Meski filmnya sering diboikot, namun sutradara senior Garin Nugroho tidak akan pernah kapok berkarya dengan tema yang dianggap sensitif bagi sekelompok kalangan.
Oleh
Soelastri Soekirno
·2 menit baca
Apalagi, kemudian terbukti karya-karyanya sering mendapat penghargaan di manca negara dan menjadi bahan diskusi di masyarakat.
Sutradara yang pertama kali meraih Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik untuk film Kucumbu Tubuh Indahku itu akan terus membuat film bertema sensitif agar bisa membuka diskusi di ruang publik. “Saya tidak kapok dan akan tetap membuat film seperti itu. Kalau saya tidak membuat flm dengan tema yang menurut masyarakat sensitif ya saya tidur saja he he..,” ujar Garin, Senin (9/12/2019) di Jakarta.
Garin yang sepanjang berkarier di dunia sinema sudah mendapat lebih dari 60 penghargaan, dikenal sebagai pekerja film yang mengundang pro-kontra. Selain film Kucumbu Tubuh Indahku, film berjudul Soegija juga memunculkan kontroversi. “Saya sampai diancam mau dibunuh,” katanya.
Soal Piala Citra perdana yang diterimanya, ia bersyukur atas penghargaan tersebut. “Saya menghormati penghargaan itu, rasanya seperti pulang ke rumah,” kata Garin yang sedang menyiapkan pementasan teater Planet Lament pada 20 Januari 2020.
Menghadapi pro dan kontra itu ia justru mengajak pihak yang menolak filmya untuk berdiskusi. Bukan pihak ormas yang membubarkan pemutaran film, tapi warga yang menyatakan keberatan yang ia ajak berdiskusi. Garin pun berkeliling ke Nusa Tenggara Timur dan daerah lain.
“Ternyata warga termasuk di Padang, antusias mendiskusikan hal-hal yang sensitif itu,” lanjutnya. Ia senang tujuan untuk membuka wacana lewat tema film akhirnya tercapai.
Soal piala Citra perdana yang ia terima, dirinya bersyukur atas penghargaan tersebut. “Saya menghormati penghargaan itu, rasanya seperti pulang ke rumah,” kata Garin yang sedang menyiapkan pementasan teater Planet Lament pada 20 Januari 2020.