Atletico Madrid wajib bangun dari ”tidurnya” saat menjamu Lokomotiv Moskwa di Liga Champions, Kamis dini hari WIB. Duel ini menjadi laga hidup-mati bagi tim yang didera krisis performa itu.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MADRID, SELASA — Atletico Madrid, peringkat kedua Liga Champions Eropa 2014 dan 2016, melakukan hal di luar kebiasaan pada awal musim panas ini. Mereka menggeliat di jendela transfer pemain dan menghabiskan 243,5 juta euro atau Rp 3,7 triliun untuk bintang-bintang baru seperti Kieran Trippier, Marcos Alonso, dan Joao Felix.
Nilai belanja pemain itu adalah yang tertinggi sepanjang sejarah klub yang berdiri 116 tahun silam itu. Ironisnya, investasi besar-besaran itu tidak berbanding lurus dengan performa mereka musim ini. Alih-alih melesat, Atletico justru berada dalam situasi asing. Mereka terpuruk di peringkat ketujuh Liga Spanyol 2019-2020.
Setali tiga uang, kiprah mereka di Liga Champions kurang meyakinkan. Mereka harus berjuang hingga pekan terakhir, melawan Lokomotiv Moskwa, Kamis (12/12/2019) pukul 03.00 WIB, untuk merebut tiket ke babak 16 besar. Pada laga yang digelar di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, ini Atletico wajib meraih poin penuh untuk menjaga tradisi lolos ke babak gugur.
Atletico kini menempati peringkat kedua Grup D dengan koleksi tujuh poin. Mereka hanya unggul satu poin dari Bayer Leverkusen, tim peringkat ketiga yang akan menghadapi juara grup itu, Juventus, di Turin. Serupa Atletico, Bayer akan mati-matian mengejar kemenangan kontra Juve, yang akan menurunkan mayoritas pemain pelapis pada laga itu.
Meskipun Lokomotiv tampil tanpa motivasi khusus karena telah tersingkir dari penyisihan grup, tidak mudah bagi Atletico untuk mengalahkan mereka. Hal itu tidak terlepas dari masalah ketajaman yang mendera tim berjuluk ”Los Rojiblancos” itu musim ini. Felix, yang dibeli senilai Rp 2 triliun, belum mampu menggantikan Antoine Griezmann yang hijrah ke Barcelona.
Pemain yang disebut-sebut calon penerus Cristiano Ronaldo itu baru mengemas tiga gol di berbagai kompetisi musim ini. Di sisi lain, performa striker Alvaro Morata juga belum menggembirakan. Ia baru mencetak empat gol, jauh tertinggal dibandingkan Karim Benzema (Real Madrid) dengan 11 gol dan Lionel Messi (Barcelona) yang mengoleksi 12 gol di Liga Spanyol sejauh ini.
Tak heran, meskipun berstatus tim besar dan langganan babak gugur Liga Champions, produktivitas mereka hanya setara tim-tim gurem. Musim ini, mereka tercecer di peringkat ke-14 Liga Spanyol dalam urusan mencetak gol, yaitu rata-rata satu gol per laga. Situasi tidak jauh berbeda terjadi di Liga Champions. Dari lima laga Grup D, mereka hanya mengemas total enam gol.
Musim transisi
Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone meminta para pihak memaklumi performa timnya. Ia berkata, tahun ini adalah musim transisi Atletico menyusul perombakan besar-besaran akibat eksodus para bintang mereka, seperti Griezmann, Luca Hernandez, Diego Godin, Juanfran, dan Felipe Luis.
Mengingat banyaknya perubahan, tim ini butuh waktu untuk berkembang.
Namun, baik Simeone maupun Atletico tidak punya banyak waktu. Mereka harus segera bangkit merespons rentetan hasil kurang maksimal pada empat laga terakhir. Langganan dua besar di Liga Spanyol itu harus keluar dari pakem lama, yaitu memprioritaskan pertahanan, lawan Lokomotiv.
Terkait hal itu, seperti diberitakan Marca, Simeone lebih memfokuskan serangan pada latihan timnya. Barisan penyerang seperti Morata, Felix, Angel Correa, dan Saul Niguez, berlatih intensif meningkatkan taktik serangan. Antisipasi ini dibutuhkan mengingat Lokomotiv cenderung tampil defensif di kandang lawan, seperti saat menghadapi Juve beberapa waktu lalu.
”Adalah hal normal jika pemain menjadi gelisah jika tidak mencetak gol meskipun menciptakan banyak peluang. Kami harus tetap tenang menyikapi situasi ini,” ujar Simeone, yang meminta timnya tetap fokus dan keluar dari tekanan saat menghadapi Lokomotiv.
Sementara itu, situasi dilematis tengah dihadapi Juve menjelang laga lawan Bayer. Laga ini tidak lagi penting mengingat mereka telah menyegel tiket sekaligus juara Grup D. Menjadi wajar bagi Juventus untuk menurunkan skuad pelapis di laga ini. Di lain pihak, mereka butuh kemenangan untuk menaikkan moril dan kepercayaan diri seusai dikalahkan Lazio di Liga Italia, akhir pekan lalu.
”Sebelum laga melawan Lazio itu, mereka tidak pernah kalah. Maurizio Sarri (Pelatih Juventus) butuh waktu mengimplementasikan taktiknya. Mereka baru sekali kalah. Itu bukan krisis,” ujar Marcello Lippi, mantan pelatih Juventus, seperti dikutip Football-Italia. (AFP)