Perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, membuat catatan sejarah lewat sukses besar penawaran saham perdana (IPO) di bursa Tadawul, Riyadh, Rabu (11/12/2019).
Oleh
·3 menit baca
Beberapa saat setelah dicatatkan, harga saham melonjak hingga 10 persen (level kenaikan maksimum harian yang diperbolehkan) di atas harga penawaran perdana, membuat nilai kapitalisasi Aramco naik menjadi 1,877 triliun dollar AS.
Jumlah saham yang dilepas 1,5 persen, dengan dana dihimpun 25,6 miliar dollar AS. Ini penawaran saham perdana terbesar dunia, melampaui rekor Alibaba Group Holding Ltd sebesar 25 miliar dollar AS pada 2014. Nilai kapitalisasi Aramco enam kali lipat Exxon dan dua kali lebih PDB Saudi.
Bagi Saudi, IPO Aramco menandai babak baru liberalisasi ekonomi negara itu. Rencana IPO yang pertama kali digagas 2016 itu sudah ditunggu-tunggu pasar. Awalnya, Aramco berencana melepas 1-2 persen di bursa lokal, disusul penawaran di bursa global dengan total saham dilepas menjadi 5 persen dan total dana dihimpun 100 miliar dollar AS.
Ini penawaran saham perdana terbesar dunia.
Namun, rencana itu terpaksa ditunda di tengah gejolak harga minyak dunia, ketidakpastian soal valuasi dan lokasi IPO serta instabilitas geopolitik kawasan. Baru Desember 2019, IPO akhirnya terealisasi, dengan IPO dibatasi di bursa lokal.
Meski dihadapkan pada gejolak harga minyak dunia—menyusul laporan OPEC dan AS yang menunjukkan oversuplai di pasar minyak dunia hingga 2020—saham Aramco diperkirakan akan relatif terjaga beberapa waktu ke depan.
Hal ini karena profil investor yang cenderung loyal. Sebanyak 97 persen dari 0,5 persen saham yang dialokasikan untuk investor ritel diserap investor lokal. Lebih dari 75 persen saham yang dialokasikan ke investor institusi juga diserap investor lokal: 37,5 persen ke perusahaan domestik Saudi, 13,2 persen ke lembaga pemerintah Saudi, dan 26,3 persen ke aset manajemen yang umumnya dana pensiun.
Baru sisanya, sekitar 23 persen, ke investor non-Saudi, di antaranya para sekutu Saudi di kawasan, seperti Kuwait dan Abu Dhabi. Masuknya aliran dana pasif asing menyusul IPO diduga juga akan jadi bantalan penopang saham Aramco.
Investor internasional cenderung ragu karena keluarga Kerajaan Saudi yang terlalu mengontrol Aramco. Investor global cenderung mendiskon valuasi saham Aramco dan menganggap harga saham Aramco terlalu mahal dibandingkan dengan perusahaan minyak lain, seperti Exxon dan Chevron.
Saudi Aramco adalah produsen minyak terbesar dengan produksi 10,96 juta barel per hari pada 2018 sekaligus perusahaan paling menguntungkan di dunia. Sementara dari sisi pendapatan, kedua terbesar di dunia setelah Sinopec.
Eksperimen sukses IPO Aramco juga akan menjadi lompatan transformasi ekonomi berikutnya bagi Saudi sejalan Visi 2030 Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang ingin mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak menyusul guncangan fiskal akibat fluktuasi dan rendahnya harga minyak beberapa tahun terakhir. Sebagian keuntungan dari IPO akan dipakai untuk mendukung program diversifikasi ekonomi. Minyak menyumbang 73 persen penerimaan negara.