Hotel Santika Cirebon, 26 Tahun Turut Mengembangkan Pariwisata Pantura Jabar
›
Hotel Santika Cirebon, 26...
Iklan
Hotel Santika Cirebon, 26 Tahun Turut Mengembangkan Pariwisata Pantura Jabar
Hotel Santika Cirebon menapaki usia ke-26 tahun pada Kamis (12/12/2019). Selama itu pula, hotel yang termasuk dalam grup Kompas Gramedia ini ikut mengembangkan pariwisata di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Oleh
abdullah fikri ashri
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hotel Santika Cirebon menapaki usia ke-26 tahun pada Kamis (12/12/2019). Selama itu pula, hotel yang termasuk dalam grup Kompas Gramedia ini ikut mengembangkan pariwisata di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Perayaan hari jadi hotel yang berdiri 1993 itu ditandai dengan acara donor darah di ruangan Linggarjati, Sabtu. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia Kota Cirebon, kegiatan tersebut mengumpulkan 32 labu darah.
Donor tidak hanya berasal dari karyawan hotel, tetapi juga tamu dan instansi setempat, seperti Kejaksaan Negeri Kota Cirebon. Kepala Kejari Kota Cirebon M Syarifuddin juga turut mendonorkan darahnya.
”Kegiatan ini rutin kami lakukan setiap hari ulang tahun. Kami ingin semakin bermanfaat dan menjadi lebih besar dalam melayani konsumen. Bangunannya sudah enggak bisa besar,” kata General Manager Hotel Santika Cirebon Suhardianto.
Menurut dia, hotel yang berada di jalan protokol Dr Wahidin Sudirohusodo itu merupakan salah satu hotel besar pertama yang berdiri di Cirebon. Selama lebih dari seperempat abad, Santika turut mengembangkan pariwisata kota seluas 37 kilometer persegi itu.
”Hotel menjadi infrastruktur pendukung bagi pariwisata,” kata Suhardianto. Di sanalah wisatawan menginap. Bisnis homestay masih asing saat itu.
Sebagai daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah, Cirebon kerap menjadi tempat transit ketika pengendara dari Jakarta dan sekitarnya ingin beristirahat. Apalagi ketika masa libur dan mudik Lebaran atau Natal serta Tahun Baru.
Saat itu, akses utama dari Jakarta ke Jateng dan Jawa Timur melalui pantai utara Cirebon. Paling cepat dibutuhkan waktu lima jam dari Jakarta ke Cirebon. Jika macet, waktunya bisa lebih lama. Oleh karena itu, Cirebon menjadi titik peristirahatan sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
Bowo (53), karyawan Hotel Santika Cirebon yang bekerja sejak 1990-an, mengingat bagaimana 87 kamar hotel menjadi rebutan pengunjung. ”Hari biasa saja hampir selalu penuh kamarnya. Saat itu, pemain hotel mungkin hanya tiga, termasuk Santika,” katanya.
Akan tetapi, zaman terus bergerak. Pada 2013, hotel mulai tumbuh bak cendawan di musim hujan. Apalagi setelah Jalan Tol Cikopo-Palimanan beroperasi pertengahan 2015. Jalan tol sepanjang 116,7 kilometer ini mampu memangkas waktu perjalanan dari Jakarta ke Cirebon hingga hanya 3,5 jam.
Jumlah hotel yang sebelumnya 43 unit pada 2013 melonjak hingga 107 unit saat ini. Sayangnya, kemudahan pengunjung ke Cirebon tidak disertai dengan lama wisatawan menginap di hotel.
Tahun 2011, rata-rata lama tamu mancanegara menginap 4,41 hari, sedangkan tamu Nusantara selama 1,6 hari. Namun, saat ini, rata-rata lama pengunjung menginap, katanya, hanya 1,5 hari.
Pola konsumen pun berubah. Menurut Suhardianto, kehadiran Jalan Tol Trans-Jawa mempercepat waktu pengendara ke tempat tujuan. Bahkan, Cirebon hanya dilintasi. ”Masa mudik Lebaran lalu, pengendara umumnya tidak istirahat di tol. Apalagi, saat itu sistem satu arah ke Jawa diterapkan,” katanya.
Hotel baru ramai dan penuh pasca-Lebaran atau arus balik ke Jakarta. ”Orang-orang berpikir akan terjebak macet di Cikampek. Makanya, istirahat di Cirebon," ucapnya.
Sekarang, jalan tol layang Jakarta-Cikampek sepanjang 36,4 kilometer siap beroperasi bulan ini. Dengan demikian, kemacetan di Cikampek dapat terurai. ”Artinya, orang akan lebih cepat ke Cirebon. Kami berharap Cirebon masih menjadi tempat transit untuk istirahat,” ujarnya.
Apalagi, kata Suhardianto, okupansi hotel selama ini didominasi oleh MICE (meeting, incentives, conferences, dan exhibitions) hingga 70 persen. Selebihnya merupakan wisatawan.
Komposisi itu bisa seimbang, menurut dia, jika Cirebon menjadi kota tujuan, bukan transit, apalagi kota yang terlewati. ”Kuncinya, ada event di Cirebon sehingga wisatawan punya alasan untuk tinggal. Selama ini, mereka hanya datang untuk kuliner dan belanja batik, lalu pulang,” ujarnya.
Pihaknya siap mendukung Cirebon menjadi kota tujuan pariwisata, seperti yang telah dilakukan 26 tahun terakhir. Dukungan itu, antara lain, dilakukan dengan mempromosikan kegiatan yang digelar di Cirebon hingga menawarkan harga promo bagi wisatawan.
Sebaliknya, katanya, Pemkot Cirebon dapat memberikan potongan pajak bagi industri perhotelan. Selama ini, industri perhotelan dan tempat makan menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) Kota Cirebon. Tahun ini, dari target PAD Rp 179 miliar, Rp 75 miliar berasal dari sektor pariwisata, termasuk hotel.
”Kami optimistis, Cirebon jadi kota tujuan pariwisata. Kami juga masih menjaga langganan kami yang sudah bertahun-tahun ke Cirebon dan menginap di Santika,” katanya.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis saat berbincang dengan Forum Komunikasi Daerah Kompas Gramedia Wilayah Cirebon beberapa waktu lalu mengatakan, grup Kompas Gramedia, termasuk Santika, turut mengembangkan pariwisata Kota Cirebon.
”Pemerintah tidak mungkin mampu membangun kota ini sendirian. Dibutuhkan komponen lain, seperti grup Kompas Gramedia,” ujarnya.
Pihaknya menargetkan 2 juta wisatawan tahun ini. Sebelumnya, jumlah wisatawan ke Kota Cirebon hanya sekitar 1,5 juta orang. Pada saat yang sama, Kabupaten Kuningan, tetangga Cirebon, mampu menggaet lebih dari 4 juta wisatawan. Berbagai upaya pun dilakukan, seperti membuat kalender kegiatan pariwisata hingga menggelar sekitar 50 kegiatan dalam rangka Hari Jadi Kota Cirebon, awal September lalu.