Ketergantungan Tambang Tinggi, Kalsel Bidik Agroindustri dan Pariwisata
›
Ketergantungan Tambang Tinggi,...
Iklan
Ketergantungan Tambang Tinggi, Kalsel Bidik Agroindustri dan Pariwisata
Untuk melepaskan ketergantungan pada tambang batubara serta menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, Pemprov Kalsel mengupayakan transformasi ke sektor agroindustri dan pariwisata.
Oleh
Jumarto YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Ketergantungan yang besar pada sektor pertambangan batubara membuat perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat pada triwulan III-2019 akibat penurunan harga batubara. Untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang, pemerintah daerah pun mengupayakan transformasi ke sektor agroindustri dan pariwisata.
Hal itu mengemuka dalam Pertemuan Tahunan 2019 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan dengan tema ”Sinergi, Transformasi, dan Inovasi Ekonomi Kalimantan Selatan untuk Mendukung Indonesia Maju” di Banjarmasin, Rabu (11/12/2019).
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan III-2019 sebesar 3,72 persen, melambat ketimbang pertumbuhan pada triwulan II-2019 yang sebesar 4,20 persen.
Untuk itu, kami mengupayakan transformasi perekonomian Kalimantan Selatan dari sektor sumber daya alam ekstraktif menuju sektor bernilai tambah tinggi dan berkelanjutan.
Kondisi itu terjadi akibat perang dagang di tingkat global yang berimbas pada melemahnya perekonomian China yang selama ini menjadi negara tujuan utama ekspor batubara Kalsel. Di sisi lain, juga ada tren penurunan harga batubara dan kebijakan pembatasan kuota produksi izin usaha pertambangan.
”Untuk itu, kami mengupayakan transformasi perekonomian Kalimantan Selatan dari sektor sumber daya alam ekstraktif menuju sektor bernilai tambah tinggi dan berkelanjutan. Sektor yang terus kami dorong sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru, yaitu agroindustri dan pariwisata,” kata Sahbirin.
Dengan begitu, ketika harga batubara turun dan permintaan global terhadap batubara juga lemah, perekonomian Kalsel masih didukung sektor industri pengolahan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Sektor ini bisa dipacu karena permintaan bahan bakar minyak nabati atau biofuel untuk pasar nasional ataupun internasional ke depan akan semakin tinggi.
”Pengembangan sektor agroindustri juga ditopang modal yang kuat dengan posisi Kalimantan Selatan sebagai salah satu lumbung pangan nasional dan sedang disiapkan sebagai lumbung pangan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur,” ujar Sahbirin.
Pemprov Kalsel juga terus berupaya mematangkan konsep dan arah pengembangan industri pariwisata Kalsel. Apalagi, saat ini, Kalsel memperoleh momentum baik dengan beroperasinya terminal baru Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru.
Sahbirin mengatakan, keberadaan bandara baru itu menjadi modal awal yang baik sebagai pintu gerbang Kalsel yang representatif menyongsong ”Visit Kalsel 2020”. ”Maka, kami mengajak semua pihak untuk ikut mempromosikan pariwisata Kalsel serta mengembangkan infrastruktur, atraksi, amenitas (fasilitas penunjang), dan aksesibilitas berbagai obyek wisata unggulan,” tuturnya.
Akselerasi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Herawanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2019 kembali menghadapi tantangan dari tertahannya kinerja ekspor dan pertambangan batubara. ”Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada 2019 diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2018,” ujarnya.
Menurut Herawanto, perekonomian Kalsel berpeluang meningkat pada 2020 seiring pemulihan kinerja ekspor dan pertambangan batubara serta meningkatnya industri pengolahan. Namun, jika ingin pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, harus sama-sama mengakselerasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang baru dan meningkatkan sumber-sumber yang ada sekarang.
”Kalsel memerlukan akselerasi pengembangan sumber baru pertumbuhan ekonomi, terutama hilirisasi komoditas atau agroindustri, pariwisata, ekonomi digital, dan ekonomi syariah,” katanya. Hal itu guna mengimbangi tekanan eksternal berupa ancaman turunnya permintaan impor oleh negara-negara mitra dagang utama produk-produk Kalsel.