua kategori, yaitu 10 desa wisata kategori maju dan 10 desa wisata kategori berkembang. Desa yang masuk dalam kategori tersebut mendapat dana pembangunan sarana dan prasarana pendukung desa wisata sebesar Rp 400 juta per desa.
Pada desa wisata berkategori maju ada Desa Kertayasa (Pangandaran), Desa Sulaksana (Garut), dan Desa Kemiren (Banyuwangi). Sementara pada desa wisata kategori berkembang, tiga besar peringkat terbaiknya adalah Desa Kembang Kuning (Lombok Timur), Desa Tebara (Sumba Barat), dan Desa Jatimulyo (Kulon Progo).
”Kami akan terus bekerja keras untuk memotivasi desa-desa ini. Harapannya, tahun-tahun mendatang, aktivitas wisata yang dilakukan desa-desa yang masuk nominasi bisa direplikasi di seluruh desa di pelosok Nusantara,” kata Taufik.
Kami akan terus bekerja keras untuk memotivasi desa-desa ini. Harapannya, tahun-tahun mendatang, aktivitas wisata yang dilakukan desa-desa yang masuk nominasi bisa direplikasi di seluruh desa di pelosok Nusantara.
Taufik menyatakan, dalam membangun sektor pariwisata sudah terjadi perubahan pandangan. Masyarakat dilihat sebagai aktor penting dalam kemajuan pariwisata dari suatu daerah. Inovasi dan inisiatif masyarakat untuk mengelola potensi wisata lokal merupakan kunci dari pengembangan pariwisata tersebut.
”Masyarakat desa diharapkan terlibat lebih aktif dalam pembangunan pariwisata. Dengan itu, desa wisata bisa terus didorong pertumbuhan ekonominya sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” katanya.
Ia menambahkan, saat ini, pemerintah sedang fokus mengembangkan lima destinasi wisata superprioritas, yaitu Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, Borobudur, dan Likupang. Ia mengharapkan, desa-desa yang berada di sekitar destinasi tersebut juga turut mengembangkan dirinya menjadi desa wisata.
Pelaksana Tugas Kepala Desa Kertayasa Muhtar Tajidin bersyukur desanya menjadi juara dalam kategori desa wisata maju. Wisata yang dikelola berupa body rafting di sungai. Wisata itu diinisiasi sejak tahun 2009.
”Sekarang sudah bisa berkontribusi bagi pendapatan asli desa per tahunnya mencapai Rp 125 juta. Jumlah kunjungannya mencapai 1.500 orang per tahun. Pada tahun 2015 sempat terjadi lonjakan pengunjung mencapai 8.000 orang dalam setahun,” katanya.
Tajidin mengatakan, aktivitas wisata itu jelas memberikan dampak langsung bagi warga desa. Sedikitnya ada 115 warga desa yang menjadi pemandu wisata. Dari satu rombongan wisatawan, seorang pemandu bisa memperoleh Rp 150.000. Dalam satu hari, satu pemandu bisa memandu 3-4 rombongan.
Sekretaris Desa Sambirejo, Sleman, Mujimin mengatakan, desanya menjadi pemenang harapan ketiga dalam lomba tersebut. Pendapat asli desa yang disumbangkan dari pengelolaan wisata pada semester pertama tahun ini sudah mencapai Rp 500 juta.
”Belum lagi dengan banyaknya warga yang ikut terlibat dalam aktivitas wisata. Ada sekitar 80 pedagang kuliner, sekitar 100 pengemudi jip wisata, dan lain-lain. Hal seperti ini perlu terus kami kembangkan ke depan,” kata Mujidin.