Sulastomo Tinggalkan Warisan untuk Organisasi Kepemudaan
›
Sulastomo Tinggalkan Warisan...
Iklan
Sulastomo Tinggalkan Warisan untuk Organisasi Kepemudaan
Mantan pemimpin organisasi kepemudaan Himpunan Mahasiswa Islam, Sulastomo, meninggal dengan warisan yang penting. Selain kepeloporannya di bidang kepemudaan, Sulastomo juga dianggap berjasa di sektor kesehatan.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam periode 1963-1966, Sulastomo, mengembuskan napas terakhir pada Jumat (13/12/2019) pukul 11.10 di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan. Sulastomo meninggal pada usia 81 tahun setelah mengidap komplikasi gangguan jantung dan ginjal.
Penyakit komplikasi itu diderita almarhum sejak sembilan bulan lalu. Setelah bolak-balik cuci darah dan dirawat di Rumah Sakit Mayapada, ia akhirnya tutup usia dan dimakamkan di Taman Pemakaman Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
”Kondisi beliau sebulan terakhir sudah sangat lemas dan lebih banyak berbaring. Ia kadang masih berkomunikasi dengan keluarga walau hanya sedikit-sedikit,” ujar Yuriadi Sulastomo, anak ketiga Sulastomo, seusai pemakaman ayahnya di Tanah Kusir.
Sosok Sulastomo sejak muda telah aktif sebagai penggerak organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Salah seorang tokoh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Harry Tjan Silalahi, pernah menyebut kehadiran HMI dulu sebagai wadah kaum intelektual muda Islam yang berdiri di tengah, yang tidak mudah ditarik ke kanan atau ke kiri (Kompas, 29/12/2015).
Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2013-2015, Arief Rosyid Hasan, mengenal Sulastomo sebagai sosok yang sangat rendah hati. Meski usia di antara mereka terpaut hampir 50 tahun, Arif menilai Sulastomo selalu punya cara untuk mendekati generasi muda.
”Mas Tom, panggilannya, selalu mendidik soal integritas kepada generasi muda. Sebisa mungkin, di mana pun kami berada, harus selalu menjaga moral dan etika karena hal itu yang akan diingat orang sepanjang masa,” ujar Arief.
Direktur Utama PT Asuransi Kesehatan (Askes) periode 2000-2008, Oeri Andari Sutadji, menambahkan, Sulastomo berdedikasi penting dalam memperjuangkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Oeri mengingat, pada 2000, Sulastomo menggantikan Yaumil C Agoes Achir sebagai Ketua Tim Penyusunan Undang-Undang SJSN.
”Selama periode 2000 hingga 2004, Sulastomo menggantikan Yaumil di tengah masa jabatan. Selama sisa waktu itu, Sulastomo yang memimpin dan turut berdiskusi alot dalam pembahasan UU SJSN. Undang-undang tersebut akhirnya disahkan pada Oktober 2004 oleh Presiden Megawati,” ujar Oeri.
Oeri mengenang Sulastomo sebagai sosok yang senang berbagi ilmu. Ia belajar banyak saat menjadi anak buah Sulastomo, sewaktu Sulastomo menjabat Direktur Operasional PT Askes.
”Beliau sosok yang begitu mumpuni. Saya pun kerap diajak berorganisasi dalam kegiatan sosial, salah satunya Gerakan Jalan Lurus yang mendidik masyarakat soal pendidikan karakter dalam berbangsa dan bernegara,” ucapnya.
Wakil Presiden RI periode 1993-1998, Try Sutrisno, menilai sosok Sulastomo sebagai salah satu tokoh nasional. Sebab, ia tidak hanya berdedikasi melalui HMI dan Tim Penyusun UU SJSN. Sepanjang masa hidupnya, Sulastomo tidak pernah berhenti menyumbangkan pemikirannya untuk bangsa dan negara.
”Ia putra Indonesia yang paripurna. Baik intelektualnya, iman, takwa, maupun ibadahnya. Sampai detik terakhir Mas Tom bersama kami, ia senantiasa menyoroti permasalahan bangsa dan yang sekiranya menyimpang dari nilai-nilai Pancasila. Ia bukan hanya tokoh HMI atau tokoh organisasi, ia tokoh nasional yang sesungguhnya,” tutur Try.