SEA Games 2019 telah mengajarkan, olahraga tak sekadar mengejar prestasi. Hal yang terutama adalah menjunjung tinggi sportivitas dan kemanusiaan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Filipina
·4 menit baca
NEW CLARK CITY, KOMPAS - Setelah bergulir hampir dua pekan, SEA Games 2019 ditutup di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Rabu (11/12/2019). Pesta olahraga Asia Tenggara ke-30 itu telah mengajarkan, olahraga tak sekadar mengejar prestasi, yang terutama adalah menjunjung tinggi sportivitas dan kemanusiaan, selain mempererat tali persaudaraan ASEAN dalam wadah olahraga.
Salah satu momen heroik yang mengutamakan sportivitas terlihat ketika peselancar Filipina Roger Casugay melepaskan ego persaingan pada semi final cabang selancar longboard putra di La Union, Filipina, Jumat (6/12). Walaupun tengah bersaing untuk lolos ke final, Casugay mengutamakan menolong peselancar Indonesia Arip Nurhidayat yang akan tenggelam digulung ombak karena tali pengikat kaki Arip dengan papan selancarnya putus.
Casugay menarik Arip dari laut dan mereka berdua naik satu papan selancar menuju pantai. Babak semifinal akhirnya diulang, dan Roger meluncur untuk mendapatkan medali emas. Arip bersama peselancar Indonesia lain, Dean Permana mendapatkan perunggu.
Berkat aksi heroiknya, Casugay mendapat penghargaan khusus sebagai Atlet Paling Sportif dari Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina (Phisgoc). Penghargaan itu menjadi satu dari empat penghargaan khusus pada SEA Games kali ini. Tiga penghargaan lain diberikan kepada perenang putra Singapura Quah Zhenh Wen dan perenang putri Vietnam Nguyen Thi Ahn Vien sebagai atlet putra dan putri terbaik setelah masing-masing mengoleksi enam medali emas dan dua perak. Adapun Filipina menjadi tim terbaik karena menjadi juara umum dengan 149 emas, 117 perak, dan 121 perunggu.
Ketua Phisgoc Alan Peter Cayetano mengatakan, Casugay telah membuktikan, di atas prestasi ada nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. ”Apa yang diakukan Roger menginspirasi kita semua. Bukan hanya mencari emas, tetapi mementingkan nilai kemanusiaan, kebersamaan yang lebih berharga. Kita boleh merayakan perunggu, perak, atau emas. Tetapi, kita merayakan kebersamaan yang lebih utama seperti motto SEA Games 2019, We Win as One,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Indonesia Joko Widodo pun mengapresiasi semangat sportivitas yang ditunjukkan Casugay. ”Memenangkan kompetisi itu penting, sportivitas olahraga juga harus dijunjung tinggi, tetapi kemanusiaan di atas segalanya,” kata Presiden lewat akun twitter tak lama setelah aksi heroik Roger beredar di dunia maya.
Upacara penutupan SEA Games 2019 dipusatkan di Stadion Atletik New Clark City. Lewat instruksi Presiden Filipina Rodrigo Duterte, panitia menyebar 10.000 lembar tiket gratis untuk warga dari total 20.000 kapasitas stadion baru itu. Warga pun datang berbondong sejak siang hari.
Lancar
Penutupan itu dibuka dengan tarian tradisional Filipina, dan paduan suara yang menggambarkan budaya Filipina dan pengaruh budaya Spanyol. Setelah para atlet dari 11 negara memasuki lapangan, mereka dihibur dengan penampilan Black Eyed Peas, grup musik yang berbasis di Amerika Serikat yang diperkuat vokalis asal Filipina, Allan Pineda Lindo.
Mereka menyanyikan sejumlah lagu popular seperti “Livin\' On A Prayer” dari Bon Jovi, “Sweet Child O\'Mine” dari Guns N Roses, serta “We Will Rock You” dan “We Are The Champions” dari Queen. Atlet, ofisial, dan relawan yang berada di depan panggung pun bernyanyi dan berjingkrak-jingkrak bersama. Upacara penutupan ditutup dengan pesta kembang api seklama kurang lebih dua menit.
Alan menuturkan, secara keseluruhan SEA Games 2019 berlangsung sukses dan lancar. Bahkan, dia menganggap SEA Games kali ini sebagai yang terbaik. "Berkat dukungan banyak pihak, SEA Games ini bisa berlangsung sukses dan menjadi ajang multicabang yang berkelas dunia," tuturnya.
Setelah SEA Games 2019, Alan melanjutkan, Filipina bersiap untuk menggelar ASEAN Para Games 2020. Mereka juga akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Basket 2023 bersama Indonesia dan Jepang.
Mereka berharap semua agenda itu bisa berjalan dengan sukses, karena mereka mengincar posisi sebagai tuan rumah Asian Games 2030. "Untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2030, kami akan meningkatkan lagi kualitas Kompleks Olahraga New Clark City. Kami pun akan menyiapkan atlet lebih baik dengan fasilitas yang ada di sini," ujarnya.
Ketua Kontingen (CdM) Indonesia Harry Warganegara menyampaikan, walau ada sejumlah masalah, SEA Games 2019 berjalan lancar dan perlombaan berjalan tepat waktu. ”Jika ada masalah, itu biasa. Ketika menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia juga mengalami sejumlah masalah. Hal itu lumrah dalam menggelar ajang multi cabang,” katanya.
Pada SEA Games ini, Indonesia duduk di peringkat keempat dengan 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu. Hasil ini lebih baik dari pencapaian pada SEA Games 2017 Malaysia, saat Indonesia berada di peringkat kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
"Walau tidak mencapai target peringkat kedua, tapi Indonesia sudah bisa meraih medali emas jauh lebih baik dari SEA Games berikutnya. Indonesia patut melakukan lobi lebih awal agar cabang atau nomor andalan Indonesia bisa masuk lebih banyak pada SEA Games 2021 Vietnam," kata Harry.