Indonesia harus berperan aktif menahan laju kenaikan suhu muka bumi dengan lebih memberi lebih banyak wawasan lingkungan dalam pembangunan.
Oleh
·2 menit baca
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UN FCC-COP) ke-25 di Madrid, Spanyol, sejak awal pekan ini sepakat, target penurunan emisi gas rumah kaca tidak cukup menahan kenaikan suhu global 1,5 derajat celsius pada tahun 2100 dari suhu sebelum Revolusi Industri.
Target penurunan emisi gas rumah kaca, terutama berupa gas karbon, disepakati dalam Perjanjian Paris tahun 2015. Indonesia memberi komitmen menurunkan emisi sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan asing pada 2020, dibandingkan terhadap emisi gas rumah kaca jika tanpa intervensi apa pun. Pemerintah mengatakan, pencapaian target nasional sesuai jalur.
Pada sisi lain, pilihan pembangunan kita belum sesuai komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi karbon terbesar Indonesia berasal dari aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan lahan dan hutan (47,8 persen) serta penggunaan energi fosil (34,9 persen) (Kompas, 9/12/2019).
Selain kebakaran hutan, penggunaan batubara sebagai pembangkit listrik menjadi penyumbang emisi karbon. Hingga 2025, batubara memasok 54 persen energi listrik nasional. Situasi ini membuat Indonesia masuk kategori sangat tidak memadai dalam pencapaian target penurunan emisi.
Berbagai laporan ilmiah, termasuk panel ahli di bawah PBB, membuktikan telah terjadi kenaikan suhu muka bumi. Kenaikan suhu tersebut membawa banyak perubahan pada kehidupan makhluk hidup. Cairnya es di kutub bumi, semakin kerapnya badai dan topan, serta pola iklim yang berubah merupakan beberapa akibat kenaikan suhu muka bumi.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia segera merasakan dampak perubahan iklim. Cairnya es di kutub-kutub bumi akan menaikkan permukaan air laut dan merendam permukiman penduduk di daerah pesisir. Kenaikan suhu muka laut juga memengaruhi kesehatan koral dan berdampak pada biota laut, termasuk ikan karang yang menjadi sumber pendapatan nelayan pantai.
Naiknya suhu global akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama yang miskin, karena ketidakmampuan memitigasi dan beradaptasi pada kondisi baru.
Kita harus dapat menyelesaikan permasalahan kenaikan suhu muka bumi atau menghadapi risiko punah sebagai umat manusia.
Indonesia dapat berbuat banyak untuk mencegah kenaikan suhu global, antara lain dengan memastikan tidak lagi terjadi kebakaran hutan dan mengganti batubara dengan sumber energi terbarukan.
Indonesia memiliki banyak sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik, mulai dari panas bumi, aliran sungai, cahaya matahari, hingga angin. Hal yang diperlukan adalah memberi kemudahan dunia usaha dan badan usaha milik negara membangun pembangkit listrik ramah lingkungan.
Kita hanya memiliki satu bumi; kita harus dapat menyelesaikan permasalahan kenaikan suhu muka bumi atau menghadapi risiko punah sebagai umat manusia.