Penyedia Layanan Pinjam-meminjam Uang Bersaing Perluas Pasar
›
Penyedia Layanan...
Iklan
Penyedia Layanan Pinjam-meminjam Uang Bersaing Perluas Pasar
Sejumlah perusahaan tekfin menjadi sasaran penyertaan investasi modal ventura. Suntikan permodalan baru dipakai memperluas pangsa pasar serta memperkuat operasi di dalam maupun luar negeri.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan rintisan bidang pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi menjadi sasaran penyertaan investasi modal ventura. Suntikan permodalan baru dipakai memperluas pangsa pasar serta memperkuat operasi.
CEO Investree, Adrian A Gunadi, di sela-sela penyelenggaraan Investree Conference (i-Con) 2019 di Jakarta, Kamis (12/12/2019), menyatakan, Investree akan memperoleh suntikan investasi Seri C. Namun, dia enggan menyebutkan detail nilai dana dan asal investor.
”Kami akan memberitahukan kepada media karena suntikan investasi berkaitan erat dengan ekosistem kolaborasi dan kemitraan perusahaan. Saat ini kami masih mengurus prosesnya,” ujarnya.
Investree sudah berencana merealisasikan ekspansi ke Filipina, Thailand, dan Vietnam. Nama merek ”Investree” akan tetap melekat meski di tiga negara itu pembentukan perusahaan akan dilakukan dengan pengusaha lokal atau joint venture. Model bisnis yang diusung tetap yaitu pinjaman produktif bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Kami tetap fokus menghadirkan produk pinjaman untuk invoice financing, buyer financing, working capital term, online seller financing, dan pembayaran kebutuhan pengadaan barang di tiga negara tersebut,” katanya.
Sejauh ini, Investree Thailand sudah beroperasi. Sementara di Filipina, perusahaan sedang mengurus proses finalisasi perizinan dan targetnya selesai triwulan I-2020.
Adapun di Vietnam, Investree telah mempunyai sejumlah saham kecil di salah satu perusahaan. Namun, belum adanya peraturan khusus mengenai pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi di Vietnam membuat rencana ekspansi penuh Investree terkendala.
CEO Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddy Danusaputro, yang ditemui di lokasi yang sama, membenarkan kabar akan ada suntikan investasi Seri C ke Investree. Dia mengakui MCI, selaku investor Seri B Investree, tertarik berpartisipasi dalam putaran pendanaan itu. ”Masih proses perhitungan valuasi perusahaan saat ini,” ujarnya.
Selama empat tahun beroperasi di Indonesia, total akumulatif dana pinjaman yang berhasil disalurkan Investree mencapai Rp 4,2 triliun. Sekitar 70 persen dari dana pinjaman yang disalurkan dipakai debitur untuk invoice financing.
Sebelumnya, CEO FinAccel, pengeloa layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi merek Kredivo, Akshay Garg, Rabu (4/12/2019), di Jakarta menyebutkan, perusahaannya memperoleh pendanaan ekuitas Seri C sebesar 90 juta dollar AS pada akhir November 2019. Putaran investasi ini diperoleh dari Asia Growth Fund dan Square Peg.
Dia menjelaskan, suntikan investasi 90 juta dollar AS menambah perolehan pendanaan berupa kredit atau ekuitas selama 2019 menjadi lebih dari 200 juta dollar AS.
Secara khusus terkait perolehan pendanaan ekuitas Seri C, Akshay mengatakan akan menggunakannya untuk memperluas pangsa pasar Kredivo di Indonesia dan ekspansi ke Filipina. Sasaran Kredivo di Filipina sama dengan Indonesia, yakni pinjaman multiguna kepada warga yang belum memperoleh layanan perbankan secara maksimal atau biasa disebut underbank. Filipina dipilih sebagai negara tujuan ekspansi karena masyarakatnya memiliki kemiripan karakteristik dengan Indonesia.
Selama tiga tahun beroperasi di Indonesia, jumlah debitur Kredivo mencapai sekitar tiga juta orang. Pinjaman paling banyak datang dari nasabah yang bertransaksi di platform layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang, lalu pinjaman personal, dan pinjaman untuk membayar transaksi barang di toko luring.
Chief Technology Officer Kredivo Alie Tan menambahkan, Kredivo sedang menjajaki kerja sama dengan LinkAja, dompet elektronik di bawah pengelolaan PT Fintek Karya Nusantara, untuk mengembangkan sarana bayar kemudian.
”Kami menargetkan dalam beberapa tahun mendatang debitur kami bisa mencapai 10 juta orang. Seiring dengan menambah pangsa pasar melalui kerja sama, kami juga memperbarui sistem keamanan siber dan menekan tindakan kecurangan,” imbuh dia.
Secara terpisah, penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi Modalku mengumumkan telah memperoleh utang berjangka (debt funding) dari Triodos Fair Share Fund, bagian dari perusahaan manajemen investasi Triodos Investment Management.
CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, perolehan dana tersebut dipakai untuk memperluas jangkauan akses pinjaman kepada nasabah, terutama pelaku usaha berskala mikro sesuai fokus perusahaan sejak awal 2019.
Selama beroperasi dari tahun 2016 hingga sekarang, Modalku telah beroperasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Pinjaman lebih banyak disalurkan kepada pengusaha kecil dan menengah dengan total dana Rp 10 triliun.
Perusahaan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi berkantor pusat di Surabaya, Komunal, juga mengumumkan suntikan investasi. Investasi yang berupa tahap awal itu diperoleh dari perusahaan modal ventura East Ventures dan Skystar Capital.
Co-Founder Komunal Hendry Lieviant mengatakan, Komunal baru beroperasi setahun. Fokus utama Komunal adalah mengatasi persoalan kesenjangan akses pinjaman bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di luar Jabodetabek. Hanya dalam waktu delapan bulan, Komunal telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 50 miliar untuk para UMKM di wilayah Jawa Timur. Menurut rencana, suntikan investasi tahap awal yang diterima akan dipakai memperkuat operasional perusahaan.