Aksi pelemparan molotov bukan pertama kali terjadi di Desa Balecatur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya, pernah terjadi dua kali pelemparan molotov di daerah itu. Polisi pun meningkatkan patroli.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Aksi pelemparan molotov bukan pertama kali terjadi di Desa Balecatur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya, pernah terjadi dua kali pelemparan molotov di daerah itu. Aparat kepolisian meningkatkan pengamanan untuk mencegah peristiwa serupa berulang.
Kejadian terakhir, rumah milik suami istri Sularto (51) dan Ngadilah (52), di Dusun Pasekan Kidul, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Rabu (11/12/2019) dini hari, dilempar molotov oleh orang tak dikenal. Pelakunya masih dicari, sedangkan motif tindakan tersebut sedang diselidiki petugas.
Terkait hal itu, Kepala Kepolisian Sektor Gamping Komisaris Sudaryo mengungkapkan, aksi pelemparan molotov sempat terjadi satu hingga dua bulan lalu. Lokasi kejadiannya pun di desa yang sama dengan sasaran pelemparan sebuah tembok. Pelaku belum berhasil ditangkap aparat, karena saksi yang dikumpulkan tak mampu memberikan keterangan yang jelas.
”Waktu itu, terekam CCTV (kamera pengawas). Pelakunya mengenakan sebo. Dari saksi-saksi yang diperiksa juga tidak bisa mengarah ke pelaku. Kami kesulitan mengidentifikasi pelakunya,” kata Sudaryo.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Sleman Ajun Komisaris Rudy Prabowo mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan patroli khususnya pada waktu rawan seperti dini hari. Warga juga diminta senantiasa berhati-hati dan menjaga kewaspadaan.
”Kalau dari warga, mungkin bisa lebih berhati-hati lagi. Bisa ada jaga warga di poskamling biar orang-orang yang mau mengisruh bisa agak turun,” kata Rudy.
Dari peristiwa terakhir, Ngadilah menceritakan, peristiwa pelemparan molotov itu terjadi pada Rabu sekitar pukul 02.45 saat ia baru saja menyelesaikan ibadahnya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dan ia pun bertanya siapa yang mengetuk.
Polisi akan meningkatkan patroli, khususnya pada waktu rawan, seperti dini hari. Warga juga diminta senantiasa berhati-hati dan menjaga kewaspadaan.
”Belum sempat menjawab. Tiba-tiba saja ada suara krompyang (seperti kaca pecah). Lalu, ada api menyala. Terbakar begitu saja,” kata Ngadilah, Rabu siang.
Saat terbakar, Ngadilah berusaha meminta tolong warga untuk membantunya memadamkan api. Ia tak sempat melihat pelakunya. Namun, ia mendengar suara mesin sepeda motor matik dipacu setelah terjadinya pelemparan molotov.
Benda yang terbakar di rumah Ngadilah adalah gorden dan kursi ruang tamu. Kaca jendela rumah juga pecah terkena lemparan molotov. Api akhirnya bisa dipadamkan dengan disiram air dan lap pel bersama warga sekitar. Sebagian tembok yang dilempar molotov juga tampak hangus terbakar. Tak ada korban jiwa ataupun luka-luka.
”Kami mementingkan agar bisa memadamkan api lebih dahulu. Jadi, tidak begitu tahu siapa yang melakukan ini,” kata Ngadilah.
Ngadilah tidak tahu alasan pelemparan molotov itu. Ia merasa tidak ada masalah apa pun dengan orang lain. Selain itu, tidak ada orang mencurigakan di sekitar rumahnya sebelum kejadian tersebut.
Pada saat sama, aksi perusakan juga terjadi tak jauh dari tempat pelemparan molotov. Barang yang dirusak berupa etalase tempat penyimpanan makanan. Sasaran perusakan itu adalah sebuah rumah makan Padang. Rumah makan itu hanya sekitar 500 meter di sebelah utara rumah korban pelemparan molotov.
Robby Algedra (33), pemilik rumah makan, mengatakan, pihaknya tak berada di tempat tersebut sewaktu peristiwa terjadi. Ia diinformasikan tetangga yang tinggal di sebelah rumah makan miliknya itu. ”Saya tidak tahu juga kaca ini dipecahkan pakai apa. Tidak ada batu atau kayu yang tertinggal di sini. Hanya ada pecahan kaca yang tersisa,” ucap Robby.
Mengenai rentetan peristiwa itu, Rudy mengaku petugas masih mendalaminya. Keterangan dari saksi-saksi dikumpulkan agar kasus tersebut dapat diusut tuntas. ”Untuk kesimpulannya, kami perlu waktu. Nanti perkembangan kasus ini akan kami beritahu,” kata Rudy.
Dari lokasi aksi pelemparan molotov, barang bukti yang dikumpulkan kepolisian berupa pecahan kaca, sisa gorden yang terbakar, dan pecahan botol kaca bersumbu kain. Dari pecahan botol kaca itu, bau hangus tercium kuat.
Aparat kepolisian juga masih mencari rekaman kamera pengawas di sekitar tempat kejadian sebagai barang bukti lain. Rudy menambahkan, korban pelemparan molotov adalah warga biasa yang bekerja sebagai buruh lepas pada sebuah toko kaca.