logo Kompas.id
Cara Spekulan Garam Menangguk ...
Iklan

Cara Spekulan Garam Menangguk Untung

Empat dekade lebih, harga garam di pasaran kerap dipengaruhi oleh ulah spekulan. Petani garam kecil tetap menjadi pihak paling dirugikan dalam rantai perdagangan garam ini.

Oleh
SUBUR TJAHJONO
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/TT9ZT5mQOr-gPf_sSG1rvIdNxwY=/1024x626/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FIDN010-BW-19750911-V-24_1576011073.jpg
Kompas

Sumenep. Pada penggaraman rakyat, tambak yg dimiliki dibagi 4 petak untuk penguapan dan kristalisasi air laut. Air yg sudah tua harus dipindah ke petak yg lebih bersih dengan demikian kristalisasi dapat dipercepat. Tampak para petani sedang mengambil hasil garam dengan cara menyorok. Karena alas kolam kristalisasi tanah maka banyak bagian tanah yg ikut tersorok. Garam menjadi kotor. Harga garam pun kerap dipengaruhi ulah spekulan. Foto dan berita yang dimuat Kompas, Kamis, (25/9/1975).

Spekulan garam, istilah untuk pedagang perantara produsen garam dan konsumen, selalu ambil untung. Ia membeli garam ketika harga rendah, menimbunnya, dan kemudian menjualnya ketika harga tinggi. Ulah spekulan garam ini telah berlangsung empat dekade lebih.

Harian Kompas edisi 11 Desember 1971 di halaman 2 melaporkan ulah spekulan memborong garam di Kantor Perwakilan PN Garam di Surabaya, Jawa Timur. Harga jual garam curah di PN Garam saat itu Rp 6,25 per kilogram (kg) dan harga garam briket Rp 11,5 per kg.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000