Kursi Perdana Menteri Malaysia, pasca Mahathir Mohamad masih belum jelas. Dua kandidat kuat, Anwar Ibrahim dan Azmin Ali mulai menunjukkan perseteruan secara terbuka kepada publik.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Berbulan-bulan dalam senyap, Anwar Ibrahim dan Azmin Ali menunjukkan perseteruan terbuka dalam Rapat Kerja Nasional Partai Keadilan Rakyat Malaysia, 4-8 Desember 2019. Silat lidah, baku hantam, dan ramai-ramai meninggalkan acara mewarnai rapat di Melaka itu.
Anwar, Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR), dan Azmin, Wakil Ketua Umum PKR, berseteru karena sama-sama digadang menjadi calon Perdana Menteri Malaysia. Selepas memenangi pemilu Mei 2018 dan kembali menjadi PM, Mahathir Mohamad menyatakan hanya akan bertugas selama dua tahun. Banyak pihak menganggap, termasuk Anwar, kursi PM akan diserahkan Mahathir kepada Anwar.
Memang, Anwar sudah digadang menjadi PM sejak 1995. Perselisihan dengan Mahathir kala itu membuat Anwar bolak-balik dipenjara sejak 1997 hingga 2018 dan kursi PM menjauh darinya. Di penjara, ia keluar dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang dipimpin Mahathir pada periode 1981-2003. Anwar dan Mahathir kembali berkoalisi setelah Mahathir keluar dari UMNO pada 2015.
Masalahnya, pada masa pemerintahan hasil pemilu 2018, Mahathir menunjuk Azmin sebagai Menteri Perekonomian. Azmin kerap terlihat mendampingi Mahathir dan Yang Dipertuan Agung, kepala negara Malaysia, dalam berbagai kesempatan. Fakta itu memicu isu Mahathir lebih menyukai Azmin sebagai calon PM dibandingkan dengan Anwar.
Pengampunan
Di sisi lain, Mahathir mengupayakan pengampunan penuh terhadap Anwar. Pengampunan itu berarti Anwar keluar penjara dan memenuhi syarat sebagai calon PM. Setelah mendapat pengampunan, Anwar mengambil alih kursi ketua umum PKR lewat pemilu internal. Sejumlah kader PKR menyebut kemenangan Anwar di pemilu internal bukan mencerminkan kekuatan politiknya.
”Seluruh sekutunya menjadi pucuk pimpinan partai karena ditunjuk dia, bukan dipilih kader. Dukungan terhadap dia rapuh,” kata seorang kader PKR yang menolak dipublikasikan namanya oleh New Straits Times, salah satu media di Malaysia.
Dalam Rakernas PKR di Melaka, Anwar mengklaim 80 persen pimpinan dan kader partai mendukungnya. Walakin, fakta selama rakernas menunjukkan pendukung Azmin tidak kalah banyak. Ruangan rakernas kosong separuh kala Azmin dan pendukungnya meninggalkan lokasi.
Tak hanya meninggalkan rakernas, Azmin dan pendukungnya membuat ”rakernas tandingan” di Kuala Lumpur, Minggu (8/12/2019) malam. Azmin menyebut kegiatan itu sebagai sosialisasi visi pemerintah. Wakil Ketua PKR, Tian Chua dan Zuraida Kamaruddin, serta Ketua Wanita PKR Haniza Talha terlihat di lokasi. Beberapa anggota parlemen dari PKR dan tokoh penting partai itu pun hadir dalam sosialisasi tersebut.
Dukungan terhadap dia rapuh.
Zuraida mengatakan, pihaknya akan berkeliling untuk menggalang dukungan arus bawah. Ia tak menjelaskan lebih lanjut pernyataan itu. Hal yang jelas, pemilu internal PKR akan digelar pada 2021.
Sebagai pemilik kursi terbanyak di Pakatan Harapan, koalisi pembentuk pemerintahan Malaysia sekarang, ketua umum PKR paling berpeluang menjadi PM setelah Mahathir. Dalam sejumlah kesempatan, Mahathir mengindikasikan penyerahan kursi PM pada 2021.
Mahathir, antara lain, mengatakan akan mundur selepas Konferensi Tingkat Tinggi APEC pada November 2020. Pernyataan itu disampaikan setelah Anwar kembali menyinggung peralihan kursi PM. (REUTERS)