Masyarakat di hulu Sungai Mahakam mengeluarkan biaya tak sedikit untuk transportasi saat dirujuk ke rumah sakit. Banyak yang memilih dirawat di rumah hingga akhirnya meninggal karena tak memiliki ongkos ke rumah sakit.
Oleh
Sucipto
·4 menit baca
Berangkat dari pengalaman itu, masyarakat dan Pemerintah Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, membuat sistem iuran masyarakat sehat Rp 10.000 per keluarga setiap bulan untuk menyelesaikan persoalan itu.
Sekitar tahun 2014, salah satu warga Desa Muara Enggelam meninggal. Kepala Desa Muara Enggelam Juhar melayat dan berbincang dengan keluarga almarhum. Ia mendengar kisah pilu. Ternyata almarhum sudah dirujuk ke rumah sakit dari puskesmas.
Namun, keluarga tak memiliki biaya transportasi untuk membawa ke rumah sakit. Desa Muara Enggelam memang salah satu desa yang sulit dijangkau di Kalimantan Timur. Tidak ada akses darat sama sekali menuju desa ini sebab terletak di salah satu sudut Danau Melintang di hulu Sungai Mahakam.
Dari pusat pemerintahan Kutai Kartanegara menuju Muara Enggelam perlu sekitar 2 jam menempuh jalur darat terlebih dulu ke Desa Kayu Batu, Kecamatan Muara Muntai. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan perahu kayu bermesin. Jika air Sungai Mahakam surut, waktu tempuh mencapai 2 jam mengarungi Sungai Mahakam dan anak sungainya. Setelah sungai dilewati, lalu perlu menyeberangi Danau Melintang.
Rumah sakit terdekat dari Desa Muara Enggelam ada di Kecamatan Kota Bangun yang bisa ditempuh paling cepat 1,5 jam dengan perahu kayu bermesin. Jika peralatan rumah sakit di sana kurang memadai untuk penyakit tertentu, pasien dirujuk lebih jauh lagi, yakni ke Tenggarong atau Samarinda.
Meski masyarakat di Desa Muara Enggelam memiliki Kartu Indonesia Sehat sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional, letak geografis menjadi kendala utama untuk menjangkau rumah sakit.
”Mungkin keluarga malu cerita ke tetangga atau perangkat desa saat tidak punya ongkos ke rumah sakit. Setelah ada yang sakit karena tidak dibawa ke rumah sakit, saya dan masyarakat berembuk mencari solusi agar tak terjadi hal serupa,” kata Juhar, Minggu (24/11/2019), di Desa Muara Enggelam.
Dana bantuan
Setelah bermusyawarah, akhirnya masyarakat Desa Muara Enggelam sepakat membentuk Forum Masyarakat Sehat, sebuah inisiasi untuk mengumpulkan dan mengatasi berbagai masalah kesehatan warga desa. Forum itu sepakat setiap warga mengiur Rp 10.000 per keluarga per bulan untuk membantu masyarakat yang akan berobat ke rumah sakit.
Penduduk Desa Muara Enggelam berjumlah 175 keluarga atau 700 orang. Dalam sebulan, bisa dikumpulkan uang Rp 1,75 juta untuk membantu warga yang dirujuk ke rumah sakit. Dana desa juga digelontorkan Rp 5 juta sebagai tambahan, diambil dari anggaran dana sosial.
Ongkos transportasi pergi- pulang naik perahu ketinting ke Kota Bangun sekitar Rp 180.000. Jika harus dirujuk ke Tenggarong atau Samarinda, ongkosnya bisa di atas Rp 500.000. Dari uang iuran masyarakat sehat, warga yang dirujuk puskesmas untuk dirawat di rumah sakit akan mendapat bantuan biaya transportasi.
Jika dirujuk ke Kota Bangun bantuannya Rp 400.000, ke Tenggarong Rp 800.000, dan Samarinda Rp 1 juta. Jumlahnya sengaja dilebihkan untuk keperluan lain keluarga yang menemani ke rumah sakit, seperti konsumsi. ”Jika sudah dapat rujukan dari puskesmas desa, rujukan itu dilaporkan kepada kepala desa. Setelah mendapat tanda tangan, dana bantuan masyarakat sehat bisa diambil kepada bendahara,” kata Doni (29), salah satu warga.
Tetangga jadi pemantau
Setiap bulan, petugas pengumpul iuran berkeliling ke rumah-rumah. Kesempatan itu sekaligus digunakan untuk memantau kesehatan warga. Jika ditemui ada warga yang sakit dan belum berobat, mereka akan mencatat dan membimbing agar segera memeriksakan diri ke puskesmas. Ketua RT juga diminta memantau warganya yang sakit.
”Sistemnya sudah seperti keluarga saja. Tetangga ikut memantau. Kalau ada yang sakit, langsung dilaporkan ke RT sehingga bisa didorong untuk diperiksakan segera ke puskesmas,” kata Syahran, Ketua RT 02, Desa Muara Enggelam.
Selama lima tahun menjalankan sistem ini, masyarakat jadi memiliki kesadaran untuk memperhatikan kesehatan diri sendiri, keluarga, dan tetangga. Kalaupun dirujuk ke rumah sakit, mereka tak perlu pusing untuk menyiapkan ongkos. Jika dirawat inap, setidaknya keluarga hanya perlu menyediakan biaya makan selama menginap di rumah sakit.
Meski dalam sebulan belum tentu ada yang dirujuk ke rumah sakit, iuran tetap dijalankan. Hingga November 2019, dana bantuan yang dikumpulkan dan belum digunakan tercatat Rp 12 juta. Setiap transaksi dicatat Forum Masyarakat Sehat dan dilaporkan kepada kepala desa. Selain itu, keuangan Forum Masyarakat Sehat juga dilaporkan secara berkala di masjid desa.
”Forum Masyarakat Sehat ini sangat meringankan warga. Kalau sakit, ndak usah pusing biaya perahu. Iurannya murah hanya Rp 10.000 setiap keluarga setiap bulan,” kata Darhamsyah (51), warga setempat.
Kesehatan amat penting bagi Warga Desa Muara Enggelam yang seluruhnya berprofesi sebagai nelayan tangkap tradisional. Jika sakit, mereka tak bisa berangkat menjala ikan. Inisiatif patungan sederhana ini manfaatnya melebihi Rp 10.000 per bulan yang dikumpulkan setiap keluarga.