Banjir bandang untuk keenam kali kembali melanda Solok Selatan sejak akhir November. Selain merusak rumah warga dan fasilitas umum, bencana itu juga merenggut korban jiwa.
Oleh
Yola Sastra / Videlis Jemali
·3 menit baca
SOLOK SELATAN, KOMPAS - Banjir bandang kembali melanda Solok Selatan, Sumatera Barat, Jumat (13/12/2019) pagi. Ini merupakan banjir keenam yang melanda Solok Selatan sejak 20 November lalu. ”Bencana itu merusak rumah, fasilitas umum, tempat ibadah, dan areal persawahan. Ada juga anak yang hanyut dan ditemukan tewas,” kata Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok Selatan mencatat, banjir bandang itu terjadi di empat kecamatan, yaitu Koto Parik Gadang Diateh, Sungai Pagu, Pauh Duo, dan Sangir Batanghari. Sekitar 1.000 rumah terendam air setinggi 30-120 sentimeter, satu jembatan roboh, enam rumah hanyut, satu rumah tertimbun longsor, dan seorang meninggal terseret banjir. Pada Jumat sore, banjir mulai surut.
Menurut Muzni, banjir di Solok Selatan disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, banyaknya sungai, dan topografi daerah yang berbukit. Ia mengakui, kerusakan ekosistem hulu membuat daerah resapan air berkurang sehingga air hujan langsung mengalir ke hilir.
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Solok Selatan Noviar Datuak Rajo Endah berharap aparat menindak tegas perambahan hutan dan tambang emas ilegal yang terjadi di daerahnya.
Jika memberi bantuan tanpa mengatasi sumber masalah, biaya yang dikucurkan bakal sia-sia.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat Resor Agam, Ade Putra, mengatakan, di perbukitan sekitar lokasi banjir bandang di Tanjung Sani, Agam, di kawasan Cagar Alam Maninjau, terjadi alih fungsi hutan, berupa pembukaan ladang ataupun pembalakan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengoordinasikan sejumlah kementerian untuk mengkaji pemicu bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sumatera Barat tiga minggu terakhir.
”BNPB akan mengoordinasi kementerian terkait, seperti ESDM, PUPR, Pertanian, ATR/BPN, dan KLHK, serta dinas di daerah untuk mengkaji sumber bencana. Jika memberi bantuan tanpa mengatasi sumber masalah, biaya yang dikucurkan bakal sia-sia,” kata Kepala BNPB Doni Monardo saat berdialog dengan tokoh masyarakat di Solok Selatan, Jumat.
Menurut Doni, perubahan perilaku masyarakat penting dalam mencegah pemicu bencana di Sumatera Barat. Harus ada kesadaran kolektif untuk menjaga ekosistem. Bencana merupakan tanggung jawab bersama, pencegahan pun harus dilakukan bersama. Dalam acara itu Doni menyerahkan bantuan Rp 500 juta kepada Bupati Solok Selatan. Jumlah yang sama diserahkan kepada Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi, Kamis.
Relokasi
Pemkab Sigi, Sulawesi Tengah, berencana merelokasi korban banjir bandang di Kecamatan Kulawi, terutama yang tinggal di bantaran sungai. Bupati Sigi Irwan Lapata mengatakan hal itu di lokasi banjir di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, kemarin.
Banjir bandang disertai aliran lumpur, batu-batu besar, dan potongan kayu melanda Dusun III, Desa Bolapapu, Kamis malam. Dua warga tewas tertimbun lumpur. Rumah-rumah di tepi Sungai Magila terendam lumpur 50-100 cm. Banjir bersumber dari luapan Sungai Magila yang berhulu di Taman Nasional Lore Lindu. Suheryanti (38), penyintas banjir, bersedia direlokasi. Namun, tempat relokasi tersebut jangan terlalu jauh dari lokasi kebun atau sawah dan sekolah anak.