Kemudahan aksesibilitas membuat ajang Semarang 10K pada Minggu (15/12/2019) di Kota Semarang, Jawa Tengah, semakin diminati. Bahkan, dari sekitar 2.000 peserta lomba, 68 persen datang dari luar Semarang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kemudahan aksesibilitas membuat lomba lari Semarang 10K yang akan digelar pada Minggu (15/12/2019) di Kota Semarang, Jawa Tengah, semakin diminati. Bahkan, dari sekitar 2.000 peserta lomba, 68 persen atau sekitar 1.360 pelari berasal dari luar Semarang.
Ajang Semarang 10K hasil kerja sama Pemerintah Kota Semarang dan harian Kompas kembali digelar untuk kedua kalinya. Lomba lari 10 kilometer ini dapat disebut agenda tutup tahun ajang lari di Indonesia.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Jumat (13/12/2019), mengatakan, Semarang telah menjadi kota yang mudah diakses, lewat udara ataupun perjalanan darat. Kondisi itu tak terlepas dari tersambungnya jalur tol dari Jakarta ke Semarang. Hal itu diyakini berdampak positif pada penyelenggaraan Semarang 10K.
Selain Tol Trans-Jawa, aksesibilitas menuju Kota Semarang juga bisa melalui penerbangan ke Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani dengan kapasitas terminal 6 juta penumpang per tahun. Sementara pada moda kereta api, terdapat dua stasiun utama, yakni Semarang Tawang dan Semarang Poncol.
”Kemudahan akses itu membuat minat peserta Semarang 10K tidak memudar. Artinya, semangat Pemkot Semarang untuk menggairahkan kunjungan wisata terwujud dengan jumlah peserta yang berasal dari luar semarang yang cukup signifikan, yaitu 68 persen,” kata Hendrar.
Semarang 10K 2019 diikuti oleh 2.000 peserta yang terbagi dalam tiga kategori, 10K Open sebanyak 25,8 persen, 10K Nasional sebanyak 71,9 persen, dan 10K Pelajar sebanyak 2,3 persen. Peserta yang berasal dari luar kota Semarang sebanyak 68 persen dengan total pelari asing sebanyak 13 peserta.
Pengambilan aksesoris lomba dilakukan di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang, Jumat-Sabtu (13-14/12/2019). Adapun perlombaan Semarang 10K, Minggu, dimulai pukul 06.00.
Rute yang akan dilalui peserta adalah Balai Kota Semarang-Tugu Muda-Jalan Pandanaran-Simpang Lima-Jalan Ahmad Yani-Jalan MT Haryono-Simpang Jalan Kartini-Bundaran Bubakan-Jalan Letjen Suprapto Kota Lama-Jembatan Mberok-Jalan Pemuda-Balai Kota Semarang. Di sepanjang rute itu, peserta akan disuguhi gedung-gedung berarsitektur Eropa, seperti Gereja Blenduk, Gedung Marba, dan Kantor Pos Besar Semarang.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo menuturkan, Kota Semarang memiliki modal wisata yang potensial berupa bangunan tua dan bersejarah. Selain itu, ada juga gedung Lawang Sewu dan Tugu Muda serta kawasan Kota Lama yang telah direvitalisasi.
”Kota Lama menjadi salah satu tujuan wisata ikonik di Semarang. Dengan konsep pariwisata olahraga (sport tourism), potensi wisata itu dikombinasikan dengan event lari Semarang 10K yang mulai berlangsung sejak 2018,” kata Budiman.
Tahun ini, sejumlah pelari elite juga akan mengikuti Semarang 10K. Mereka terdiri dari 18 pelari elite laki-laki dan 13 pelari elite perempuan. Lintasan lari Semarang 10K juga sangat memungkinkan untuk memperbaiki catatan waktu atau personal best. Hal itu antara lain karena rute yang relatif datar, steril dari kendaraan, dengan ruas jalan lebar.
Peserta elite laki-laki antara lain James Karanja (Kenya), Tariku Demelash Abera (Ethiopia), Agus Prayogo (Indonesia), dan Nur Shodiq (Indonesia). Adapun elite perempuan di antaranya Jackline Nzivo (Kenya), Isabellah Kigen (Kenya), Odekta Elvina Naibaho (Indonesia), dan Triyaningsih (Indonesia).
Sebelumnya, Asisten III Sekretariat Daerah Kota Semarang Masdiana Safitri, mengatakan, pihaknya berkomitmen menggelar Semarang 10K secara berkelanjutan. ”Kota Lama yang telah direvitalisasi menjadi daya tarik. Nantinya, bukan lagi kami yang mencari peserta, tetapi sebaliknya,” ujarnya.