“Ruang Kemungkinan” Tujuh Perupa Muda di Bentara Budaya Jakarta
›
“Ruang Kemungkinan” Tujuh...
Iklan
“Ruang Kemungkinan” Tujuh Perupa Muda di Bentara Budaya Jakarta
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada penghujung tahun 2019, Bentara Budaya Jakarta menggelar pameran tujuh perupa muda dengan tema “Ruang Kemungkinan”. Pameran yang menghadirkan 31 karya dari tujuh perupa ini dibuka, Kamis (12/12/2019) pukul 19.30 dan bisa dinikmati publik 13-21 Desember 2019.
Ketujuh perupa tersebut adalah Komang Trisno Adi Wirawan, Kadek Darma Negara, Ketut Agus Murdika, Made Kenak Dwi Adnyana, Putu Sastra Wibawa, Wayan Piki Suyersa, dan Tien Hong.
Pada dasarnya, seni lukis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu seni lukis representasional (menampilkan obyek atau penggambaran atas realitas yang ada di alam) dan seni lukis non representasional (menampilkan sebuah gambaran yang sublime, tak terkenali, dan sebagai salinan objek atau pun realitas apapun yang ada di alam). Seni lukis non representasional ini dalam perkembangannya menjadi seni lukis abstrak.
Secara karakteristik visual, karya ketujuh perupa tersebut memperlihatkan dua kecenderungan, yaitu abstrak dan abstraksi.
Secara karakteristik visual, karya ketujuh perupa tersebut memperlihatkan dua kecenderungan, yaitu abstrak dan abstraksi. Made Kenak Dwi Adnyana misalnya, membuat karya yang lebih cenderung ke abstraksi alam dengan masih menampilkan representasi obyek alam dalam perwujudan seesensial mungkin. Alam juga yang menjadi sumber gagasan bagi Kadek Darmanegara. Karyanya adalah perjalanan dari abstraksi menuju abstrak.
Adapun karya Komang Trisno Adi Wirawan berangkat dari konsep-konsep akar kosmologis Hindu Bali. Spontanitas dan intuisi menjadi kekuatan untuk menghadirkan karya bagi Ketut Agus Murdika, Tien Hong, dan Wayan Piki Suyersa. Sedangkan Putu Sastra Wibawa mencoba mempertemukan sesuatu yang terlihat spontan dengan sesuatu yang tampak terkontrol.
“Menyimak karya-karya yang ditampilkan oleh ketujuh perupa muda ini kita akan tersuguhkan oleh keanekaragaman gagasan dan kecenderungan pola dan metode dalam proses kreatif. Di dalam proses mereka berkarya mereka selalu menyediakan ruang-ruang kemungkinan untuk gagasan yang muncul,” kata Made Susanta Dwitanaya, kurator seni rupa, dalam penjelasan tertulis.
Menyimak karya-karya yang ditampilkan oleh ketujuh perupa muda ini kita akan tersuguhkan oleh keanekaragaman gagasan dan kecenderungan pola dan metode dalam proses kreatif.
Pameran ini adalah kelanjutan dari dua pameran sebelumnya yakni “Benang merah” yang dilaksanakan di Bentara Budaya Yogyakarta pada bulan Oktober 2016 dan pameran “Abstract Is” di Bentara Budaya Bali tahun 2017. Ipong Purnama Sidhi, Kurator Bentara Budaya mengatakan, orang sering bertanya mengenai makna seni abstrak yang acapkali membingungkan masyarakat awam.
“Pablo Picasso balas bertanya mengapa orang selalu bertanya tentang arti dan tujuan seni abstrak. Ia mengatakan ‘Cobalah dengarkan kicauan merdu seekor burung yang bisa kita nikmati keindahannya. Mengapa kita tidak pernah bertanya apa arti dari nyanyian merdu burung itu?” ucap Ipong menirukan Picasso.