Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes memetakan daerah rawan longsor pada musim hujan. Pemasangan alat peringatan dini longsor juga dilakukan di beberapa lokasi rentan terdampak bencana.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes memetakan daerah rawan longsor pada musim hujan. Pemasangan alat peringatan dini longsor juga dilakukan di beberapa lokasi rentan terdampak bencana.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat, sekitar 642.000 rumah tangga dari 342 kecamatan di 30 kabupaten/kota di Jateng terancam bencana tanah longsor. Salah satu daerah yang rawan bencana longsor adalah Kabupaten Brebes.
Dalam tiga tahun belakangan, Kabupaten Brebes selalu terdampak bencana longsor saat musim hujan. Tahun lalu, bencana tanah longsor melanda Desa Pasir Panjang dan Desa Capar, Kecamatan Salem. Peristiwa tersebut mengakibatkan beberapa fasilitas publik rusak, belasan orang meninggal, dan ratusan orang mengungsi.
Tahun ini, BPBD Kabupaten Brebes menyiapkan beberapa langkah untuk mengantisipasi bencana tanah longsor. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemetaan lokasi rawan longsor. Berdasarkan hasil pemetaan, di Kabupaten Brebes ada enam kecamatan rawan longsor, yakni Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong, dan Bantarkawung.
”Kami sudah memasang alat peringatan dini tanah longsor di dua daerah paling rawan, Salem dan Sirampog. Setelah pemasangan alat tersebut, kami juga melakukan sosialisasi dan simulasi agar warga tahu harus melakukan apa dan bagaimana saat bencana tiba,” kata Kepala BPBD Kabupaten Brebes Nushy Mansur, Kamis (12/12/2019), di Brebes.
BPBD Kabupaten Brebes juga menutup rekahan tanah di beberapa daerah menggunakan lempung. Sebab, rekahan tanah berpotensi menyerap tanah dan rawan longsor saat hujan besar.
Bupati Brebes Idza Priyanti tengah menyelesaikan Surat Keputusan Bupati tentang Masa Siaga Darurat Bencana. Dengan ditetapkannya masa siaga darurat bencana, Idza berharap pemerintah memiliki peta jalan terkait apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
”Setelah ada surat keputusan tersebut, kami berharap semua pihak tahu harus melakukan apa saat terjadi bencana. Dengan begitu, penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan risiko akibat bencana dapat diminimalkan,” ujar Idza.
Setelah ada surat keputusan tersebut, kami berharap semua pihak tahu harus melakukan apa saat terjadi bencana. Dengan begitu, penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan risiko akibat bencana dapat diminimalkan.
Posko siaga
Antisipasi bencana juga datang dari pemerintah kecamatan, pemerintah desa, dan masyarakat. Camat Salem Nur Ali memerintahkan semua kepala desa yang ada di wilayahnya untuk membentuk pos siaga di kantor kelurahan masing-masing sejak awal Desember 2019.
Tak hanya itu, Nur Ali juga meminta setiap kepala desa mengalokasikan sebagian dana desa untuk mitigasi dan penanggulangan bencana. Bentuk pengalokasian dana tersebut, antara lain, untuk sosialisasi dan edukasi terkait kesiapsiagaan bencana serta upaya penanggulangan bencana.
Penyintas bencana longsor juga ikut mengantisipasi bencana longsor tahun ini dengan cara mengikuti sosialisasi dan simulasi bencana. Mereka aktif memantau adanya retakan tanah yang berpotensi menimbulkan longsor di sekitar mereka. Penyintas bencana longsor asal Desa Pasir Panjang, Kusneri (47), mengatakan, dirinya berpartisipasi dalam patroli untuk memantau retakan tanah di desanya.
”Saya ikut berpartisipasi dalam patroli untuk memantau adanya retakan tanah. Jika ada yang bisa langsung saya tangani, biasanya saya juga membantu menangani,” katanya.
Selain itu, Kusneri juga aktif melakukan penanaman pohon jenis rasamala dan puspa di sekitar lingkungannya. Pohon-pohon berkayu keras tersebut, menurut dia, bisa menahan longsor.